visitaaponce.com

Asia Diprediksi akan Dominasi Bidang Politik, Ekonomi dan Budaya di Abad 21

Asia Diprediksi akan Dominasi Bidang Politik, Ekonomi dan Budaya di Abad 21
PUBLIC LECTURE : Rektor UIII, Prof. Komaruddin Hidayat (kiri, YB Tan Sri Dato’ Johari bin Abdul (tengah).(DOK.UIII)

ASIA di abad ke-21 menjadi pusat politik dan budaya global yang perannya sejajar dengan karakterisasi abad ke-19 di mana dikuasai oleh Kekaisaran Inggris, dan abad ke-20 yang didominasi oleh Amerika Serikat. Pergeseran peran strategis global di Asia tersebut tengah berlangsung saat ini dan dampaknya mulai terasa.

Pemikiran tersebut disampaikan Yang Dipertua Dewan Rakyat Malaysia (Parlemen Malaysia), Tan Sri Dato' Johari bin Abdul saat memberikan kuliah umum atau public lecture bertema ASEAN and the Asian Century di Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Depok Jawa Barat, Jumat (4/8).

Dalam sesi itu, Dato’ Johari juga menjelaskan bahwa di abad ke-21 ini kinerja ekonomi Asia sangat kuat. Hal ini ditopang oleh kuatnya ekonomi China dalam beberapa dekade terakhir. Di mana di China kemiskinan berhasil diberantas dengan ekonomi mereka yang semakin maju.

Menurutnya suka atau tidak suka, dalam beberapa tahun yang akan datang, China akan menjadi kekuatan ekonomi dunia apabila mereka terus berjalan seperti ini. “Dunia sedang berubah, dan hampir pasti, saya katakan, tanpa keraguan bahwa China akan menjadi ekonomi dunia, Anda suka atau tidak. China akan menjadi ekonomi dunia dan China ada di Asia,” ungkapnya.

Dengan China yang sedang menuju ekonomi nomor satu di dunia, ia melihat banyak peluang yang bisa diambil oleh Indonesia dan Malaysia, serta negara-negara di kawasan ASEAN lain. Menurut Dato' Johari dengan lebih dari 300 juta populasi masyarakat Malaysia dan Indonesia saat ini, kedua negara bisa memanfaatkan dan belajar dari China sehingga dapat membentuk ketahanan pangan yang solid.

Indonesia, Malaysia, dan negara-negara ASEAN lain memiliki lahan yang luas, teknologi, dan sumber daya manusia (SDM), sementara itu China memiliki keahliannya, sehingga negara ASEAN harus bekerja sama untuk membentuk ketahanan pangan yang tidak akan terganggu oleh adanya perang, misalnya oleh perang yang terjadi di Rusia dan Ukraina saat ini.

“Di sinilah yang menarik, ASEAN berpenduduk 680 juta jiwa. Dalam diri Anda dan saya, Indonesia dan Malaysia digabungkan, kita memiliki 300 juta orang, artinya setengah dari populasi berada di sini. Dapatkah Anda membayangkan kekuatan yang kita miliki? Bisakah Anda bayangkan, peluang seperti apa yang kita miliki? Kami akan menggabungkan kekuatan, tenaga kerja, kecerdasan, uang, pengalaman, ditambah ketika China menjadi ekonomi dunia. Kami harus mengambil posisi sekarang. Untuk mempersiapkan masa depan. Ini adalah saat Anda dan saya menjadi penting hari ini. Gagasan apa yang kita bicarakan hari ini, dan hal-hal apa yang menjadi topik dunia saat ini?," kata dia.

Ia mengungkapkan bahwa setiap negara di ASEAN memiliki tanah dan kami memiliki teknologi dan sumber daya manusia, dan orang Tionghoa di Tiongkok memiliki semua keahlian tersebut. "Kita harus bekerja sama dengan mereka untuk memastikan bahwa ASEAN menjadi hub di mana ketahanan pangan harus berlabuh di sini. Karena apa pun yang terjadi di dunia, baik perang di Rusia dan Ukraina atau perang apa pun tidak akan mempengaruhi kita. Karena kita harus menjadi ladang persediaannya dan kita akan memiliki makanan untuk menjaga populasi,” sambungnya.

Energi baru
Selain itu, Dato' Johari juga melihat bahwa Indonesia dan Malaysia memiliki kepentingan yang sama dalam hal memulai energi hijau. Hal ini terlihat dari adanya kesepakatan antara kedua negara untuk investasi di bidang ini. Menurutnya, keduanya mempunyai sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan solar sistem, biogas, biomass, dan hidro.

“Sekarang teknologi telah maju, kita harus menghilangkan fosil, kita harus menghilangkan batu bara, kita harus menghilangkan pembakaran arang, dan melihat sekeliling kita apa itu energi terbarukan. Lihatlah kami bagaimana beralih ke energi hijau. Pada akhirnya kami tidak hanya menggunakannya hari ini, tetapi lagi untuk besok dan lusa, sehingga seluruh penduduk hari ini dan penduduk di tahun-tahun mendatang akan terlayani dan menjadi aman," jelasnya.

Saat ini Indonesia dan Malaysia sepakat akan menggunakan sumber daya, seperti solar sistem, biogas, biomassa, dan hydro. "Ini adalah sumber energi yang berkontribusi pada perbaikan dunia,” imbuhnya.

Sementara itu, Rektor UIII, Komaruddin Hidayat, dalam sambutannya menyinggung bahwa Asian Century memiliki janji dan potensi yang sangat besar. "Saat negara-negara di kawasan kita berjuang untuk kemajuan dan kemakmuran, ASEAN muncul sebagai mercusuar persatuan, kolaborasi, dan saling pengertian. Organisasi regional dengan sepuluh negara anggotanya ini telah menunjukkan kekuatan kerja sama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, pertukaran budaya, dan stabilitas kawasan,” ucapnya.

Sepanjang sejarah, menurut Komaruddin Asia Tenggara telah menjadi tempat percampuran budaya, peradaban, dan gagasan. Negara-negara ASEAN, seperti benang permadani yang semarak, telah menjalin narasi keragaman dan ketahanan yang kaya.
"Di sinilah, dalam semangat kesatuan kita dalam keragaman, kita menemukan kunci untuk membuka potensi penuh dari Asian Century,” pungkasnya.(H-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat