Polusi Jabodetabek Naikkan Kasus Penyakit Pernapasan 34
![Polusi Jabodetabek Naikkan Kasus Penyakit Pernapasan 34%](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/09/65ae94896ed4115100e1d4502ed0f3c9.jpg)
BERDASARKAN studi yang dilakukan Nafas dan Halodoc diketahui bahwa udara buruk Jabodetabek berpotensi meningkatkan kasus penyakit pernapasan hingga 34%. Hal itu diketahui dengan mengkaji hubungan keterkaitan antara polusi PM2,5 dengan jumlah kasus penyakit pernapasan yang masuk dalam aplikasi Halodoc.
"Penelitian gabungan dilakukan di Jabodetabek pada periode Juni sampai Agustus 2023 menggunakan metode statistik deskriptif analitis," kata Co-founder and Chief Growth Officer Nafas Piotr Jakubowski, Selasa (26/9). Berdasarkan studi, konsentrasi PM2,5 dengan kategori tidak sehat berisiko menimbulkan masalah pernapasan dalam rentang waktu 12 jam.
Selain itu, kasus penyakit bronkitis dan asma meningkat 5 kali lipat dalam kurun waktu 48 jam. Kelompok sensitif memiliki risiko tertinggi masalah pernapasan dengan peningkatan kasus hingga 48%. Dalam hal ini, anak-anak berusia kurang dari 6 tahun dan lansia berusia 55 tahun ke atas menjadi kelompok berisiko paling tinggi.
Baca juga: KLHK akan Standarisasi Alat Ukur Kualitas Udara
Ia berharap penelitian itu dapat melengkapi studi yang ada, terutama temuan-temuan baru terkait polusi PM2,5 dan hubungannya dengan penyakit pernapasan di Indonesia khususnya Jabodetabek. "Dengan semakin banyak data kualitas udara dari jaringan low cost sensor yang tersedia, semakin besar peluang untuk melengkapi insight yang dibutuhkan terkait kondisi lapangan. Selain itu memaksimalkan pemanfaatan teknologi dapat membantu meningkatkan upaya melindungi warga dari berbagai risiko kesehatan," pungkas dia.
Pada kesempatan itu, Direktur Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Anas Ma'ruf mengungkapkan perlu waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan masalah polusi udara di perkotaan. Karenanya, dibutuhkan kolaborasi semua pihak untuk mengatasinya.
Baca juga: PM tidak Bisa Jadi Satu-Satunya Indikator Pengukur Kualitas Udara
"Kita harus meningkatkan kolaborasi dan edukasi ke masyarakat. Meningkatkan kepedulian masyarakat terkait dengan upaya yang dilakukan dan melihat risiko yang ada agar masyarakat tidak terkena dampak dari polusi udara," kata Anas. (Z-2)
Terkini Lainnya
Bunda Jelita, Kenali Infeksi Virus RSV untuk Cegah Kematian Bayi Prematur
Dampak Polusi, Paru-paru Menua Lebih Awal
Bunda, Kenali Bahaya Polutan dalam Ruangan
Diagnosis Asma Secara Dini Kurangi Dampak pada Anak
Polusi Udara di Tiongkok Terburuk, Pertama Kali dalam Satu Dekade
Polusi Udara Sebabkan Tingginya Angka Penyakit Pernapasan
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap