visitaaponce.com

Begini Upaya Menteri Siti Nurbaya Turunkan Angka Deforestasi Indonesia

Begini Upaya Menteri Siti Nurbaya Turunkan Angka Deforestasi Indonesia
Alih fungsi hutan di Kalimantan(Antara/Bayu Pratama)

INDONESIA terus berjuang untuk menurunkan angka deforestasi. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya dalam rapat kerja bersama Komisi IV DPR RI, Kamis (14/9).

Dimulai pada 2000, di mana terjadi deforestasi dahsyat di atas 2 juta hektare. Lalu 2004 seluas 800 ribu hektare, lalu 2015 seluas 600 ribu hektare dan 2017 seluas 440 ribu hektare. Hingga pada 2022, angka deforestasi menyentuh 104 hektare, yang merupakan angka penurunan paling baik sepanjang sejarah.

“Kami terpaksa harus berargumentasi dan berinteraksi cukup dahsyat dan kuat dengan Global Forest Watch dalam hal ini World Resourches Institute (WRI) untuk dalam tanda kutip beradu metode, karena metode yang mereka pakai adalah citra satelit,” kata Siti.

Baca juga : Menteri LHK: Deforestasi Paling Banyak Disebabkan Karhutla dan Perambahan

Ia menjelaskan, penggunaan citra satelit memungkinkan untuk bisa melihat tekstur, gambar hingga ketajaman warna. Komponen-komponen itu kemudian dapat digunakan untuk mendeteksi lokasi-lokasi hutan hingga perkebunan sawit.

Dengan metode itu, Indonesia kemudian dituding menjadi negara dengan deforestasi terbesar di dunia. Siti merasa tidak adil, pasalnya WRI tidak melihat upaya reforestasi yang dilakukan Indonesia.

Baca juga : Cagar Alam jadi Kunci Penurunan Deforestasi Hutan Amazon di Brasil

Akhirnya, pihaknya mengajak tim WRI untuk mengecek ke lapangan pada 2017, dan pada Mei 2023 Indonesia baru diakui bukanlah negara dengan deforestasi terbesar.

“Karena kalau lihat deforestasi, kita juga musti lihat reforestasi. Karena deforestasi kan bisa terjadi karena perambahan dan kebakaran hutan. Bisa dihitung itu Ditjen Gakkum sudah menjaga berapa juta hektare,” ucap dia.

Menurut dia, upaya reforestasi yang dilakukan belum terlihat di citra satellit milik WRI. Pasalnya, pohon yang baru tummbuh belum bisa terdeteksi.

“Jadi kalau kita tanam tahun sekarang, satu atau dua tahun lagi baru kelihatan tumbuhnya. Tapi di satelit belum nongol, dan akan kelihatan benar setelah tingginya 4 sampai 6 meter,” tegas Siti.

Karenanya, pihaknya akan terus bekerja melakukan pemantauan dan reforestasi agar hutan Indonesia tetap terjaga.

“Sekarang saya bilang sama dirjen-dirjen, jangan happy dulu karena kita punya sesuatu yang kita harus perjuangkan lagi, dan pasti akan lebih baik. Karena kita sudah nanam banyak tapi belum terekam di satelit,” pungkas dia. (Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat