visitaaponce.com

Penjualan Kurban di OKU Anjlok Akibat Penyakit Lato-Lato

Penjualan Kurban di OKU Anjlok Akibat Penyakit Lato-Lato
Penjual hewan kurban di OKU Timur mengaku penjualan menurun 50% akibat kekhawatiran akan penyakit LSD yang mendera sapi.(Antara)

PENJUALAN sapi kurban di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Sumatra Selatan (Sumsel) turun hingga 50% dibandingkan tahun lalu.  Penurunan drastis itu akibat serangan penyakit lato-lato yang membuat warga khawatir untuk mengonsumsi daging sapi. 

“Lebaran haji tahun kemarin kami menjual sapi kurban sampai 50 ekor lebih. Tahun ini kami hanya bisa menjual 20 an ekor saja,” kata Dewi Zainal Pedagang sapi kurban di Martapura.

Zainal mengungkapkan sebulan sebelum Idul Adha, biasanya konsumen sudah menanyakan persedian kurban. Kini permintaan terhadap sapi masih minim. Banyak warga yang datang melihat-lihat sapinnya, namun banyak yang tidak jadi membeli.

Baca juga: Idul Adha, Waspadai 3 Penyakit Ini Sebelum Membeli Hewan Kurban

“kebanyakan warga mengeluhkan takut membeli sapi karena takut sapinya terserang penyakit lato-lato dan tidak bisa dijadikan kurban," jelasnya.

Sapi yang dijual Zainal berkisaran Rp17 juta-Rp25 juta, tergantung jenis dan ukuran sapi. “Paling besar sapi simental dan limosin dengan berat sekitar 600 kilo. Sapi ini harganya Rp25 juta. Sementara sapi yang paling murah adalah jenis sapi lokal kami jual Rp17 jutaan,” jelasnya.

Baca juga: Dompet Dhuafa Kembali Gelar Program Tebar Hewan Kurban, Ini 5 Layanan Unggulannya

Menurut Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten OKU Timur serangan penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) atau lato-lato di kalangan petani terjadi sejak Januari. Serangan penyakit LSD ini terjadi dengan sangat cepat. Penyakit ini terdeteksi pertama di kecamatan Madang Suku 1. Kemudian menyebar ke wilayah Belitang dan serangan merata hampir di seluruh kecamatan di Kabupaten OKU Timur.

“Serangan LSD ini disebabkan virus sejenis cacar sapi dan ditularkan gigitan lalat sehingga sangat cepat penularannya. Bila terkena penyakit LSD sapi akan mengalami-bentol besar seperti bisul. Karena benjolannya bulat berisi nanah maka disebut lato-lato oleh masyarakat,” jelas Untung Sutoyo Kabid Peternakan Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten OKU Timur.

“Kita sudah melakukan pengecekan terhadap hewan kurban di tingkat pedagang. Kita juga memerintahkan kepada para penyuluh peternakan di tingkat desa untuk melakukan pemeriksaan kepada hewan kurban khususnya sapi sebelum pelaksanaan kurban. Kita sudah memberikan surat edaran ke seluruh desa untuk melarang kurban terhadap sapi yng terindikasi terkena penyakit lato-lato,” jelasnya.

Serangan virus LSD ini menurut Untung menjangkiti 10% dari sapi di Kabupaten OKU Timur. Jumlah populasi sapi di OKU Timur merupakan yang terbesar di Sumatera Selatan, mencapai 170 ribu ekor sapi.

“Kita masih belum tahu dampak dari hewan yang terserang lato-lato ini bila dagingnya dikonsumsi manusia. Namun penyakit ini tidak menular kepada manusia seperti virus flu burung atau antrax,” jelasnya. (Z-3) 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat