visitaaponce.com

Wabah Cacar Monyet Perlu Segera Diatasi

Wabah Cacar Monyet Perlu Segera Diatasi
Petugas kesehatan menunjukkan vaksin cacar monyet(AFP)

PENYAKIT monkeypox atau cacar monyet merupakan hal yang perlu diantisipasi secara bersama. Dekan Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. dr. Ari Fahrial Syam mengatakan bahwa ICTEC yang merupakan lembaga yang dibentuk bersama oleh FKUI dan RSCM berusaha untuk mengedukasi masyarakat mengenai monkeypox.

“Kita berusaha memberikan update keilmuan dari isu yang berkembang di masyarakat dan saat ini monkeypox jadi hal yang cukup meresahkan masyarakat. Karena dampaknya ini sangat luar biasa dan pasien yang mengalami penyakit ini harus mendapat perhatian dari masyarakat,” ungkapnya dalam Webinar Tata Laksana Monkeypox, Kamis (2/11).

Lebih lanjut, Plt. Direktur Utama RSCM dr. Sumariyono menambahkan bahwa kasus monkeypox di Indonesi kini telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Sampai 31 Oktober 2023 kasus monkeypox sudah mencapai 30 kasus dan itu semuanya laki-laki.

Baca juga : Waspadai Cacar Monyet, RSUD Singaparna Siapkan Ruang Infeksi Khusus

“Monkeypox adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengan gejala utama kelainan pada kulit ada ruam dan lainnya. Infeksi ini juga menular khususnya melalui kontak antara penderita dengan orang lain,” kata Sumariyono.

Baca juga : Fakta Cacar Monyet di Jakarta, Semua Pasien Laki-Laki dan Tertular Lewat Kontak Seksual

“Oleh karena itu, perlu diberikan informasi kepada masyarakat secara lebih umum terkait kewaspadaan dengan demikian terbentuk pemahaman masyarakat dan tahu kalau terkena gejala, pengobatan dan pencegahan penularan,” sambungnya.

Staf FKUI RSCM Divisi Tropic Infeksi dr. Robert Sinto menjelaskan, data di dunia sampai saat ini sudah ada 91 ribu kasus monkeypox yang dilaporkan di 116 negara. Menurutnya, monkeypox ini juga sebetulnya penyakit yang sudah ada beberapa tahun lalu di Afrika dan pada 2022 muncul di 109 negara lainnya, sehingga sekarang menyebar.

Beberapa benua yang tercatat mengalami kenaikan kasus itu di antaranya Eropa, Amerika, terakhir Asia khususnya di Tiongkok, Vietnam dan Thailand sementara Indonesia masih flat.

“Data WHO juga menyatakan 96% kasus diderita laki-laki dan di Indonesia 100% laki-laki. Ada dua vaksin besar untuk monkeypox ini ACAM2000 dan JYNNEOS. Indonesia memiliki JYNNEOS ada 495 dan sudah ada 452 yang mengaksesnya dari kelompok khusus,” ujar Robert.

WHO sendiri menyatakan monkeypox long term assessment untuk populasi general itu masih rendah. Jadi sebetulnya untuk menjadi pandemi layaknya covid-19 itu dapat dikatakan masih sangat rendah.

“Tetapi untuk kelompok tertentu seperti sesama jenis dan pekerja seks komersial itu moderat,” lanjutnya.

Di tempat yang sama, Ketua KSM Dermatology FKUI RSCM dr. Hanny Nilasari mengatakan gejala sistemik monkeypox dengan mulainya masa inkubasi selama 6-13 hari. Pada manusia gejalanya mirip dengan gejala cacar air dan ditemukan pembengkakan pada kelenjar getah bening dan area genital.

“Gejala didahului oleh nyeri kepala, diikuti oleh demam, nyeri tenggorokan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam berupa kemerahan di kulit dan jumlahnya sedikit tidak terlalu banyak kemudian menyebar ke daerah lainnya.

Pemeriksaan dilakukan PCR lesi kulit, swab orofaring, saliva dan darah,” ujar Hanny.

Ketua PPI PPRA RSCM Dr. dr. Ari Prayitno menambahkan dari WHO, penanganan monkeypox ini tetap yang direkomendasikan adalah kewaspadaan standar seperti penggunaan hand sanitizer, penempatan pasien, penggunaan APD, kebersihan ruangan disertai desinfektan, dan lainnya, khususnya untuk tenaga kesehatan.

“Jadi tenaga kesehatan harus melakukan risk assessment di setiap waktu,” tegas Ari.

Untuk gejala ringan, isolasi mandiri direkomendasikan untuk dilakukan dalam ruangan tersendiri di dalam rumah. Hindari penggunaan barang secara bersamaan dengan keluarga seperti handuk mandi, alat makan, dan sebagainya.

“Jangan lupa melakukan pembersihan dan desinfektan terhadap barang yang digunakan pasien. Juga melakukan pembersihan tangan baik menggunakan air dan juga hand sanitizer dan tidak melakukan aktivitas seksual,” tuturnya.

Untuk penempatan di rumah sakit, pasien harus ditempatkan di ruangan khusus berisi satu orang. Namun, jika ada pasien yang mengalami hal serupa dapat dimasukkan dalam satu ruangan dengan jarak tempat tidur minimal 1 meter, pintu harus tertutup dan pasien harus memiliki kamar mandi khusus.

Sementara itu, Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta dr. Ngabila Salama mengimbau siapa saja yang menemukan kasus monkeypox baik keluarga, kerabat, tenaga kesehatan dan lainnya jangan sampai ada satu kasus pun yang lolos karena efeknya akan sangat besar sekali.

“Saya pernah menemukan satu kasus positif selama masa inkubasi 21 hari dia melakukan aktivitas seksual dengan 24 orang. Artinya kita tidak bisa melarang secara penuh perilaku berisiko seksual seseorang meskipun sudah kita ceramahi. Tapi dengan kita mencoba menggali dan menemukan kasus itu akan memperlambat penularan,” pungkas Ngabila. (Z-8)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putra Ananda

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat