visitaaponce.com

Paskibraka, Internalisasi Nilai Kebangsaan, dan Brain Drain

Paskibraka, Internalisasi Nilai Kebangsaan, dan Brain Drain
PASKIBRAKA 2023: Enam anggota paskibraka memberikan penjelasan kepada wartawan terkait suka dan duka mengikuti seleksi.(Dok. BPIP)

TUJUH belas Agustus merupakan hari yang paling bersejarah dan sakral bagi bangsa Indonesia. Sejak 1945, bangsa Indonesia memeringati Hari Proklamasi Kemerdekaannya dengan penuh hikmat, suka-cita dan tentu dengan berbagai kesiapan yang matang.

Tak terkecuali pada peringatan HUT ke-78 RI tahun ini. Salah satu yang mesti disiapkan dengan baik yakni pelaksanaan upacara pengibaran bendera merah putih di Istana Negara. Di sini keberadaan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (paskibraka) sangatlah penting.

Mereka terdiri dari siswa-siswi yang masih duduk di bangku SLTA, terpilih dan didatangkan dari seluruh penjuru Tanah Air. Untuk mendapatkan anggota paskibraka tidaklah mudah. Mereka yang dicari ialah siswa-siswi yang memenuhi persyaratan baik fisik, psikis hingga prestasi akademis dan nonakademis.

Tak heran, sejak Mei Kementerian Pemuda dan Olahraga sudah mengadakan seleksi anggota paskibraka mulai di tingkat sekolah, kabupaten/kota. Sejak 2022, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dilibatkan dalam proses rekrutmen anggota paskibraka, terutama yang untuk ditugaskan di Istana Negara.

Sedikit berbeda, pola rekrutmen yang dipakai BPIP ialah dengan memanfaatkan media sosial melalui aplikasi 'transparan'. Alasannya, menurut Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP, Benny Susetyo untuk memberi kesempatan yang luas kepada pelajar di Indonesia dari Sabang sampai Merauke menjadi anggota paskibraka pusat. "Ternyata antusiasnya luar biasa, ada sekitar 150 ribu siswa yang mendaftar. Ini juga untuk menepis isu miring bahwa paskibraka yang dikirim ke Jakarta merupakan titipan," ujarnya.

Makanya pada Minggu (30/7) BPIP berinisiatif mendatangkan 6 anggota paskibraka di Perpustakaan Nasional, Medan Merdeka Selatan, untuk menyampaikan pengalaman mereka terkait proses rekrutmen dan harapan-harapan mereka terhadap Indonesia ke depan.

Di hadapan para wartawan, enam perwakilan paskibraka yakni Passya Fredrick Sahupala, siswa kelas 11 asal Kabupaten Alor, NTT, Paskalia Aprilia (Papua Barat), Kachina Ozora (Kalimantan Tengah), Nessya Ayudhia Alwanni (Yogjakarta), Kelvin Ramahenda (Riau), dan Achmad Rasya Alfarizki (Muluku) mengutarakan pengalamannya saat mengikuti tahap demi tahap seleksi. Sebagian besar dari mereka mengaku tidak menyangka terpilih untuk bakal ditugaskan di Istana Negara.

"Jujur saya tak menyangka terpilih. Padahal target saya terpilih di tingkat provinsi. Apalagi sebelumnya saya termakan isu bahwa paskibraka yang dikirim ke Jakarta merupakan titipan," ujar Achmad Rasya Alfarizki dengan polos.
Demikian juga yang diakui Kelvin Ramahenda. Siswa SMA 1 di Kabupaten Meranti, Riau ini mengaku terharu bisa terpilih. "Untuk seleksi di tingkat provinsi (Kota Pekanbaru) saja dari rumah saya di Meranti harus dua kali menaiki speedboad dan dua kali pula melalui jalan darat," katanya.

Dari pengamatan sepintas, mereka yang terpilih itu terlihat merupakan anak-anak yang cerdas dengan penampilan fisik yang sempurna. Tinggi mereka rata-rata 170 cm. Etika kesopanannya juga tampak terlihat saat wartawan mewawancarai mereka masing-masing.

Yang menarik dari pengakuan mereka saat mendapatkan materi paskibraka di pusat pelatihan di Cibubur, Jakarta. Nessya, Kelvin, dan Achmad saat diwawancara khusus secara bersamaan oleh <i>Media Indonesia<p> mengaku sangat terkesan dengan pembelajaran selama 5 hari tentang wawasan kebangsaan dari perwira-perwira Lemhanas yang telah membukakan mata mereka tentang bagaimana harus mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pembelajaran seperti itu, mereka akui tidak didapatkan di bangku sekolah masing-masing.

"Banyak sekali yang kami dapat tentang sejarah bangsa dan penanaman nilai-nilai luhur Pancasila yang tidak diajarkan di sekolah," ujar Kelvin. Mereka pun bertiga mengaku semakin cinta Indonesia sebagai bangsa yang besar dan harus memenangi persaingan di tingkat global.

Seperti diakui oleh siswi SMA 8 Yogjakarta Nessya Ayudhia Alwanni yang sempat ingin selepas SMA nanti melanjutkan kuliah ke luar negeri. Di benak Nessya, dengan berkuliah di luar negeri lalu bekerja di sana dengan gaji tinggi, kehidupannya lebih nyaman dibandingkan harus kembali ke Indonesia.

"Namun, setelah mengikuti materi Empat Konsensus Dasar Bangsa, pikiran saya berubah. Saya ingin menuntut ilmu hingga ke luar negeri namun apa yang saya dapatkan nanti akan saya manfaatkan untuk membangun Indonesia. Egosime saya yang ingin berkarya di luar negeri pupus. Saya ingin mengabdi untuk negara saya," ujarnya penuh keyakinan.

Apa yang disampaikan Nesyya diamini oleh dua rekannya, yang menegaskan bahwa generasi muda ke depan apalagi memasuki 'usia emas' Indonesia nanti, harus benar-benar siap mengabdi untuk bangsa dan negara. Bukan untuk kepentingan dan kesenangan pribadi.

Mereka sebagai generasi Z yang tentu melek internet mengaku tahu bahwa saat ini banyak anak-anak cerdas, berprestasi asal Indonesia yang belajar ke luar negeri dan diantaranya mendapatkan beasiswa dari pemerintah enggan kembali ke Indonesia. "Iya saya dengar itu, harusnya mereka pulang dan ikut membangun bangsanya sendiri," ujar Nessya.

Di sisi lain mereka juga sepakat bahwa pemerintah perlu memberikan wadah untuk berkarya yang sesuai bagi generasi-generasi emas bangsa supaya tidak tumbuh sikap egois, dan agar betah berkarya di Tanah Air. "Saya pikir perlu sebab memasuki Indonesia Emas nanti, generasi di usia-usia kami lah yang akan mengisi kemerdekaan dan harus bisa memenagi persaingan dunia," imbuh Kelvin.

Apa yang tercetus di benak Nessya, Kelvin dan Achmad sudah saatnya tidak saja menjadi perhatian. Lebih dari itu sudah ada aksi nyata dari pembuat kebijakan di negeri ini. Jika diabaikan pelarian 'modal manusia' Indonesia ke luar negeri (brain drain) akan terus berlangsung. Jangan lagi Indonesia kehilangan orang-orang cerdas dan terampil karena ketiadaan kebijakan yang tepat terkait kebermanfaatan 'otak emas' ini untuk membangun bangsanya sendiri.(H-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat