visitaaponce.com

Perkumpulan Sekolah SPK Indonesia Tetap Tumbuhkan Nasionalisme di Sekolah

Perkumpulan Sekolah SPK Indonesia Tetap Tumbuhkan Nasionalisme di Sekolah
Perkumpulan Sekolah Satuan Pendidikan Kerja Sama (SPK) Indonesia turut merayakan HUT ke-78 RI.(Ist)

PERKUMPULAN Sekolah Satuan Pendidikan Kerja Sama (SPK) Indonesia yang merupakan wadah sekolah-sekolah internasional di Indonesia tetap berkomitmen menumbuhkan semangat kebangsaan atau nasionalisme bagi para siswa atau peserta didiknya.

Selain itu, SPK Indonesia juga tegas mendukung program pemerintah dalam penerapan kurikulum merdeka dan penerapan profil pelajar Pancasila.

"Sejatinya para SPK Indonesia kerap merayakan peringatan hari besar nasional seperti peringatan HUT RI ke 78 tapi jarang terliput sehingga menimbulkan asumsi di masyarakat seakan sekolah internasional (SPK) tidak menjunjung tinggi nilai kebangsaan dan budaya lalu mencuatkan kekhawatiran anak-anak yang ada di sekolah internasional itu akan luntur dan hilang semangat kebangsaannya, padahal itu sama sekali tidak benar," kata Ketua Perkumpulan Sekolah SPK Indonesia Haifa Segeir pada peringatan HUT ke-78 RI di New Zealand School, Jakarta, Sabtu (19/8).

Turut hadir Tim Maitland, Head of School New Zealand School Jakarta, David Butcher, Principal British School Jakarta, Cory Carson, Head of School Global Jaya School, Tangerang Selatan, serta Hendro Hassen Tjhang, Director Mentari Group, serta jajaran pimpinan dan pendidik sekolah SPK Indonesia lainnya. 

Haifa menambahkan ada asumsi pula bahwa siswa siswi sekolah internasional seakan tidak memiliki profil pelajar Pancasila. Padahal, jika dilihat seluruhnya dari tiga kepala sekolah SPK/internasional yang hadir penerapan profil pelajar Pancasila sudah sangat sama dengan profil pelajar sekolah-sekolah SPK Indonesia lainnya.

Bahkan, ungkap Haifa, para siswa asing juga diberikan pembelajaran tentang bahasa dan budaya Indonesia (Indonesian studies) .

Dikatakan, dari sisi regulasi, sekolah SPK juga wajib memberi tiga mata pelajaran yakni Bahasa Indonesia, Agama, serta Pendidikan Pancasila dan Kewarnegaraan (PPKn). Untuk semakin memantapkan penerapan profil pelajar Pancasila dalam proyek sekolah SPK, Perkumpulan juga menyelenggarakan workshop guru dalam rangkaian acara tersebut yang pematerinya merupakan pembuat modul program guru penggerak.


Baca juga: Belajar Sistem Transportasi pada Tumbuhan


Sementara itu, Head of School Global Jaya Cory Carson menyatakan menghormati Indonesia sebagai host country atau tuan rumah di mana pendidikan itu diselenggarakan.

"Kami sangat menghormati perbedaan bahasa dan budaya. Seluruh siswa Indonesia diajarkan bahasa Indonesia, agama, dan pendidikan Pancasila dalam sistem pendidikan di Global Jaya. Khusus untuk warga negara asing mereka juga mendapatkan pelajaran Indonesian studies," kata Carson.

Senada, David Butcher, Principal British School Jakarta, mengutarakan sebagai sekolah internasional, pihaknya merupakan bagian dari pendidikan di Indonesia sehingga otomatis sistem pendidikannya sejalan dengan program pendidikan pemerintah negara tuan rumah.

"Seperti sekarang sedang digaungkan oleh pemerintah dengan kurikulum merdeka." Pada kenyataannya kok sejalan, banyak hal-hal yang sejalan dengan kurikulum yang di aplikasikan di British School Jakarta juga dengan pendidikan profil Pancasila," kata Butcher.

Hemat dia, sila-sila dari Pancasila itu sangat bermanfaat untuk sekolah dan harus jadi dasar untuk semua sekolah yang ada ,tidak hanya di Indonesia tetapi secara global sebaiknya di setiap sekolah diterapkan.

Head of School NZS Jakarta, Tim Maitland, menambahkan di sekolahnya ada beberapa hal yang dikembangkan dalam sistem pendidikannya. Pertama, otomatis pembelajaran wawasan internasional diberikan yang sejalan dengan Bhinneka Tunggal Ika, yaitu berbeda-beda tetapi tetap satu, jadi kesatuan dalam perbedaan tetap diutamakan.

Kedua, kendati membawa pendidikan dari Selandia Baru ke Indonesia tetapi tetap dengan kearifan lokal yang ada di sini. "Saat ini ada perayaan hari kemerdekaan yang memberikan pengalaman buat anak-anak tentang perayaan kemerdekaan, bukan hanya upacara bendera atau baris berbaris, tetapi mereka juga merasakan bahwa permainan-permainan tradisional buat siswa-siswa di NZS baik yang asing maupun WNI. Jadi memang sama seperti di sekolah yang lain bahwa respect tidak dihilangkan atau menjadi satu kesatuan dalam pendidikan bagi kami, " pungkas Maitland. (RO/I-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat