visitaaponce.com

Bicara di Depan Mahasiswa ITB, Laksamana Sukardi Ingatkan Pentingnya Manusia Berdaya

Bicara di Depan Mahasiswa ITB, Laksamana Sukardi Ingatkan Pentingnya Manusia Berdaya
Mantan Menteri BUMN Laksamana Sukardi memberikan nasehat kepada para mahasiswa baru ITB mengenai pentingnya menjadi manusia yang berdaya.(Ist)

MANTAN Menteri BUMN Laksamana Sukardi memberikan nasehat kepada para mahasiswa baru Institut Teknologi Bandung (ITB) mengenai pentingnya menjadi manusia yang berdaya.

Hal itu penting sebagai bekal mahasiswa kelak seusai lulus perguruan tinggi untuk menghadapi kehidupan yang dinamis.

Baca juga: Merdeka Belajar Ciptakan SDM Berdaya Saing, Kompeten, dan Berakhlak Mulia

"Ini kan anak-anak muda generasi Z. Ada 5.000 lebih. Jadi saya harus memberikan semangat, masukan-masukan kepada mereka. Apalagi, mereka mahasiwa ITB, universitas yang sangat prestisius."

"Tapi kan ketika mereka lulus, mereka akan masuk kehidupan sosial yang amat dinamis," ujar Laksamana dalam talkshow Orientasi Studi Keluarga Mahasiswa (OSKM) ITB 2023, di Gedung Serba Guna Kampus ITB Jatinangor, Sumedang, Jabar, Kamis (17/8).

Menurut Laksamana, di dunia ini negara-negara kaya, negara miskin, negara berpenghasilan menengah atau atas, tidak tergantung pada sumber daya alamnya, tetapi pada sumber daya manusianya. 

"Yang jadi sumber kan manusia. Nah manusia itu ada yang berdaya dan tidak berdaya," kata Menteri BUMN era Megawati Soekarnoputri ini.

Menurut Laksamana, sebuah negara bisa maju atau tidak bergantung pada kualitas sumber daya manusia. Ini menjadi tantangan bagi Indonesia menghadapi bonus demografi pada 2030, saat masyarakat didominasi usia produktif.

Baca juga: Bonus Demografi Kunci Indonesia Keluar dari Jebakan Negara Berpendapatan Menengah

Ia menjelaskan negara-negara di dunia ada yang berpenghasilan tinggi, rendah, menengah. Semua itu tidak tergantung pada sumber daya alam yang dimiliki, tetapi justru bergantung dari sumber manusianya.

"Pada 2030 nanti, kita masuk bonus demografi. Usia manusia produktif yang berusia 16-64 tahun lebih banyak daripada yang berusia 65 tahun ke atas," terang Laksamana.

Namun, bonus demografi akan percuma jika mereka tidak berdaya karena menjadi beban negara.

Ia mengutip data dari Bank Dunia yang perlu menjadi perhatian anak muda zaman sekarang.

Saat ini, tingkat produktivitas bangsa Indonesia sangat rendah, hanya 0,5 dari skala 0 sampai 1. Adapun Korea, Taiwan, dan Singapura, 0,8 ke atas.

"Jadi bukan masalah Indonesia orangnya bodoh semuanya, apakah tidak ada orang pintar. Banyak orang pintar. Makanya tadi saya katakan ada komorbid bangsa yang harus dipahami,” ucap dia.

Baca juga: Bonus Demografi Harus Mampu Wujudkan Kesejahteraan Masyarakat

Komorbid bangsa yang dimaksud Sukardi dirangkum buku karyanya berjudul Pancasalah. Isinya ada lima kesalahan yang dipelihara sehingga menjadi masalah.

Pertama adalah salah kaprah. Lantaran pemimpin yang feodal, otoriter, korupsi kolusi nepotisme (KKN), sehingga masyarakat jadi terpecah dan terjadi perang ideologi.

Yang kedua salah asuh. Orang-orang yang menjabat akan mengeksploitasi jabatannya untuk mencari uang.

Yang ketiga, salah lihat. Calon pemimpin yang dicitrakan sedemikian rupa oleh buzzer dan internet, sehingga membuat masyarakat salah lihat dan salah pilih pemimpin mereka.

Keempat, salah tafsir. Dalam hal ini, masih ada istilah UUD (ujung-ujungnya duit), markus atau makelar kasus. Itu berarti hukum untuk orang-orang tertentu ditafsirkan berbeda.

"Nah selama ada salah tafsir semacam itu, investor juga tidak mau masuk," ucap Laksamana.

Terakhir adalah salah tata kelola. Pada bangsa yang barbar, sangat sulit melakukan tata kelola. Padahal, tata kelola yang baik bakal menghilangkan peluang korupsi. (RO/S-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sidik Pramono

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat