Waspada, Rokok Bisa Picu AMD yang Berujung Kebutaan
![Waspada, Rokok Bisa Picu AMD yang Berujung Kebutaan](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/11/65325096fcfb830ad191578f10867f5f.jpg)
DOKTER spesialis mata sekaligus peneliti di Universitas Indonesia Elvioza mengingatkan bahwa merokok menjadi salah satu faktor risiko seseorang mengidap penyakit degenerasi makula terkait usia (AMD) yang dapat berujung pada kebutaan.
"Merokok menjadi faktor risiko yang utama. Sebagian besar perokok terkena AMD, perokok yang jangka panjang," kata Elvioza, dikutip Selasa (21/11).
AMD adalah gangguan penglihatan akibat menurunnya fungsi makula pada mata. Makula adalah area yang sensitif terhadap cahaya dan bertanggung jawab untuk memastikan tajamnya penglihatan.
Baca juga: Snoop Dogg Mengaku Berhenti Merokok
Penyakit degenerasi makula terdiri dari dua tipe, yakni AMD kering dan basah.
Elvioza mengatakan kemungkinan penderita AMD basah menjadi buta mencapai 80%, sedangkan, kemungkinan penderita AMD kering menjadi buta hanya 10% dalam waktu sepuluh tahun.
Dia menjelaskan terdapat empat faktor risiko yang dapat menyebabkan AMD, yakni berusia lanjut atau di atas 75 tahun, merupakan keturunan atau memiliki saudara kandung dengan AMD, merokok, dan memiliki keturunan kaukasia.
Baca juga: Suami Perokok Bisa Sebabkan Istri Lahirkan Bayi dengan Berat Badan Rendah
Oleh karena itu, kata Elvioza, orang berusia lanjut, yang sewaktu muda suka merokok, kemungkinan besar menderita AMD.
"Jadi, perokok, genetik, dan usia adalah faktor risiko paling kuat untuk menderita AMD," kata Elvioza.
Saat ini sudah ada inovasi yang dapat membantu pasien AMD untuk mengurangi risiko infeksi dan pendarahan saat perawatan, yakni faricimab.
"Faricimab dapat disuntikkan dengan interval selama empat bulan, sehingga suntikan diberikan lebih sedikit dibandingkan dengan obat anti-VEGF lainnya," kata Elvioza.
Obat anti-vascular endothelial growth factor (anti-VEGF), salah satu pengobatan degenerasi makula, lainnya mengharuskan pasien untuk menjalani penyuntikan tiap bulan.
Sedangkan, faricimab hanya memerlukan penyuntikan sebanyak sekali dalam empat bulan.
Elvioza menjelaskan bahwa penyuntikan merupakan suatu tindakan pengobatan yang invasif karena memasukkan obat dari luar ke dalam bola mata.
Risiko dari tindakan tersebut, ucapnya melanjutkan, adalah kemungkinan terdapat kuman yang terbawa pada saat penyuntikan. Oleh karena itu, semakin panjang interval penyuntikan, risiko infeksi akan semakin kecil. (Ant/Z-1)
Terkini Lainnya
Zephyrus G14 dan G16, Duo Laptop ROG dengan Layar OLED Tertipis di Dunia
Laptop Axioo Jajaran Hype Terbaru Dilepas Mulai Rp2,5 Juta
Menunda Pemeriksaan Mata Bisa Berujung Kebutaan
900 Penderita Katarak di Dua Provinsi akan Menerima Operasi Gratis
Miras Oplosan Dipastikan Berisiko Sebabkan Kebutaan
31,2 Juta Warga Alami Gangguan Penglihatan, RI Butuh Tambahan 2 Ribu Dokter Mata
NTB Care, Inspirasi Dinas Sosial Sumbar, Supardi: Pacu Pengelolaan Dana Sosial Melalui CSR
Ini Tips Hindari Kebutaan dan Amputasi Bagi Penderita Diabetes
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap