Pengembangan Terapi Genomik Dinilai Bisa Tekan Biaya Kesehatan Indonesia
![Pengembangan Terapi Genomik Dinilai Bisa Tekan Biaya Kesehatan Indonesia](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/10/fb416ca9449c66ceaf57574d37daabef.jpg)
Pengembangan terapi genomik dinilai bisa menekan biaya kesehatan di Indonesia. Terapi genomik yang dilakukan lewat pemeriksaan genetik setiap orang dapat membantu seseorang mengetahui potensi penyakit dan kebutuhan nutrisi masing-masing. Dengan demikian terapi yang diberikan bisa lebih spesifik. Salah satu jenis terapi genomik adalah terapi stem cell.
Deputi Direktur Stem Cell and Cancer Institute Sandy Qlintang mengungkapkan, terapi stem cell juga bisa menjanjikan penyembuhan penyakit degeneratif yang lebih tinggi.
“Tentu terapi genomik bisa menghemat biaya, terutama biaya yang dikeluarkan BPJS Kesehatan untuk menangani penyakit-penyakit dan bisa meningkatkan produktivitas usia muda,” kata Sandy dalam acara Dr. Boenjamin Setiawan Distinguished Lecture Series 2023, Minggu (8/10).
Baca juga: Susun Standar Layanan Sel Punca, Kemenkes Uji Publik Aturan Turunan UU Kesehatan
Ia menjelaskan, dengan terapi stem cell, dapat dibentuk jaringan baru untuk menggantikan sel-sel rusak yang menjadi penyebab kerusakan organ. Hingga kini, terapi stem cell masih dalam tahap pelayanan berbasis penelitian di sejumlah rumah sakit di Indonesia. Beberapa penyakit yang dapat ditangani dengan stem cell di antaranya thalasemia, hemofilia dan parkinson.
Namun, Sandy mengakui bahwa penelitian terapi stem cell masih banyak terkendala. Salah satunya ialah keterbatasan raw material yang kini belum bisa diproduksi sendiri dalam negeri. Untuk mendapatkan reagen tertentu, Sandy menyebut butuh waktu sekitar tiga bulan.
Baca juga: Stem Cell jadi Terapi Masa Depan untuk Penyembuhan Penyakit Degeneratif
“Dalam hal ini Kalbe sedang membuat tech polymerase yang merupakan salah satu reagen dalam negeri sehingga kita tidak perlu impor. Saat ini kita kan punya semangat TKDN ini adalah tantangan bagi industri dan peneliti agar dari hulu kita bisa memenuhi kebutuhan dari karya anak bangsa,” beber dia.
Di samping itu, biaya penelitian stem cell dinilainya relatif mahal. Misalnya saja untuk penelitian stem cell thalasemia, dibutuhkan anggaran sekira Rp40 miliar.
“Tapi saya rasa untuk kemajuan dan kebermanfaatan negara, saya rasa harga tidak jadi masalah. Karena dampaknya pada pasien thalasemia tidak perlu lagi transfusi darah dan kita bisa menyelamatkan jiwanya. Ini semua bisa dijalani dengan kolaborasi berbagai pihak,” ucap Sandy.
(Z-9)
Terkini Lainnya
Personalisasi Layanan Kesehatan Holistik sesuai Profil Genetik
Belajar dari Covid-19, Akses Patogen Dibutuhkan Cegah Pandemi Baru
Mengenal Jumlah dan Fungsi Kromosom dalam Berbagai Organisme
Untuk Pertama Kalinya, AS Akan Jual Daging Hasil Rekayasa Genetika
Widya Genomic Nusantara Perusahaan Rintisan Pertama Hadirkan Uji Epigenetika
Penyimpanan Darah Tali Pusat Penting bagi Kesehatan di Masa Depan
Hati-Hati Memilih Terapi Stem Cell, Terbaik Berasal dari Tali Pusat
Manfaat Stem Cell untuk Terapi Penyakit hingga Antiaging
Tekuni Penelitian Stem Cell, Dokter Ini Dianugerahi WIPO National Award for Inventor
Terapi Stem Cell Obati Osteoarthritis pada Lansia
Celltech Stem Cell Centre Vinski Tower Jakarta Raih Penghargaan Best of the Best 2024 dari Robb Report
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap