visitaaponce.com

Data Satelit Ungkap Kabut Asap Akibat Karhutla belum Masuki Malaysia

Data Satelit Ungkap Kabut Asap Akibat Karhutla belum Masuki Malaysia
Pakar forensik karhutla Prof Bambang Hero Saharjo.(MI/Bary Fathahillah)

BERDASARKAN data satelit Worldview 2 dari NASA, earth.nuuschool, Himawari dan Sentinel 2, pakar forensik kebakaran hutan Prof Bambang Hero Saharjo menyatakan, kabut asap karhutla yang terjadi di Indonesia belum memasuki Malaysia.

“Bahkan kami menemukan justru terjadi peningkatan PM2,5 di negara Jiran. Itu data yang saya dapatkan dari satelit,” kata guru besar IPB University itu saat dihubungi Media Indonesia, Jumat (6/10).

Bambang mengomentari pernyataan Malaysia yang meminta Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara lainnya untuk mengambil tindakan dari kualitas udara yang memburuk akibat kebakaran di Indonesia.

Diketahui, Menteri Lingkungan Hidup Malaysia Nik Nazmi Nik Ahmad telah mengirimkan surat kepada Indonesia pekan ini mengenai kabut asap akibat karhutla di Indonesia yang sudah sampai ke Malaysia.


Fokus pada pencegahan

Prof Bambang mengungkapkan bahwa memang ada sejumlah hal yang menjadi kendala dalam pemadaman karhutla di lapangan. Di antaranya sumber daya manusia yang punya skill terbatas, sarana dan prasarana yang juga terbatas serta lahan terbakar yang sulit dijangkau.

“Kondisi cuaca yang tidak kondusif serta bujet yang tersedia sangat terbatas, bahkan pada beberapa daerah tidak tersedia bujetnya,” imbuh peraih John Maddox Award 2019 itu.

Menurut dia, sejatinya ada atau tidak el nino, maka upaya pengendalian karhutla dalam artian yg sesungguhnya, yaitu pada kegiatan pencegahan dalam porsi yang besar, diikuti tindakan pemadaman serta penanganan pasca kebakaran yg mencakup pemulihan lahan bekas terbakar dan penegakan hukum perlu terus dilakukan.


Tidak ada asap yang menyeberang

Berkenaan dengan peta citra asap lintas batas, sebelumnya Menteri LHK Siti Nurbaya menyampaikan dirinya mendapat laporan sandingan peta citra sebaran asap dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan The ASEAN Specialised Meteorological Centre (ASMC) untuk periode tanggal 28-30 Sept 2023 bahwa tidak ada transboundary haze. Tidak ada asap yang menyeberang.

Berdasarkan hasil pantauan ASMC, selama beberapa hari tersebut asap terpantau moderate hingga pekat di sejumlah wilayah di Sumatera dan Kalimantan. Dan pada hari Minggu mulai pekat di Kalimantan Tengah dan Sumatera Selatan, meski begitu, terpantau bahwa tidak terjadi asap lintas batas.

ASMC merupakan program kolaborasi regional di antara National Meteorological Services (NMSs) negara-negara anggota ASEAN. ASMC diselenggarakan di bawah Layanan Meteorologi Singapura, National Environment Agency of Singapore.

Sementara, data BMKG berdasarkan pantauan satelit Himawari, citra sebaran asap wilayah Indonesia pada tiga hari tersebut terdeteksi asap di sejumlah wilayah di Sumatra dan Kalimantan. Arah angin di Indonesia pada umumnya dari Tenggara ke Barat Laut-Timur Laut. Dan lagi-lagi tidak terdeteksi adanya asap lintas batas. "Jadi jelas yah, keduanya menyatakan tidak ada asap lintas batas," ujar Siti.

Meski begitu, Siti menyatakan tentu saja berbagai catatan dari berbagai pihak perlu menjadi perhatian. Pada saat ini, Siti menyampaikan tim tengah berjibaku di lapangan untuk pemadaman darat di Sumsel, Kalteng dan Kalsel serta beberapa daerah di Sumatera dan Kalimantan, termasuk sebagian juga di Jawa. (Z-4)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat