Pasangan yang akan Menikah Disarankan Skrining Talasemia
![Pasangan yang akan Menikah Disarankan Skrining Talasemia](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/11/d1feeba227ebed9eb22f632daee2b103.jpg)
DOKTER spesialis patologi klinik di Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo, Reiva Wisdharilla Meidyandra, menyarankan skrining talasemia bisa dilakukan salah satunya sebelum menikah demi mencegah anak terkena penyakit tersebut.
"Kalau di orang sehat, kelihatan tanpa gejala, tapi, mungkin ada bakat talasemia, sebaiknya dilakukan skrining sebelum menikah. Jangan-jangan calon pasangan punya bakat yang sama," kata Reiva, dikutip Selasa (21/11).
Skrining prinsipnya menjaring atau mencari orang sakit di antara orang sehat karena tidak semua orang menunjukkan gejala. Khusus untuk talasemia, gejala yang bisa muncul antara lain wajah pucat, lemas dan mudah sesak.
Baca juga: 4 Langkah yang Harus Dilakukan Saat Terdektesi Talasemia
Selain itu, ada orang-orang yang sebenarnya punya sifat pembawa talasemia, namun, tidak memperlihatkannya. Apabila orang-orang itu menikah dengan sesama pembawa sifat talasemia, anak yang lahir nantinya bisa mengalami talasemia.
"Kalau ada pembawa talasemia menikah dengan sesama, anaknya ada risiko. Supaya anaknya enggak mengalami disarankan konseling genetik. Risikonya bagaimana," kata Reiva.
Anak bisa tidak mengalami talasemia apabila salah satu antara ayah atau ibunya tidak mempunyai bakat thalasemia.
Baca juga: Cara Mendeteksi Penyakit Talasemia Sebelum Menikah
Reiva melanjutkan selain dilakukan sebelum menikah, skrining talasemia juga bisa dilakukan apabila ada salah satu dari anggota keluarga terdiagnosis talasemia, lalu apabila seorang individu mengalami anemia tidak kunjung sembuh dan membutuhkan transfusi darah terus menerus.
"Skrining bisa dengan analisis Hb (hemoglobin), molekuler kalau curiga analisis Hb kelihatan talasemia tersembunyi. Lihat dulu Hb rendah atau tidak, sel darah merah kecil-kecil atau aneh-aneh," kata dia.
Reiva mengingatkan talasemia bisa bersifat seumur hidup, pengobatannya pun berlangsung seumur hidup pasien.
"Tidak ada obatnya, hanya transfusi. Tidak nyaman bagi anak walau untuk menyelamatkan hidup anak (transfusi), kelebihan besi nanti lama-lama kulitnya jadi hitam," tutur Reiva. (Ant/Z-1)
Terkini Lainnya
Ini Beda Talasemia dan Anemia
4 Langkah yang Harus Dilakukan Saat Terdektesi Talasemia
Cara Mendeteksi Penyakit Talasemia Sebelum Menikah
Pasien Talasemia Dilarang Makan Hati Sapi
Wajah Anak Anda Pucat? Waspada Kemungkina Talasemia
11 Manfaat Daun Jarak bagi Kesehatan Tubuh
Kadar Bromat Jangan Melebihi Ambang Batas
Ramalan Zodiak Cancer Hari ini: Jujur dan Jadilah Diri Sendiri
Hippindo Tolak Pasal Tembakau dalam RPP Kesehatan
11 Manfaat Buah Pepaya untuk Kesehatan Tubuh
Avrist Assurance Gelar health Talk Hadirkan Komika Ridwan Remin dan Pukovisa Prawiroharjo
Abnon Jaksel: Memperkenalkan Jakarta Selatan melalui Pariwisata dan Kebudayaan Betawi
Lingkungan Perempuan Pancasila
Perang Melawan Judi Online
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap