Peran Komunitas Turunkan Angka HIVAIDS Perlu Ditingkatkan
DIREKTUR Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Imran Pambudi mengatakan peran komunitas dalam menekan angka kasus HIV/AIDS menjadi sangat penting. Orang dengan HIV (ODHIV) disarankan bergabung dengan sebuah komunitas agar mendapat dukungan secara medis dan psikososial.
“Peran komunitas menjadi sangat penting karena yang bisa menjangkau para ODHIV adalah mereka yang bergerak di akar rumput. Secara pendekatan, komunitas juga lebih terbuka dan paham, bisa menemani waktu down dan depresi karena (mereka) pernah berada di dalam titik itu. Kalau tenaga kesehatan hanya bisa ngomong, tidak bisa merasakan (apa yang dirasakan ODHIV),” kata Imran saat konferensi pers ‘World AIDS Day: Let Communities Lead’ di Jakarta pada Selasa (28/11) malam.
Beberapa kendala yang dihadapi oleh ODHIV bisa ditangani secara lebih baik jika menggunakan pendekatan komunitas. Misalnya jika seorang ODHIV melewatkan jadwal kontrol di sebuah fasilitas kesehatan (faskes), para ODHIV bisa dirangkul untuk menjalani pengobatan. Sebab dikatakan Imam bahwa tenaga kesehatan (nakes) masih memiliki keterbatasan untuk menjangkau mereka satu per satu secara langsung.
Baca juga:
> Warga Kupang Tolak Penyebaran Wolbachia, si Nyamuk Berdasi
> Sejarah Hari AIDS Sedunia dan Tema 2023: Let Communities Lead
“Komunitas sangat berperan penting untuk memasukkan dan menjaga para ODHIV agar tetap di dalam pengobatan. Selain itu, kemampuan komunitas mempunyai presidensial berupa kepercayaan dan bisa mengadvokasi pemerintah daerah untuk mengakses dana karena jika hanya mengandalkan donor dan pusat, jumlahnya sangat terbatas,” jelasnya.
Untuk menciptakan endemik HIV/AIDS tahun 2023, Imran menjelaskan bahwa dibutuhkan yang tidak sedikit sehingga semua pihak harus berkolaborasi khususnya pemerintah daerah yang telah diberi mandat untuk menjalankan program pencegahan dan penanganan HIV/AIDS.
“Dengan adanya desentralisasi, dana juga tersedia di pemerintah daerah, jika hanya menggantungkan pada lembaga internasional, posisi indonesia saat ini bukan lagi termasuk dalam kategori negara miskin. Sehingga, proporsi dana global tidak lagi masuk ke Indonesia, dibutuhkan juga kemampuan dana dari pemda dan filantropis,” tuturnya. (Z-6)
Terkini Lainnya
Start with a Bang, Momentum untuk Berakselerasi Awal Tahun
Pegiat dan Pecinta Ling Tien Kung Gaungkan Hidup Sehat
Menikmati Senja Terakhir Tahun 2024 di Keraton Ratu Boko
Komunitas Edukasi Teknologi Hibrida Kendaraan Elektrifikasi
Yayasan Karya Murni Ciptakan 25 UMKM Difabel Lewat Program Kubik
Komunitas Perawat Kaktus Binaan Nanovest, dari Budi Daya Menjadi Usaha Mikro
Sariawan Bisa Jadi Gejala Awal Infeksi HIV, Ini Tandanya
Gejala Awal Infeksi HIV yang Jarang Diketahui dan Fase-Fase Keparahannya
Usaid dan Kemenkes Tekankan Pentingnya Pencegahan TBC bagi OdHIV
Cegah Kasus HIV/AIDS, Dinas Kesehatan Bengkulu Lakukan Screening HIV di Tiga Lapas
600 Penderita HIV/AIDS Ditemukan Dinkes Jember sepanjang 2024
Cara Pencegahan Penularan HIV/AIDS dari Ibu Hamil ke Janin
Takdir Mahmoud Abbas Pascaperang Gaza
Menyimak Pidato Megawati
BRICS+: Kecakapan Kebijakan Energi Indonesia
PLTN di Tengah Dinamika Politik dan Korupsi, Siapkah Indonesia Maju?
Setelah 30 Kali Ditolak MK
Dokter Buruh
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap