visitaaponce.com

Pembangunan Peradaban dan Manusia di Tengah Gempuran Digitalisasi Perlu Terus Diupayakan

Pembangunan Peradaban dan Manusia di Tengah Gempuran Digitalisasi Perlu Terus Diupayakan
Seminar Mengembangkan Kehidupan Berbangsa Yang Lebih Beradab di Kampus USD(Dok. Universitas Sanata Dharma)

KEBERADABAN suatu bangsa dilihat dari kenaikan level kualitas kehidupan masyarakatnya. Dari sisi aspek kognitif, bangsa yang beradab memiliki pribadi-pribadi yang sungguh memiliki kemampuan berpikir kreatif, inovatif, dan kritis yang melihat dunia ini secara lebih bermakna. 

Hal itu diungkapkan Wakil Rektor III Universitas Sanata Dharma Y Titik Kristiani dalam seminar nasional bertema Mengembangkan Kehidupan Berbangsa Yang Lebih Beradab di Kampus USD.

Titik menambahkan, peradaban ditinjau dari aspek afektif ditandai oleh adanya sensitivitas terhadap kehidupan dan relasi sosial yang semakin bermatabat. 

Baca juga : Asupan Gizi Langkah Utama Peningkatan Kesehatan

"Keberadaban ini juga ditunjukkan dengan bagaimana kita sebagai pribadi sebagai warga bangsa makin menyadari bahwa orang-orang di sekitar kita adalah orang-orang berharga yang layak dihargai martabatnya,” ujarnya.

Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Elizabeth Kristi Poerwandari mengatakan, meski teknologi saat ini penetrasinya tinggi, upaya memanusiakan manusia perlu terus dilakukan.

Baca juga : Ketua Forum Rektor: Dewan Guru Besar Terlibat dalam Penganugerahan Profesor Kehormatan

“Selalu ada tantangan dalam menjalani kehidupan, dan tampaknya memanusiakan manusia menjadi sesuatu yang lebih sulit dilakukan di masa kini, dibanding di masa sebelumnya, di saat kehidupan manusia total diubah oleh teknologi," katanya.

Menurut Kristi, kebutuhan psikologis dasar manusia tetap ada dan mungkin makin kuat memerlukan pemenuhannya. 

"Psikologi sebagai bidang ilmu dan helping profession memiliki tantangan berat untuk dapat berperan kritis memastikan manusia bisa beradaptasi dengan tuntutan pola hidup yang baru, sekaligus tetap sehat mental. Kepedulian sosial dan nilai-nilai kemanusiaan universal perlu secara khusus ditumbuhkan dan menjadi tanggungjawab kita semua,” paparnya.

FX Risang Baskara dari Fakultas Sastra USD mengatakan,  perlunya titik temu antara pedagogi digital kritis dengan perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI).

“AI dan pedagogi digital kritis bak lentera dan peta untuk petualangan pembelajaran yang transformasional. Penting untuk memahami bagaimana prinsip-prinsip pedagogi digital kritis dapat memandu penggunaaan AI yang etis di dalam pembelajaran, di ruang-ruang kelas kita, demi pertumbuhan pribadi siswa-siswi kita” paparnya. 

Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Iwan Syahril engatakan, kebijakan Merdeka Belajar dan Program Organisasi Penggerak yang berorientasi pada murid dan kualitas hasil pembelajaran mereka 

“Kita harus menciptakan pembelajaran yang lebih berpihak kepada murid, yang memerdekakan murid dan mengajarkan hal yang sesuai dengan tahap perkembangan setiap peibadi. Hal ini penting dilakukan untuk mendorong terwujudnya profil pelajar Pancasila yaitu SDM Indonesia yang beriman bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia kreatif, gotong royong, kritis, mandiri dan berkebhinekaan global,” jelasnya.

Menyambung pentingnya pendidikan yang berpusat pada murid dengan segala konteks hidupnya, Dr. Eny Winarti,Ph.D dengan crirical discourse analisis, merefleksikan pengalamannya dalam program organisasi penggerak di Kabupaten Mappi, Papua.

Eny Winarti dari FKIP USD mengatakan, di era standardisasi, keberhasilan pendidikan seringkali disederhanakan dari sisi data kuantitatif berkenaan dengan ketersediaan kurikulum dan perangkat pembelajaran lainnya, tanpa memperhatikan konteks oleh siapa, kepada siapa, di mana dan bagaimana perangkat tersebut dijalankan.

"Perlu cara pandang secara komprehensif untuk mengevaluasi keberhasilan pendidikan. Adat kebiasaan dan kondisi masyarakat menduduki peran penting dalam pendidikan. Pemahaman tentang sosiologi masyarakat yang terlibat dalam proses pendidikan akan menjadi penentu keberhasilan pendidikan,” ungkapnya. 

Selain menghadirkan pemikiran dari para pembicara kunci, Sanata Dharma Berbagi Sosial Humaniora juga menseminarkan 143 abstrak dari para pemakalah dari berbagai disiplin ilmu sosial humaniora. Setelah diseminarkan, semua makalah akan mendapatkan review dan diterbitkan dalam prosiding ber-ISBN.(RO/Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat