visitaaponce.com

Prosesi dan Urutan Upacara Tedak Siten

Prosesi dan Urutan Upacara Tedak Siten
Ilustrasi - upacara adat tedhak siten(Pinterset/sandrinnam_)

TEDAK Siten adalah salah satu upacara adat budaya Jawa. Tedak Siten atau upacara turun tanah merupakan upacara yang dilakukan sebagai peringatan bagi manusia akan pentingnya makna hidup di atas bumi yang mempunyai relasi, yaitu relasi antara manusia dan Tuhan, sesama manusia, dan lingkungan alam di sekitarnya. 

Artinya, upacara Tedak Siten merupakan suatu upacara yang mengandung harapan orangtua terhadap anaknya agar si anak nantinya menjadi orang yang berguna bagi keluarga, nusa, dan bangsa. Harapan orangtua ini termanifestasikan dalam suatu upacara yang diselenggarakan pada masa kanak-kanak yang dinamai upacara Tedak Siten. 

Tedak Siten berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa, yaitu “tedhak” yang berarti “menapakkan kaki”, dan “siten” (berasal dari kata “siti”) yang berarti “bumi” atau “tanah”. Upacara ini dilakukan ketika seorang bayi berusia tujuh lapan (satu lapan sama dengan 35 hari / 7 x 35 hari atau 245 hari) yaitu ketika bayi mulai belajar duduk dan berjalan di tanah. 

Baca juga: Mengenal Tradisi Potong Jari Suku Dani Papua

Bagi para leluhur, adat budaya ini dilaksanakan sebagai penghormatan kepada bumi tempat anak mulai belajar menginjakkan kakinya ke tanah. Sehingga dalam istilah Jawa disebut Tedak Siten. Upacara Tedak Siten selalu diiringi dengan doa-doa dari orangtua dan sesepuh sebagai pengharapan agar kelak anak sukses menjalani kehidupannya.

Simbol yang tersirat dalam upacara Tedak Siten adalah mengungkapkan masa depan bayi. Sedangkan maksud diadakannya upacara Tedak Siten adalah diharapkan kelak kalau anak sudah dewasa akan kuat dan mampu berdiri sendiri dalam menempuh kehidupan yang penuh tantangan dan harus dihadapinya untuk mencapai cita-cita. 

Baca juga: Contoh Pantun Palang Pintu untuk Pernikahan Adat Betawi

Selain itu upacara ini sebagai perwujudan rasa syukur karena pada usia ini si anak akan mulai mengenal alam di sekitarnya dan mulai belajar berjalan. Tujuan lain dari upacara ini adalah untuk mengenalkan si anak kepada ibu pertiwi. Dalam masyarakat Jawa terdapat ungkapan “Ibu Pertiwi Bapa Angkasa” yang berarti bumi sebagai ibu dan langit sebagai bapak.

Sebagaimana masyarakat Jawa pada umumnya, sebelum melakukan segala sesuatu selalu diawali dengan ritual “slametan” atau selamatan. Selamatan merupakan sebuah tradisi ritual yang hingga kini tetap dilestarikan oleh sebagian besar masyarakat Jawa. Salah satu upacara adat Jawa ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas anugerah dan karunia yang diberikan Tuhan.

Istilah selamatan sendiri berasal dari bahasa arab yakni Salamah yang memiliki arti selamat atau bahagia. Sementara itu, jika merujuk pada pendapat Clifford Geertz, selamatan bisa berarti “ora ono opo-opo” (tidak ada apa-apa). Dalam prakteknya, selamatan atau syukuran dilakukan dengan mengundang beberapa kerabat atau tetangga. Secara tradisional acara selamatan dimulai dengan doa bersama, dengan duduk bersila di atas tikar, melingkari nasi tumpeng dengan lauk pauk.

Demikian juga sebelum memulai prosesi upacara Tedak siten, dimulai dengan mengadakan “slametan” yang merupakan manifestasi dari doa memohon keselamatan secara bersama-sama kepada Tuhan agar diberikan kelancaran dan terhindar dari halangan sehingga tidak akan terjadi apa-apa.

Tujuan

  1. Membuat anak tumbuh kuat
  2. Mampu menghadapi setiap godaan dan rintangan
  3. Menjadi anak yang mandiri

Prosesi/Tata cara upacara adat

Saat upacara berlangsung, anak akan dituntun orangtua untuk menapaki tujuh tahapan. Tujuh tahapan tersebut diibaratkan sebagai rintangan atau hambatan dalam kehidupan yang kelak akan dilalui si anak. Satu per satu, anak akan melewati hambatan dengan bimbingan dari orangtua. 

  1. Menginjak jadah tujuh warna 
  2. Naik dan turun tangga dari tebu wulung 
  3. Ceker-ceker untuk berjalan di atas onggokan pasir 
  4. Masuk ke dalam kurungan 
  5. Menyebar undhik-undhik atau uang 
  6. Dibersihkan dengan air siraman 
  7. Didandani dengan pakaian yang bersih. 

Adapun tujuh perlengkapan yang dibutuhkan dalam upacara tedak siten, antara lain: 

1. Jadah (tetel) tujuh warna 

Masih dari laman Kemendikbud, jadah adalah makanan yang terbuat dari ketan, kelapa muda, dan garam. Dalam tedak siten, terdapat tujuh jadah dengan warna berbeda, yakni putih, merah, hitam, kuning, biru, jingga, dan ungu. Jadah bermakna sebagai simbol kehidupan yang dilalui anak, mulai dari menapaki kaki sampau dewasa. Tujuh jadah berbeda tadi disusun mulai dari warna gelap hingga terang, sebagai lambang semua masalah yang dilalui pasti akan ada penyelesaiannya. 

2. Jenang bluwok 

Jenang bluwok terbuat dari tepung beras sebagai lambang ujian untuk menghadapi sulitnya hidup. 

3. Nasi tumpeng dan ingkung pithik atau ayam kampung utuh 

Perlengkapan selanjutnya, yakni nasi tumpeng dengan sayur kacang panjang, sayur kangkung, dan kecambah. Nasi tumpeng memiliki makna sebagai permohonan orangtua agar kelak si buah hati menjadi anak yang berguna. Sayur kacang panjang sebagai lambang umur panjang, kangkung sebagai lambang kesejahteraan, serta kecambah merupakan simbol kesuburan. Sementara itu, ayam kampung utuh menjadi lambang dari kemandirian. 

4. Jajanan pasar 

Jajanan pasar atau jajanan tradisional bermakna bahwa nanti anak harus memberikan manfaat untuk lingkungannya. Jajanan pasar ini nantinya akan dibagikan kepada para tamu yang datang ke upacara tedak siten. 

5. Tangga atau ondho 

Tangga atau dalam bahasa Jawa disebut ondho, dalam prosesi tedak siten terbuat dari tebu wulung atau tebu arjuna berwarna ungu. Penggunaan tebu arjuna agar anak memiliki sifat Arjuna, tokoh pewayangan yang memiliki sikap tanggung jawab. Adapun menurut bahasa Jawa, tebu merupakan kependekan dari anteping kalbu yang bermakna kemantapan hati. Tangga ini terdiri dari tujuh anak tangga yang akan diinjak dengan bimbingan orangtuanya. Setiap langkah pada anak tangga bermakna langkah-langkah dalam memulai kehidupan.

6. Kurungan ayam 

Kurungan ayam yang akan digunakan dalam upacara dihias secantik mungkin. Selanjutnya, di dalam kurungan diletakkan benda pilihan, seperti uang, alat tulis, cermin, dan sebagainya. Saat upacara, anak akan dimasukkan ke dalam kurungan dan dibiarkan mengambil salah satu benda yang ada. Benda yang dipilih anak menggambarkan pekerjaan atau kesenangan anak saat dewasa. 

7. Kembang setaman

Kembang setaman terdiri dari bunga melati, mawar, dan kenanga. Maknanya, saat anak telah berhasil berjalan sendiri, diharapkan mampu membawa keharuman bagi orangtua dan lingkungan. Kembang setaman dilengkapi pula dengan bokor berisi air dan undhik-undhik. Pada saat prosesi, undhik-undhik disebar untuk diperebutkan oleh anak-anak yang menyaksikan tedak siten. Sebar undhik-undhik ini memiliki makna agar anak kelak menjadi orang yang baik hati dan dermawan. (Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat