visitaaponce.com

70 Masalah Stunting Bisa Diatasi dengan Meningkatkan Kompetensi Kader Posyandu

70% Masalah Stunting Bisa Diatasi dengan Meningkatkan Kompetensi Kader Posyandu
Petugas Posyandi melayani warga yang melakukan pemeriksaan tumbuh kembang anak(MI/Agung Wibowo)

INDONESIA menargetkan penurunan stunting mencapai angka 14% pada 2024. Melihat hal itu, Ahli Gizi Tan Shot Yen menilai untuk mengatasi stunting, yang tepenting ialah memahami kontributor dari penyebab stunting. Karenanya, peran kader di Posyandu menjadi penting untuk memberikan edukasi kepada masyarakat.

“Kita harus sadar bahwa 70% masalah stunting bisa diatasi dengan kompetensi kader dan pola asuh yang baik,” kata Tan di acara 1000 Days Fund Humanitrian Award di Pasific Place, Jakarta Selatan, Kamis (5/10).

Tan menegaskan, kader posyandu menjadi ujung tombak bagi penanganan stunting. Pasalnya, stunting bukan semata-mata disebabkan oleh kemiskinan. Namun, kadang kala sang ibu bingung ketika menemukan berbagai kondisi. Misalnya saja saat anaknya tidak mau makan, atau bahkan tidak menyusui.

Baca juga : Wapres Optimistis Pemerintah Bisa Tekan Tengkes Hingga 14%

“Ibu-ibu tahu banget anak saya musti makan telur, daging ayam, tapi anaknya ngelepeh saat dikasih makan, ini beberapa hal yang menurut saya harus jadi perhatian. Dan ini adalah tugas dari kader posyandu,” beber dia.

Namun, Tan mengakui, tugas kader untuk menangani stunting masih belum optimal. Ada beberapa hal yang menjadi penyebab, diantaranya kompetensi kader yang tidak rata hingga belum adanya refreshment training bagi kader.

Baca juga : Heru Pastikan Penanganan Stunting Jalan Terus

Ia menilai, diperlukan pelatihan menyeluruh bagi kader, agar tidak hanya mencatat berat badan dan tinggi badan anak, tapi juga memiliki kemampuan konseling untuk memberikan arahan kepada permasalahan yang dihadapi ibu.

“Kompetensi kader harus jadi hal yang kita bina, supaya pencegahan stunting menjadi hal yang betul-betul penting. Bukan nanganin yang sudah kadung stunting, kalau itu kerjaan dokter. Tapi sebelum jadi stunting, itu pekerjaan kita bersama,” pungkas Tan.

Pada kesempatan itu, Bidan Puskesmas Pembantu Pulau Komodo, Labuan Bajo, NTT, Fifi Sumanti mengakui, mengubah perilaku masyarakat bukanlah hal mudah. Butuh bertahun-tahun untuk Fifi bisa menurunkan angka stunting di Pulau Komodo.

Upaya-upaya edukasi telah dilakukan, di antaranya dengan mengadakan kelas ibu hamil dan pelayanan terpadu. Pada 2018 angka stunting di Pulau Komodo mencapai 11% dan pada 2019 angka stunting berhasil turun, tapi hanya sedikit.

Fifi mulai frustrasi karena ia menganggap bahwa ibu-ibu yang mengikuti kelas edukasi sudah paham pengertian hingga cara pencegahan stunting. Tapi rupanya ketika pulang ke rumah masing-masing, mereka kembali ke ke biasaan pola asuh yang salah. Hal itu disebabkan adanya campur tangan mertua dalam mengurus anak di keluarga.

“Di situ Tuhan seperti memberikan petunjuk bagiku, selama ini aku lebih fokus ke ibu, tapi lupa bahwa di dalam keluarga juga ada mertua. Akhirnya kita adakan kelas untuk mertua,” beber dia.

Dengan upaya yang keras, angka stunting di Pulau Komodo pada Agustus 2023 berhasil turun ke angka 9,7%.

“Memang memberikan edukasi kepada masyarakat itu sulitnya bukan main. Tapi kita harus berusaha keras agar angka stunting bisa turun,” pungkas dia. (Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat