visitaaponce.com

Kasus Cacar Monyet Tinggi, Indonesia Perlu Tingkatkan Kewaspadaan

DUNIA kembali dipaksa meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya infeksi virus menular dengan munculnya wabah cacar monyet atau dikenal dengan sebutan monkeypox/Mpox. Wabah yang muncul secara mendadak pada periode rentang waktu 2021 hingga saat ini tersebut menjangkiti sekitar 115 negara di dunia.

Cacar monyet merupakan penyakit zoonosis langka yang disebabkan virus Mpox. Penyakit ini menyebabkan munculnya bintil-bintil bernanah di permukaan kulit penderita. Cacar monyet berbeda dengan cacar air meskipun secara penampakan visual keduanya hampir mirip. 

Namun, terdapat perbedaan mendasar dari kedua penyakit ini, yaitu pada jenis virus. Cacar air terutama disebabkan virus yang dikenal dengan sebutan Varicella-Zoster. Kemudian, apabila lesi cacar pada cacar monyet berisikan nanah, pada cacar air justru berisi air. Cacar monyet juga menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening, sementara cacar air tidak.

Sejarah penemuan dan penyebaran virus

1958: Penemuan virus.

Virus Mpox bukanlah varian jenis baru. Patogen ini sudah lama diidentifikasi, tepatnya sejak penemuan pertamanya pada sekumpulan monyet yang disimpan untuk penelitian pada 1958 di Denmark. Nama Monkeypox diambil berdasarkan penemuannya yang terdapat pada koloni monyet tersebut. 

Baca juga: Kasus Mpox Terus Meningkat, Kini sudah 33 Kasus

Meskipun begitu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) tidak mengklasifikasikan monyet sebagai inang alamiah dari virus ini sehingga sampai saat ini inang alamiah belum diketahui. Meskipun begitu, WHO percaya hewan-hewan pengerat maupun primata nonmanusia diduga kuat menjadi pembawa virus.

1970: Wabah pertama di Benua Afrika.

Kemunculan wabah Mpox pertama kali terjadi pada 1970. Kala itu wabah bermunculan secara terus-menerus dan tidak beraturan di tiga wilayah di Benua Afrika, yaitu Afrika Tengah, Afrika Timur, dan Afrika Barat. 

Baca juga: Dinkes DKI Tunggu Kemenkes soal Penambahan Vaksin Cacar Monyet

Pada masa awal munculnya wabah, varian virus sudah diklasifikasikan dalam dua varian berbeda yang dikenal dengan sebutan klade. Klade I virus Mpox merebak di wilayah Afrika Tengah dan Timur. Tingkat fatalitas dari klade I disebut mencapai 10%. 

Sementara itu, klade II menjadi varian yang menjangkiti wilayah Afrika Barat. Varian klade II umumnya tidak menimbulkan penyakit yang berakibat fatal. Bahkan 99% manusia yang tertular varian ini disebut akan sembuh. Kematian bisa saja terjadi, tetapi pada penderita yang memiliki kekebalan tubuh yang sangat lemah, memiliki riwayat penyakit eksim, serta bagi ibu-ibu hamil atau menyusui.

2003: Wabah di Amerika Serikat.

Wabah Mpox terus bermunculan di benua lain tahun ini, tepatnya Amerika Serikat. Diyakini bahwa wabah yang muncul di Amerika Serikat berkaitan dengan hewan-hewan mamalia yang diimpor dari Ghana. Sebanyak 47 kasus konfirmasi dan probable tercatat dan dilaporkan dari enam negara bagian Amerika Serikat, yaitu Illinois, Indiana, Kansas, Missouri, Ohio, dan Wisconsin.

2005-2015: Wabah di Republik Demokratik Kongo.

Ribuan suspek kasus menyebar di Republik Demokratik Kongo dan terjadi setiap tahun.

2017: Kemunculan kembali wabah di Nigeria.

Wabah kembali muncul di Nigeria dan menyebar ke seluruh penjuru negeri serta pelancong yang berkunjung ke negara lain. Sepanjang September 2017 hingga Agustus 2018, 262 suspek kasus dan 113 kasus terkonfirmasi di negara ini tercatat dan bahkan menyebabkan tujuh kematian.

2022 hingga sekarang.

Merebaknya wabah cacar monyet dalam lingkup global terjadi pada rentang waktu 2022 hingga sekarang. Hingga saat ini 115 negara di seluruh dunia melaporkan penemuan kasus. Sebanyak 91.123 kasus dan 157 kematian pun tercatat. 

Wabah yang muncul ini terutama berdampak--tetapi tidak hanya--kepada kelompok homoseksual dan biseksual. Penularan antarmanusia kebanyakan terjadi melalui jaringan seksual. WHO pada 2022 mengubah penamaan virus monkeypox menjadi Mpox didasari atas kekhawatiran penyebutan nama sebelumnya menimbulkan diskriminasi dan stigma rasisme kepada para penderitanya. Melihat munculnya wabah di banyak negara pada periode saat ini, WHO kemudian mengklasifikasikan Mpox dengan status darurat kesehatan yang menjadi perhatian internasional (public health emergency of international concern/PHEIC).

Cara penularan virus dan gejala cacar monyet

Penyakit yang disebabkan virus Mpox menular ke sesama manusia melalui beberapa metode. Paling utama ialah melalui kontak langsung dengan hewan, manusia, atau bahan yang terinfeksi atau terkontaminasi dengan virus, melalui kontak langsung dengan cairan tubuh yang terinfeksi, melalui plasenta dari ibu hamil ke janin, melalui droplet pernapasan, hingga hubungan seksual berisiko. 

Masa inkubasi virus cacar monyet ada pada rentang waktu 6 hingga 13 hari atau 5 hingga 12 hari. Gejala yang timbul pada pasien meliputi sakit kepala berat, demam, sakit punggung, merasakan lemas, nyeri pada otot, mual dan muntah, pembengkakan kelenjar getah bening, hingga munculnya lesi cacar di seluruh tubuh yang berisikan nanah.

Mpox di Indonesia

Indonesia menjadi salah satu negara yang melaporkan peningkatan kasus cacar. Berdasarkan data per 1 November 2023, jumlah total kasus aktif cacar monyet di Indonesia mencapai 29 kasus yang secara terperinci tersebar di tiga daerah yaitu DKI Jakarta (24 kasus), Banten (4 kasus), dan Bandung (1 kasus). 

Tingkat keterjangkitan atau positivity rate untuk kasus cacar monyet di Indonesia mencapai 33%. Wabah yang terjadi di Indonesia umumnya menyerang laki-laki di rentang usia 25-50 tahun. Keseluruhan pasien disebut memiliki gejala ringan dan ditempatkan di ruang isolasi serta diberikan vaksin.

Respons pemerintah hadapi wabah cacar monyet di Indonesia

Merespons munculnya wabah cacar monyet di Indonesia, pemerintah pun didorong untuk melakukan langkah antisipasi cepat untuk dapat menekan angka penularan virus ini. Melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes), pemerintah memberlakukan tiga langkah yang meliputi surveilans, yaitu penyelidikan epidemiologi, pemeriksaan whole genome sequencing (WGS), serta mengirimkan notifikasi kepada WHO. 

Selain itu, upaya lain yang dilakukan ialah terapeutik, yakni memberikan terapi simtomatis, pemenuhan logistik antivirius khusus Mpox, dan melakukan pemantauan kondisi pasien. Terakhir, melakukan vaksinasi terhadap kelompok paling berisiko tertular virus. 

Indonesia sudah memiliki vaksin yang akan dipergunakan pada kelompok berisiko. Vaksin tersebut diimpor dan diproduksi Bavarian Nordic di Denmark dengan merek dagang JYNNEOS®️. Vaksin ini telah memiliki sertifikat pelulusan vaksin (certificate of release) dari Badan Pemeriksa Obat dan Makanan (Badan POM) sejak 17 Maret 2023.

Upaya lain juga diusahakan pemerintah sehingga virus tidak menyebar lebih luas. Kemenkes telah meminta kantor kesehatan pelabuhan di seluruh penjuru negeri untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap para pelaku perjalanan luar negeri. Kewaspadaan ditingkatkan terutama bagi para pendatang yang berasal dari daerah-daerah endemik ataupun negara dengan kasus tinggi cacar monyet.

Langkah terukur untuk mewaspadai penyebaran virus menular ini perlu dipersiapkan dan dijalankan dengan baik oleh seluruh lembaga kesehatan terkait. Ini seperti melakukan upaya tracing dan surveilans kontak erat secara maksimal, menggalakkan vaksinasi, sekaligus memberikan edukasi secara komprehensif kepada masyarakat terkait bahaya dari virus, cara penularan, serta pencegahannya. Pemberian vaksin, edukasi, dan imbauan ini terutama perlu menyasar kelompok-kelompok paling berisiko tertular virus, yaitu kelompok homoseksual atau biseksual atau mereka yang melakukan hubungan seksual berisiko. 

Indonesia tentu tidak ingin mengulang yang terjadi dengan wabah yang terjadi di negara lain, yaitu jumlah kasus yang disebabkan virus menular terus bertambah, dan bahkan mencapai ribuan kasus setiap tahunnya. Antisipasi akan potensi meluasnya wabah perlu dipertimbangkan melalui manajemen krisis kesehatan baik dan optimal. Dengan demikian, angka kasus tidak terus meningkat, serta kematian akibat virus ini bisa dihindari. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat