visitaaponce.com

Daftar Mitos dan Fakta Terkait Penyakit Menular Seksual

Daftar Mitos dan Fakta Terkait Penyakit Menular Seksual
Ilustrasi pemeriksaan penyakit menular seksual.(MIMS Malaysia)

Infeksi atau penyakit menular seksual (IMS/PMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Dalam bahasa Inggris, istilah IMS/PMS dikenal dengan nama Sexually Transmitted Infection (STI). Penularannya bisa melalui sperma, cairan vagina, darah dan cairan lainnya. Bahkan, PMS juga dapat ditularkan melalui jarum suntik, kelahiran dan menyusui.

Seringkali infeksi menular seksual muncul tanpa ada gejala yang dirasakan sebelumnya, sehingga penyakit berkembang tanpa diketahui penderita. Selain penting mengetahui gejala PMS, Anda juga perlu mengetahui mitos-mitos tentang PMS dan faktanya, agar semakin waspada terhadap penyebaran PMS.

1. Mitos: hanya orang ‘jorok’ yang terkena PMS

Fakta: PMS tidak membeda-bedakan. Orang kaya tertular PMS, orang miskin tertular PMS. Atlet pun terkena. Pecinta matematika juga. Demikian juga dengan CEO dan profesor. Bahkan orang yang pertama kalinya berhubungan seks juga bisa terkena PMS.

Apa yang bisa dilakukan? Jika memutuskan untuk melakukan hubungan seks, selalu gunakan kondom. Bahkan jika pelakunya sudah menggunakan pengendali kehamilan lainnya semisal pil KB. Alasannya, kondom menjadi satu-satunya jenis alat KB yang menurunkan risiko terkena PMS.

Baca juga:  Tak Hanya Sifilis, Ini Daftar Penyakit Menular Seksual Akibat Virus dan Bakeri yang Perlu Diwaspadai

2. Mitos: kalau pasangan terkena PMS, kita bisa melihatnya

Fakta: Kadang-kadang tidak ada tandanya seseorang tertular PMS. Bahkan dokterpun tidak dapat mengatakan seseorang memiliki PMS hanya dengan melihat, sehingga mereka melakukan pengujian semisal pemeriksaan darah.

Bukan hanya itu, orang yang terkena PMS pun bisa tak sadar memiliki PMS, karena PMS memang tidak selalu menunjukkan gejala. Tapi tetap mungkin membawa dan menyebarkan virus penyakit tanpa adanya wabah. PMS yang tidak ditangani dapat menjadi masalah kesehatan yang serius, misalnya kemandulan, atau penyakit radang pelvik (pelvic inflammatory disease, PID) yang memerlukan rawat inap di rumah sakit.

Apa yang bisa dilakukan? Bahkan jika seseorang dan pasangannya menyangka bebas PMS, periksakan diri sebelum melakukan seks. Lalu, gunakan kondom setiap kali melakukan hubungan seks, hanya untuk memastikan. Ingat, PMS bisa saja baru menunjukkan gejala setelah jangka waktu yang cukup lama.

3. Mitos: seseorang bisa terhindar dari PMS dengan melakukan hubungan seksual secara oral (melalui mulut) ataupun anal (melalui liang dubur)

Fakta: Kapanpun ada hubungan seks—baik oral, anal, maupun vaginal, ataupun sekedar sentuhan seksual—selalu ada kemungkinan PMS.

Virus ataupun bakteri penyebab PMS dapat memasuki tubuh melalui luka ataupun robek kecil di dalam mulut ataupun dubur, dan juga di alat kelamin. Beberapa jenis PMS, seperti herpes ataupun kutil kelamin, dapat menyebar melalui sentuhan kulit-ke-kulit pada bagian yang terinfeksi ataupun ruam.

Baca juga: Selain HIV/AIDS, Penyakit Menular Seks ini juga Berbahaya

Apa yang bisa dilakukan? Gunakan kondom ataupun tapis gigi (dental dam) setiap kali melakukan hubungan seks secara oral maupun anal. Jika rasa karet dirasa tidak menyenangkan, ada sejumlah kondom aneka rasa yang dirancang khusus untuk hubungan seksual secara oral.

4. Mitos: kalau pernah terkena PMS, tidak mungkin terkena lagi

Fakta: beberapa jenis PMS bertahan seumur hidup seseorang, misalnya herpes dan HIV. Jenis lainnya, misalnya chlamydia dan gonorrhea, dapat disembuhkan, tapi orang bisa tertular lagi kalau melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang memilikinya.

Apa yang bisa dilakukan? Tentu saja, melindungi diri dengan kondom. Dan jika melakukan seks, beritahukan kepada dokter sehingga bisa diperiksa secara teratur. Jika seseorang mendapatkan diagnosa PMS, pasangan juga harus dirawat pada waktu bersamaan. Dengan demikian, pasangan dapat menghindari masalah di kemudian hari dan tidak menginfeksi ulang pasangannya.

5. Mitos: Jika diperiksa dokter dan dinyatakan bebas PMS, pasangan tidak perlu ikut diperiksa

Fakta: Pasangan bisa saja tertular PMS dan tidak mengetahuinya. Lagipula siapa yang sudi bersusah payah memeriksakan diri, lega terbebas dari PMS, tapi kemudian malah ketularan oleh pasangan sendiri?

Apa yang bisa dilakukan? Periksalah bersama-sama. Mungkin memang bukan menjadi kencan yang paling romantis ketika diperiksa bersama, tapi ini menjadi tanda kepedulian dan berusaha melindungi pasangan dari penyakit.

Ada begitu banyak mitos beredar tentang seks dan PMS, tapi ingatlah beberapa kiat yang penting: berpantang seks. Ketika melakukan seks, gunakan kondom setiap saat. Kalau pernah melakukan hubungan seks, periksakan diri terkait PMS.

(Z-9)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat