visitaaponce.com

Angka Stunting Pengaruhi Skor PISA Negara

Angka Stunting Pengaruhi Skor PISA Negara
Executive Forum Media Indonesia di Hotel Ritz Carlton, Jakarta(MI/Susanto)

TINGGINYA angka stunting di suatu negara berpengaruh pada skor Programme for International Student Assessment (PISA) negara tersebut. 

Meskipun belum ada penelitian megenai itu, tapi hipotesis menunjukkan bahwa angka stunting berkolerasi dengan skor PISA. Hal itu diungkapkan oleh Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Pungkas Bahjuri Ali.

"Ada kaitan yang erat antara stunting dan PISA. Karena negara-negara dengan prevalensi stuting yang tinggi memiliki capaian PISA yang rendah," kata Pungkas di acara Executive Forum Media Indonesia yang diselenggarakan di Hotel Ritz Carlton, Jakarta Selatan, Kamis (20/7)

Baca juga : Penanganan Kemiskinan Berkaitan Erat dengan Pengendalian Stunting

Sebagai informasi, survei PISA 2018 menempatkan Indonesia di urutan ke-74 alias peringkat keenam dari bawah. Kemampuan membaca siswa Indonesia di skor 371 berada di posisi 74, kemampuan Matematika mendapat 379 berada di posisi 73, dan kemampuan sains dengan skor 396 berada di posisi 71.

Pungkas menyatakan, korelasi itu dilihat dari dampak stunting yang menyerang pada terhambatnya perkembangan otak anak, khususnya pada periode emas, yakni 1.000 hari pertama kehidupan. Kurang optimalnya perkembangan ini, dikatakannya akan sulit diperbaiki pada tahap kehidupan berikutnya. Sehingga dampak stunting cenderung bersifat permanen.

"Anak usia kurang dari lima tahun yang mengalami stunting cenderung memiliki kemampuan belajar rendah di masa depan. Stunting menjadi permasalahan serius yang bersifat struktural dan multiimpact, tidak hanya untuk kesehatan tapi juga pendidikan," beber dia.

Baca juga : Pemberian ASI Eksklusif Sangat Penting untuk Cegah Stunting

Untuk mengentaskan stunting jangka panjang Bappenas telah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2025-2045. Beberapa hambatan mengenai pengentasan stunting pun telah diidentifikasi oleh Bappenas, salah satunya ialah masalah kekurangan gizi.

Pungkas menilai, masalah utama dari kekurangan gizi di Indonesia ialah karena mahalnya harga pangan. Ia menyatakan, sebanyak 50% masyarakat Indonesia tidak bisa memenuhi pangan yang beragam dan bergizi karena harga pangan yang mahal.

"Ke depan kita berharap bahwa ada jaminan gizi, khusunya bagi masyarakat miskin yang memiliki anak banyak. Karena anak-anak ini yang kemudian akan mengisi human capital di Indonesia. Ini harus dijamin. Saat ini ada bantuan pemberian tambahan makan (PMT) dan program keluarga harapan (PKH)," ucap dia.

Baca juga : Penurunan Stunting Belum Usai, Wapres Minta Kolaborasi Semua Elemen

Ke depan, ia juga berharap akan ada program bantuan yang menyasar ibu hamil, guna mengurangi angka kematian ibu dan bayi. (Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat