Akademisi Perspektif Hijrah Harus Kontekstual
![Akademisi: Perspektif Hijrah Harus Kontekstual](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/07/70b7f4796115155ae81d11f4cf25a290.jpg)
DOSEN Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar Abdul Rauf Muhammad Amin mengemukakan bahwa hijrah yang dilakukan seseorang harus memiliki pemaknaan yang kontekstual. Oleh karena itu, menurut dia, hijrah tidak bisa dipandang secara hitam putih.
Misalnya, dengan mengartikannya sebagai perpindahan tempat semata. Hijrah itu harus substansial, bisa membawa pelakunya dari keburukan pada kebaikan.
"Tapi, itu sekali lagi tergantung pada cara berpikir. Terkadang anak-anak milenial itu memaknai hijrah perspektif yang konservatif," kata Rauf seperti dilansir Antara di Jakarta, Senin.
Menurut dia, penggunaan istilah hijrah saat ini menjadi cukup tenar, khususnya di kalangan generasi muda atau dikenal dengan istilah hijrah milenial.
Dia menjelaskan kalangan generasi muda berusaha mengaitkan hijrahnya Rasulullah SAW dengan upaya pribadinya dalam peningkatan pengamalan agama. Namun, banyak justru generasi muda yang salah kaprah menafsirkan makna hijrah.
"Terminologi hijrah dalam Islam harus dimaknai secara kontekstual. Maksudnya adalah bahwa hijrah itu harus mengakomodasi tiga hal, yakni wahyu, akal pikiran, dan realitas," ujarnya.
Menurut Rauf, kalau seseorang bisa mengombinasikan tiga hal tersebut untuk memahami Islam maka akan sangat powerfull untuk memperbaiki kualitas keagamaan.
Oleh karena itu, menurut dia, hijrah juga harus dimaknai sebagai perjalanan spiritual dan mentalitas sehingga dapat membawa seseorang memahami konsep moderasi beragama.
"Hijrah itu adalah perubahan pola pikir dari Islam yang radikal dan ekstrem, menjadi Islam yang moderat. Islam yang moderat itu yang sebenarnya dikehendaki dalam Islam, ini yang membutuhkan narasi-narasi yang sustainable agar bisa mengurangi terjadinya tren radikalisme," ujarnya.
Baca juga: Hak Anak untuk Memperoleh Pendidikan Bermutu belum Terpenuhi
Rauf menekankan urgensi agar generasi muda tidak melakukan klaim kebenaran atau truth claim karena hal itu sebenarnya menunjukkan kurangnya ilmu di dalam memahami Islam.
Dia menyarankan agar memperbanyak belajar sehingga bisa mengontekstualisasikan Islam dalam kehidupan nyata. Dia juga menyoroti pentingnya mendapatkan panduan beragama yang valid dan aman, yaitu dengan mempelajari rekam jejak dari dai yang diikuti, apakah moderat atau tidak.
"Sangat disayangkan apabila dai yang kita jadikan panutan justru mengajarkan intoleransi yang sebenarnya jauh dari nilai-nilai keislaman itu sendiri. Beredarnya banyak kajian di internet yang di isi oleh beragam dai seharusnya membuat kita menjadi lebih selektif dalam mencari pelajaran agama," katanya.
Dia menambahkan, kesalahan dalam memilih guru bisa membentuk dan mengonstruksi pemahaman beragama menjadi pemahaman yang radikal. Rauf menilai kalau hanya belajar di internet maka sangat potensial untuk melenceng dari pemahaman beragama yang sebenarnya.
Ia juga mengingatkan bahwa para dai juga memiliki peranan penting dalam memahamkan hijrah secara benar pada masyarakat dan juga harus bisa menjadi sosok yang solutif dalam menjawab berbagai permasalahan umat.
"Dai yang berhasil melakukan kontekstualisasi Islam adalah yang dapat menjadi penolong di tengah sempitnya pemahaman beragama," katanya.
Menurut dia, seorang dai memiliki dua poin yang harus dikerjakan, yaitu pertama, memperbaiki diri dan pemahamannya. Kedua, harus menarasikan pemikiran dan pemahaman yang baik kepada masyarakat.
"Termasuk para dai ini sebenarnya punya dua problem. Di samping dia harus memperbaiki diri dan pemahamannya, dia juga harus menarasikan pemikiran dan pemahaman yang baik kepada masyarakat," ujarnya.
Dia mengingatkan bahwa seorang dai jangan sampai menjadi bagian dari masalah, tapi justru harus bisa jadi solusi dari persoalan. (Ant/I-2)
Terkini Lainnya
Hijrahfest Bandung Bedas Digelar di Kabupaten Bandung, Pererat dan Perkuat Pelaku Industri Halal
Guru Besar UIN: Hijrah Rasulullah Momentum Bangun Persatuan Bangsa
Meramaikan Tahun Baru Hijriah dengan Pengamalan Beragama yang Inklusif dan Toleran
FKPT Jabar: Fenomena Dai Muda Hijrah Harus Jadi Contoh
Generasi Muda Berhijrah Penting Perkuat Cinta Tanah Air
Populasi Terbesar di Indonesia, Anak Muda Juga Perlu Asuransi Kesehatan
Gen Z dan Milenial, Ini yang Diperhatikan dalam Memilih Pekerjaan
Rumah Tipe Kecil Jadi Favorit Milenial
Yuk Melihat Pos Keuangan Gen Z, Milenial, dan Gen X
BNI dan Mastercard Kolaborasi Penuhi Kebutuhan Kaum Muda
JFWalk Jadi Wadah Milenial Berolahraga Bersama Keluarga
Lingkungan Perempuan Pancasila
Perang Melawan Judi Online
Ujaran Kebencian Menggerus Erosi Budaya
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap