visitaaponce.com

Bawa Misi Kemanusiaan, Handika Tuntaskan Paris-Brest-Paris dalam 3 Hari

Bawa Misi Kemanusiaan, Handika Tuntaskan Paris-Brest-Paris dalam 3 Hari
Handika saat menyelesaikan ajang ultra-cycling Paris-Brest-Paris(Dok. Pribadi)

AJANG bersepeda jarak jauh (ultra-cycling) Paris-Brest-Paris 2023 baru saja selesai. Salah satu yang berhasil menaklukkan tantangan bersepeda sejauh 1.200 kilometer itu ialah pesepeda Indonesia, Handika yang sukses menyelesaikannya dalam waktu 62 jam.

"Alhamdulillah saya ucapkan terimakasih pada Tuhan sudah memberikan saya kekuatan sampai hari ini," ujar Handika yang didukung minuman olahraga (sport-gel) Ej-Sport dalam salah satu event ultra-cycling tertua dan bergengsi di dunia itu.

Handika merupakan salah 1 dari 5 Spartan Indonesia yang mengikuti event Paris-Brest-Paris 2023. Selain Handika ada Lucky BW, Afandi Munir, Adipati Bob, dan Datya. Kelima Spartan Indonesia itu membawa misi kemanusiaan dalam perjalanannya di paris brest paris 2023. 

Baca juga : Biden Berjanji tidak akan Deportasi Warga Palestina di AS

Selain menaklukan event Paris-Brest-Paris, Handika, bersama Ej-Sport membawa misi kemanusiaan dengan mendonasikan setiap kayuhannya untuk anak yatim piatu di setiap kayuhannya.

“Saya tidak bisa berjuang sendiri. Mari sebarkan misi ini menjadi bagian perjuangan untuk adik-adik yatim piatu. Indonesia bisa, Indonesia mendunia. Misi ini juga sesuai semangat EJ-Sport” tutur Handika, captain tim cyclist Spartan Indonesia. 

Handika bersama Spartan Indonesia membawa misi bertajuk "Everyone Can" dalam Paris-Brest-Paris 2023. Selama masa persiapan, Handika mengungkapkan, rutin bersepeda dengan jarak 100 km setiap hari dan mengonsumsi Ej-Sport untuk memperkuat massa otot.

Baca juga : 60 Ton Bantuan Kemanusiaan Baznas untuk Palestina Tiba Mesir

Meski demikian, bersepeda sejuah 1.200 km dari Paris ke Brest dan kembali ke Paris, diakui Handika bukan perkara mudah. Ia bahkan sempat ingin menyerah saat mencapai jarak 960 km karena sakit yang dirasakan lutut kanannya dan membuat ia tidak bisa mengayuh pedal dengan sempurna. 

“Sebenarnya waktu bisa lebih cepat, tapi di km 960 kaki saya bermasalah, jadi agak sedikit sakit di bagian lutut. Sepanjang 240 km saya menggunakan kaki kiri untuk mengayuh. Kaki kanan hanya ikut saja, karena tidak bisa ditekan dan sudah sakit sekali," katanya.

Setelah menaklukkan Paris-Brest-Paris, Handian kini fokus untuk  proses pemulihan kaki. Sekaligus juga acara bersama Ej-SPort untuk santunan anak yatim piatu, untuk memberikan donasi yang sudah terkumpul.  (Z-5)
 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat