visitaaponce.com

Pengembangan Terapi Genomik Dinilai Bisa Tekan Biaya Kesehatan Indonesia

Pengembangan Terapi Genomik Dinilai Bisa Tekan Biaya Kesehatan Indonesia
Ilustrasi terapi stem cell.(Freepik)

Pengembangan terapi genomik dinilai bisa menekan biaya kesehatan di Indonesia. Terapi genomik yang dilakukan lewat pemeriksaan genetik setiap orang dapat membantu seseorang mengetahui potensi penyakit dan kebutuhan nutrisi masing-masing. Dengan demikian terapi yang diberikan bisa lebih spesifik. Salah satu jenis terapi genomik adalah terapi stem cell.

Deputi Direktur Stem Cell and Cancer Institute Sandy Qlintang mengungkapkan, terapi stem cell juga bisa menjanjikan penyembuhan penyakit degeneratif yang lebih tinggi.

“Tentu terapi genomik bisa menghemat biaya, terutama biaya yang dikeluarkan BPJS Kesehatan untuk menangani penyakit-penyakit dan bisa meningkatkan produktivitas usia muda,” kata Sandy dalam acara Dr. Boenjamin Setiawan Distinguished Lecture Series 2023, Minggu (8/10).

Baca juga: Susun Standar Layanan Sel Punca, Kemenkes Uji Publik Aturan Turunan UU Kesehatan

Ia menjelaskan, dengan terapi stem cell, dapat dibentuk jaringan baru untuk menggantikan sel-sel rusak yang menjadi penyebab kerusakan organ. Hingga kini, terapi stem cell masih dalam tahap pelayanan berbasis penelitian di sejumlah rumah sakit di Indonesia. Beberapa penyakit yang dapat ditangani dengan stem cell di antaranya thalasemia, hemofilia dan parkinson.

Namun, Sandy mengakui bahwa penelitian terapi stem cell masih banyak terkendala. Salah satunya ialah keterbatasan raw material yang kini belum bisa diproduksi sendiri dalam negeri. Untuk mendapatkan reagen tertentu, Sandy menyebut butuh waktu sekitar tiga bulan.

Baca juga: Stem Cell jadi Terapi Masa Depan untuk Penyembuhan Penyakit Degeneratif

“Dalam hal ini Kalbe sedang membuat tech polymerase yang merupakan salah satu reagen dalam negeri sehingga kita tidak perlu impor. Saat ini kita kan punya semangat TKDN ini adalah tantangan bagi industri dan peneliti agar dari hulu kita bisa memenuhi kebutuhan dari karya anak bangsa,” beber dia.

Di samping itu, biaya penelitian stem cell dinilainya relatif mahal. Misalnya saja untuk penelitian stem cell thalasemia, dibutuhkan anggaran sekira Rp40 miliar.

“Tapi saya rasa untuk kemajuan dan kebermanfaatan negara, saya rasa harga tidak jadi masalah. Karena dampaknya pada pasien thalasemia tidak perlu lagi transfusi darah dan kita bisa menyelamatkan jiwanya. Ini semua bisa dijalani dengan kolaborasi berbagai pihak,” ucap Sandy.


(Z-9)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat