visitaaponce.com

Ini yang Bisa Terjadi Jika Anak Gunakan Internet Berlebihan

Ini yang Bisa Terjadi Jika Anak Gunakan Internet Berlebihan
Ilustrasi(Freepik)

PAKAR kejiwaan subspesialis anak dan remaja lulusan Universitas Indonesia Anggia Hapsari mengatakan anak rentan mengalami adiksi perilaku bila menggunakan internet berlebihan, yakni lebih dari empat jam sehari.

"Anak sulit mengendalikan dorongan dalam diri mereka untuk, misalnya setop main gim," kata Anggia, dikutip Jumat (18/8).

Anggia, yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia, juga mengatakan anak-anak yang mengakses internet berlebihan rentan terkena gangguan pengendalian impuls berupa gerakan psikomotor atau vokal yang tak disadari. 

Baca juga: Ini Tips Agar Anak Bersemangat Makan dari Nikita Willy

Hal itu, sambung dia, kemudian akan membuat anak-anak terlihat berbeda dari anak-anak seusianya.

Masalah kesehatan lain yang juga bisa dialami anak yakni gangguan subtipe obsesif kompulsif. 

Dia mencontohkan, anak-anak yang terbiasa bermain gim daring kemudian karena suatu sebab tidak bisa memainkannya, akan terus menerus memikirkan hal ini. Anak kemudian menyikapi dengan perilaku-perilaku tertentu untuk meniadakan pikiran tersebut.

Baca juga: Ini Tips Mengelola Emosi Saat Anak Didiagnosis Penyakit Kronis

Di sisi lain, kemudahan mengakses internet dan gawai pada anak tanpa disertai kemampuan penilaian dan pengendalian yang baik dapat menempatkan mereka pada risiko terkena eksploitasi dan kekerasan secara daring.

Anggia lalu menyebut bentuk baru kekerasan dan eksploitasi pada anak yang mungkin tidak disadari orangtua antara lain interaksi terkait kekerasan seksual berupa sexting atau praktik mengirim pesan, foto, atau video yang eksplisit secara seksual melalui pesan teks, serta live video.

"Dampaknya,terhadap  anak kalau mengalami kekerasan secara daring bisa mereka menjadi malu terhadap apa yang mereka alami," kata dia.

Menurut dia, anak korban kekerasan yang merasa malu dengan apa dialami pasti akan menyalahkan diri sendiri. Mereka juga rentan disalahkan orangtua atau guru dan orang-orang di sekitarnya, merasa tertuduh hingga dikhianati oleh orang yang telah dipercayainya.

Ini, kata Anggia, pada akhirnya dapat memunculkan gangguan psikologis lain seperti kecemasan, gangguan perilaku dan suasana hati seperti depresi. (Ant/Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat