visitaaponce.com

Meneduhkan Bumi tidak Bisa Sendirian

Emisi karbon, perubahan iklim, dan pemanasan global telah dirasakan dari segala lini baik ekonomi, pertanian, perikanan, budaya, tradisi, kesehatan, flora, fauna dan berbagai aspek lain. Selain dampak ulah manusia, hadirnya El Nino menambah peningkatan suhu bumi. Dengan meningkatnya suhu bumi menjadikan planet ini tidak sedang baik-baik saja, kita manusia terutama tengah mengalami krisis iklim, ini adalah istilah yang kemudian dirasa tepat.

Baca juga : Lama Nyangkut, Gunung Es Sebesar Enam Kali Jakarta Mulai Bergerak

Manusia sering lupa dengan langkah-langkah kecil yang jika dilakukan bersama bisa membawa dampak yang besar untuk menurunkan suhu bumi. Salah satu cara adalah menanam pohon seperti yang diinisiasi oleh Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF). Upaya ini kemudian digaungkan sebagai cara yang alami namun sering terlupakan oleh manusia.

Mereka telah memulai sejak 2010 menanam pohon trembesi di sepanjang Pantai Utara Jawa. Melalui program Djarum Trees for Life pohon trembesi di sepanjang pantura Pulau Jawa 2.721 kilometer. Dengan potensi C02 terserap hingga 3,0 juta ton per tahun. Selain jalur pantura, menyusul kemudian merambah kota-kota di Pulau Jawa lainnya, kemudian Lombok, Madura, dan Sumatra Utara. Vice President Director Djarum Foundation, FX Supanji dalam sebuah kesempatan mengatakan pihaknya telah menamam pohon trembesi dengan jumlah total pohon tertanam mencapai 162.011. "Diperkirakan  potensi penyerapan karbon hingga 4,2 juta ton per tahun," ucapnya.

Umumnya, selain di perkotaan, trembesi yang diproduksi sendiri oleh Pusat Pembibitan Tanaman Djarum Foundation ditanam di jalur utama ditransportasi darat. Di jalur ini ribuan kendaraan, mulai dari kendaraan roda dua, mobil, hingga truk muatan, dipastikan melintasi jalur tersebut setiap hari. Pohon yang secara fisik menyerupai payung sehingga dikenal juga dengan nama rain tree atau Ki Hujan, bentang tajuknya bisa selebar 20-40 meter. Jika lebar umumnya jalan pantura 17 meter, maka penanaman trembesi bisa menciptakan keteduhan, mengurangi dampak rob, dan bahkan menjadi rumah bagi satwa liar seperti burung. Perlu 10 tahun merawat trembesi bisa hidup maksimal mencapai tinggi 15-20 meter. Pohon ini juga istimewa karena sensitif terhadap cahaya dan daunnya menutup secara bersamaan saat cuaca mendung sehingga air hujan dapat tetap menetes ke bumi.

Mengatasi abrasi
BLDF kemudian merancang dan melaksanakan berbagai upaya konkret untuk mewujudkan penanaman pohon secara bertahap. Berbagai pihak dirangkul sekaligus diberdayakan. Tidak hanya trembesi, upaya menahan abrasi juga dilakukan melalui upaya menanaman mangrove di Semarang yang terkenal sering rob. BLDF memberdayakan petani lokal dan warga setempat untuk menjadi petani mangrove dan berdaya dengan berbagi produk turunan yang bernilai ekonomis.

Sururi, 66, petani mangrove di Mangkang, Kota Semarang, Jawa Tengah bercerita, pada tahun 2000, jarak bibir pantai dengan permukiman warga hanya tinggal 500 meter. Sejak dia berkolaborasi dengan warga menanam mangrove dengan konsisten, pada 2022 jarak bibir pantai dan permukiman warga kini menjadi 1,4 kilometer.

Selain trembesi dan mangrove, BLDF. juga sedang berupaya untuk menghijaukan candi di Nusantara. Setengah berkelakar, FX Supanji bahkan pernah mengatakan ingin semua candi di Indonesia menjadi hijau.

Melalui gerakan Siap Darling (Siap Sadar Lingkungan) kali pertama melakukan penanaman 11.920 pohon di Kawasan Percandian Muarajambi, yakni Candi Kedaton, Candi Gumpung, Candi Tinggi I, dan Candi Tinggi II. Kegiatan ini diberi nama Candi Darling (Candi Sadar Lingkungan) dan dilaksanakan sejak 2019 dan mamu menarik minat 200 mahasiswa dan mahasiswi dari Universitas Jambi, Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi, Sekolah Tinggi Seni Rupa dan Desain Visi Jambi, Universitas Dinamika Bangsa, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Jambi, dan Universitas Batanghari. "Ini komitmen pelestarian lingkungan situs warisan sejarah, untuk pertama kalinya dilakukan di wilayah Sumatra melalui Kawasan Candi Muarajambi, salah satunya karena nilai unik yang dimiliki kompleks percandian ini. BLDF mengajak generasi muda khususnya mahasiswa untuk melakukan langkah nyata agar lebih peduli terhadap lingkungan," kata FX Supandji.

Dia berharap apa yang diupayakn ini dapat menumbuhkan rasa memiliki dan bangga serta partisipasi aktif dalam menghijaukan situs-situs sejarah bangsa Indonesia, untuk kemudian menularkan kebiasaan baik ini di masyarakat luas.

Executive Coach & Mentor for Climate & Sustainability Actions, Amanda Katili Niode dalam sebuah kesempatan menyampaikan pentingnya keterlibatan aktif generasi muda dalam berbagai upaya mengampanyekan percepatan penanggulangan perubahan iklim. "Yang terutama membangun jaringan komunitas pegiat aksi perubahan iklim yang kemudian peduli dengan memberikan solusi nyata dalam penanggulangan krisis iklim," ucapnya.

Upaya kreatif
Upaya kreatif lainnya, untuk menyentuh generasi muda yang sangat visual, kampanye melalui serial web juga dilakukan BLDF. Satu upaya yang dilakukan adalah merilis Pusaka yang mengambil latar keindahan alam dan warisan sejarah Indonesia. Hal ini berjalan seringan dengan konsistensi Siap Darling dalam menyampaikan hal positif, inspiratif serta kolaboratif dalam hal pelestarian lingkungan. Sebelumnya BLDF merilis serial web Prince Darling, Jumpa, dan Healing Trip.

Director Communications Djarum Foundation, Mutiara Diah Asmara. mengatakan Siap Darling sebagai gerakan dan kanal komunikasi berbasis digital berupaya mengolah isu lingkungan dengan membawa tema persahabatan, petualangan, dan imajinasi. "Salah satunya kegiatan penanaman yang pernah dilakukan pada tahun 2019 di Kawasan Candi Prambanan, menjadi latar belakang lokasi di dalam serial web 'Pusaka' ini. Kami berharap semakin banyak generasi muda yang sadar bahwa kegiatan kesadaran lingkungan, seperti menanam pohon, kelestarian alam dan warisan sejarah adalah pusaka bagi generasi mendatang," tutup dia.

Terbaru, BDLF mengadakan Lokakarya Jurnalisme Lingkungan dengan menghadirkan narasumber Juris Bramantyo dan eksekutif editor Katadata Green, Muchamad Nafi di Kudus, Jawa Tengah. Pada saat itu dibahas terkiat kebijakan serta implementasi upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim serta coaching clinic terkait jurnalisme lingkungan. (B-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Retno Hemawati

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat