visitaaponce.com

Manfaat Pasteurisasi dan Contoh Makanan yang Menggunakan Metode Pengawetan Ini

Manfaat Pasteurisasi dan Contoh Makanan yang Menggunakan Metode Pengawetan Ini
Ilustrasi proses pasteurisasi pada makanan dan minuman.(Freepik)

MENURUT Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pasteurisasi adalah proses sterilisasi kuman melalui pemanasan pada suhu 60°C–70°C, selama 30 menit dengan tujuan membunuh bakteri patogen. Pada dasarnya, pasteurisasi merupakan suatu prosedur yang diimplementasikan dengan tujuan menghapuskan bakteri dan mikroorganisme yang mungkin terdapat dalam produk makanan atau minuman.

Proses ini melibatkan pemanasan produk, baik yang masih berada dalam kontainer maupun produk yang telah dipisahkan, dengan suhu yang umumnya tidak mencapai 100°C, dan dilaksanakan selama jangka waktu tertentu. Penting untuk dicatat bahwa suhu pemanasan dan durasi pemanasan yang diterapkan bervariasi tergantung pada jenis produk yang sedang diproses.

Setiap produk memiliki spesifikasi suhu dan waktu pasteurisasi yang telah ditetapkan untuk memastikan efektivitas dalam menghilangkan kuman, bakteri, atau mikroorganisme lainnya yang dapat mengakibatkan degradasi produk atau membuatnya lebih rentan terhadap kerusakan. Oleh karena itu, parameter pasteurisasi harus disesuaikan secara cermat sesuai dengan karakteristik masing-masing produk.

Baca juga: Mengenal Pasteurisasi, Teknik Menjaga Daging Rajungan Agar Tetap Enak dan Sehat

Mengenai sasaran dari proses pasteurisasi, tujuannya tidak hanya terbatas pada pencegahan pembusukan atau perpanjangan masa kedaluwarsa. Lebih dari itu, pasteurisasi juga difokuskan untuk memastikan bahwa produk makanan atau minuman terbebas dari bakteri atau mikroorganisme penyebab penyakit.

Dengan demikian, selain menjaga kualitas produk, pasteurisasi juga memberikan perlindungan kesehatan kepada konsumen dengan mengurangi potensi risiko terhadap penyakit yang mungkin disebabkan oleh kontaminan patogen.

Dengan pengaplikasian pasteurisasi yang tepat, produk makanan atau minuman dapat dinikmati dengan keyakinan akan keamanan dan kualitasnya, memberikan manfaat signifikan dalam industri pangan dan minuman.

Baca juga: Simpan Makanan dengan Wadah Plastik Bisa Cegah Kontaminasi

Sejarah Pasteurisasi

Praktik pemanasan makanan dan minuman sebagai upaya penghilangan bakteri dan pengawetan makanan telah ada sejak zaman kuno di Tiongkok. Lebih tepatnya, catatan sejarah mencatat bahwa proses ini sudah berlangsung sejak abad ke-12 sebelum Masehi.

Awalnya, pendekatan ini difokuskan pada pemanasan anggur dengan tujuan untuk memperpanjang daya tahan minuman tersebut. Seorang biksu dari Jepang secara rinci mencatat informasi terkait proses pemanasan ini, yang kemudian ditemukan dan diakses pada abad ke-15 hingga ke-17.

Seiring waktu, manusia terus mengembangkan proses pemanasan makanan dan minuman ini. Pada tahun 1768, seorang peneliti asal Italia, Lazzaro Spallanzani, menguji metodenya dengan memanaskan kuah, menutup pancinya secara langsung, dan menyimpannya. Hasilnya menunjukkan bahwa kuah tersebut tidak menjadi basi.

Pada titik ini, evolusi metode pemanasan makanan terus berlangsung. Pada tahun 1810, setelah beberapa dekade eksperimen, Nicolas Appert, seorang koki Perancis, berhasil menemukan metode awal pengawetan makanan.

Dalam metodenya, Appert meletakkan berbagai jenis makanan dalam toples, memanaskannya pada suhu tertentu, dan berhasil memperpanjang masa simpannya. Inilah yang menjadi titik awal bagi proses pasteurisasi dan makanan kaleng. Makanan kaleng pertama yang diawetkan dengan memanaskan dikembangkan oleh penemu Inggris, Peter Durand, pada tahun 1810, dengan perbedaan utama berupa penggunaan kaleng besi daripada toples.

Baca juga: Minuman Serat Turut Bantu Diabetesi Kontrol Gula Darah

Pada tahun 1864, Louis Pasteur menghadirkan inovasi baru dalam menjaga keawetan makanan dan minuman. Metode Pasteur tidak memerlukan penyimpanan dalam wadah seperti kaleng atau toples, melainkan cukup dengan memanaskan pada suhu tertentu dalam periode waktu tertentu. Selama berlibur di Perancis, Pasteur menemukan cara untuk membunuh kuman dalam minuman anggur muda dengan pemanasan pada suhu antara 50 hingga 60 derajat Celsius.

Temuannya ini kemudian diterapkan untuk mengawetkan minuman beralkohol lainnya, menandai awal dari proses pasteurisasi. Nama "pasteurisasi" sendiri diambil dari nama belakang Louis Pasteur sebagai penghargaan atas kontribusinya.

Pasteurisasi menjadi metode umum untuk membunuh bakteri dan kuman dalam makanan dan minuman, dan praktik ini menyebar ke seluruh dunia. Khususnya, pasteurisasi menjadi pilihan populer untuk produk susu dan diadopsi oleh banyak negara sebagai langkah pencegahan pertumbuhan kuman dan bakteri dalam susu.

Manfaat Pasteurisasi

Proses pasteurisasi membawa sejumlah manfaat signifikan yang melibatkan peningkatan kualitas dan keselamatan produk. Salah satu manfaat utama adalah peningkatan masa simpan produk, di mana proses ini efektif menonaktifkan bakteri dan mikroorganisme yang dapat mempercepat proses pembusukan makanan atau minuman. Dengan demikian, pasteurisasi berperan dalam memperpanjang ketahanan produk, memberikan keuntungan ekonomis dengan mengurangi jumlah limbah makanan yang terbuang.

Selain itu, pasteurisasi menjadi alat yang efektif untuk mengusir berbagai bakteri berbahaya. Bakteri yang potensial menyebabkan penyakit, seperti Salmonella, Listeria, Yersinia, Escherichia coli, dan sejenisnya, dapat dihilangkan atau dinonaktifkan selama proses pasteurisasi. Hal ini berkontribusi signifikan dalam menjaga keamanan pangan dan mencegah potensi penularan penyakit melalui konsumsi produk pangan yang terkontaminasi.

Pencegahan penyakit merupakan manfaat kesehatan masyarakat yang sangat penting dari proses pasteurisasi. Dengan membunuh bakteri dan mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit, pasteurisasi berfungsi sebagai langkah preventif yang efektif. Ini memiliki dampak positif pada kesehatan konsumen dengan mengurangi risiko infeksi dan penyakit yang dapat timbul dari konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi.

Metode yang Digunakan dalam Pasteurisasi

1. Metode Batch

Metode ini merupakan teknik pasteurisasi yang paling klasik. Pada metode ini, susu dipanaskan dalam sebuah tangki besar hingga mencapai suhu 155 derajat Fahrenheit (69 derajat Celsius) selama 30 menit. Proses ini kemudian diikuti dengan pengadukan agar seluruh bagian susu terjamin terpanaskan secara merata. Metode ini umumnya digunakan pada susu yang akan diolah menjadi keju, es krim, buttermilk, dan yogurt.

2. High Temperature Short Time (HTST)

HTST merupakan metode pasteurisasi yang paling umum dan banyak diterapkan dalam sistem pasteurisasi di Amerika Serikat. Dalam metode ini, susu dipanaskan secara cepat menggunakan plat logam dan air panas, mencapai suhu 161 derajat Fahrenheit selama setidaknya 15 detik. Setelah itu, susu segera didinginkan. Proses ini jauh lebih efisien dan hemat energi dibandingkan metode batch, meskipun beberapa kritikus berpendapat bahwa metode ini dapat memberikan rasa susu yang terlalu matang.

3. Higher Heat Shorter Time

Metode ini sebenarnya merupakan variasi dari metode HTST, hanya saja peralatan yang digunakan untuk memanaskan susu berbeda, dan perbedaannya terletak pada suhu yang lebih tinggi dengan waktu pemanasan yang lebih singkat. Susu yang diproses dengan pemanasan tinggi dan waktu singkat ini dapat mencapai tingkat ultra pasteurisasi, yaitu dipanaskan hingga setidaknya 280 derajat Fahrenheit. Produk yang mengalami ultra pasteurisasi memiliki masa simpan yang lebih lama dibandingkan dengan jenis susu pasteurisasi lainnya, meskipun tetap memerlukan pendinginan.

4. Pengolahan Aseptik atau Ultra-High Temperature (UHT)

Metode ini melibatkan pemanasan susu atau produknya dengan menggunakan peralatan steril, kemudian susu yang telah mengalami pasteurisasi aseptik dimasukkan ke dalam kemasan yang hermetik. Kemasan ini kedap udara, sehingga produk susu atau lainnya tidak perlu didinginkan setelah dibuka. Suhu dan waktu proses dapat bervariasi tergantung pada jenis produk yang dihasilkan dan jenis peralatan khusus yang digunakan.

Sebagai metode pemrosesan makanan yang sudah umum digunakan dalam industri pangan, pasteurisasi menghasilkan berbagai macam produk yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari dunia pangan. Secara umum, produk-produk yang dihasilkan melalui proses pasteurisasi terkait erat dengan makanan yang memiliki daya tahan lama atau berhubungan dengan jenis makanan darurat, serta digunakan sebagai bahan cadangan.

Berikut adalah beberapa variasi produk yang dihasilkan dari proses pasteurisasi:

1. Susu

2. Jus buah yang dikemas dalam kaleng atau kemasan

3. Makanan kaleng

4. Madu

5. Telur

6. Es Krim

7. Yoghurt

Proses pasteurisasi bukan hanya sekadar metode pengawetan, tetapi juga merupakan langkah kritis dalam memastikan keamanan pangan dan kesehatan masyarakat. Keberhasilannya dalam mengatasi risiko bakteri berbahaya dan memperpanjang masa simpan produk menjadikannya suatu langkah yang tak terelakkan dalam industri pangan modern.

(Z-9)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat