visitaaponce.com

Cara Mengatasi Anak Tantrum, Kenali Ciri dan Penyebab

Cara Mengatasi Anak Tantrum, Kenali Ciri dan Penyebab
Ilustrasi.(Freepik.)

MARAH dan kesal ialah hal yang wajar dirasakan setiap individu. Namun, bila terjadi kepada anak kecil biasanya hal ini disebut tantrum. Sang anak mengeluarkan emosinya dengan cara beragam semisal berteriak, mengamuk, bahkan bisa sampai berguling-guling. 

Biasanya tantrum akan terjadi pada usia 1-4 tahun. Hal ini karena sang anak belum mampu memberi tahu rasa kesalnya maupun keinginannya. Tantrum punya berbagai jenis. Mari simak penjelasan berikut untuk mengenali ciri-ciri tantrum kepada anak agar orangtua dapat menanganinya dengan tepat. 

Awalnya sang anak akan berlaku agresif. Biasanya anak akan menunjukkan rasa kesalnya dengan ciri-ciri sebagai berikut.

Baca juga: Ini Tips dari Sarwendah Saat Hadapi Anak yang Tantrum

a. Merengek.
b. Menangis.
c. Serbasalah.
d. Berteriak.
e. Memukul.
f. Mencubit.
g. Melempar barang.
h. Napas terengah-engah.
i. Tidak mau disentuh.
j. Mengeraskan badan.
k. Bergeliat.
l. Wajahnya memerah.

Baca juga: Orangtua Diingatkan untuk Tenang Hadapi Anak Tantrum

Jika sudah menunjukkan kondisi seperti itu, sang anak sedang berusaha mengeluarkan emosinya. Biasanya perilaku di atas bisa menghilang seiring bertambahnya usia anak. 

Penyebab anak tantrum

Saat usia balita, anak memang belum mampu mengendalikan emosi dan menyalurkan emosi dengan baik. Tantrum terjadi karena keunikan dari personalitas masing-masing anak. Kedua faktor ini jika bertemu akan menimbulkan emosi yang besar kepada diri anak. 

Ketika hal itu terjadi, akan timbul konflik di dalam diri anak. Ditambah dengan keberadaan ego ingin terlihat mandiri, hal tersebut juga menjadi pemicu si anak bersikap demikian. Emosi yang meluap-luap pada dirinya tanpa bisa memberi tahu orang sekitar membuatnya menjadi tantrum. 

Ada beberapa kondisi yang umumnya bisa menjadi penyebab terjadinya tantrum.

a. Merasa tidak nyaman.

Biasanya, anak kecil akan menangis jika dia merasa tidak nyaman dan aman. Hal ini bisa terjadi seperti saat sedang digendong orang lain, popok penuh, lapar, panas atau saat sedang merasa tidak enak badan. 

b. Tidak mendapatkan yang diinginkan.

Biasanya terjadi saat anak sedang melihat-lihat barang yang menurutnya bagus. Di dalam dirinya ia sangat menginginkan barang tersebut. Di sisi lain sang ibu tidak peka atau memang tidak memperbolehkan si anak untuk membelinya. 

Jadilah rasa kecewa itu muncul pada sang anak. Karena belum mengerti keadaan, sang anak hanya bisa menangis dan meraung agar sang ibu merasa kasihan dan memberikan yang dia mau. 

c. Diganggu.

Misalnya, anak sedang asik bermain tetapi jam sudah menunjukkan waktu mandi. Namun sang anak tidak suka kegiatannya diganggu oleh ibu. Yang terjadi ialah sang anak akan menangis bahkan bisa mengamuk. 

d. Kurang waktu istirahat.

Jika waktu tidur anak kurang, ini bisa menyebabkan anak rewel dan bahkan bisa sampai tantrum. Umumnya balita kurang dari satu tahun membutuhkan jam tidur yang panjang yaitu dari 14-17 jam, balita usia 1-2 tahun membutuhkan waktu 11-14 jam, dan balita usia 3-4 tahun membutuhkan waktu tidur selama 10-13 jam per hari. 

e. Gangguan cemas.

Bukan cuma orang dewasa, balita juga bisa mengalami gangguan kecemasan. Biasanya hal ini disebabkan oleh stres dan trauma. 

Kondisi ini bisa dikenali dari gangguan tidur hingga sering mengamuk tanpa jelas. Jika sudah di tahap ini segera bawa anak ke dokter spesialis. 

f. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).

Ini gangguan perilaku pada anak. Penyakit ini membuat anak sulit untuk berkonsentrasi. Beberapa gejala yang bisa dikenali ialah anak yang sangat hiperaktif, implusif, dan kurangnya perhatian. Biasanya dalam situasi tertentu sang anak akan merasa frustasi dan memunculkan tantrum. 

g. Autisme.

Spektrum autisme juga bisa menjadi salah satu penyebab anak tantrum. Penyakit ini ialah kelainan perkembangan pada saraf yang memengaruhi perilaku dan komunikasi pada anak sehingga beberapa penderita saat mengalami overstimulation (stimulasi berlebih) dan tidak dapat mengomunikasikannya. Ini akan memunculkan tantrum. 

h. Gangguan mood.

Beberapa anak balita berisiko mengalami disruptive mood dysregulation disorder (DMDD) atau gangguan mood hal ini akan membuat balita lebih rentan mengalami tantrum. 

Cara mengatasi anak tantrum

Jika sang anak sedang mengalami tantrum, peran orangtua sangat dibutuhkan dalam membantu tumbuh kembang sang anak, khususnya pada pembangunan karakter. Meskipun anak membuat jengkel, orangtua harus sabar dan tidak boleh menggunakan kekerasan. Berikut beberapa cara orangtua dalam mengatasi anak tantrum.

a. Berikan pelukan.

Pelukan ialah tempat ternyaman. Meskipun sang anak meronta-ronta tetaplah peluk sang anak dengan kasih sayang agar dapat meredakan emosi sang anak. 

b. Temani. 

Saat anak sedang tantrum, diamkan saja dan terus temani sampai sang anak reda dan puas dalam menyalurkan emosinya. Ketika sudah selesai, ajak bicara pelan-pelan sambil ditanya dan diberi tahu bahwa perkataannya tadi ialah tindakan kurang bagus. 

c. Alihkan perhatian.

Jika sudah bisa dikendalikan emosinya, sang ibu bisa mengalihkan perhatian anak dengan cara-cara kesukaan anak. Misalnya dengan mengajak makan bareng atau masak bareng. 

d. Hindari hukuman fisik.

Memberi hukuman fisik hanya akan membuat luka batin kepada sang anak. Nanti muncul trauma kepada anak. Sebaiknya hindari hal-hal yang membuat anak menjadi takut pada ibu, karena luka batin akan lebih susah sembuh dibanding luka fisik. 

e. Hindari berteriak.

Meskipun menjengkelkan dan membuat emosi orangtua naik, sebaiknya hindari berteriak di depan anak. Hal ini akan memperburuk suasana karena sang anak akan ikut berteriak untuk menyamai volume orangtua. 

f. Tunjukkan rasa empati.

Jika anak sedang mengalami tantrum, sebagai orangtua tidak boleh melarang anak untuk mengeluarkan emosinya. Hal ini hanya akan menimbulkan efek berbahaya untuk ke depan. Saat anak sedang meraung-raung atau berteriak, cobalah sang ibu dengarkan, berikan perhatian, pelukan, dan menciptakan hal-hal positif lain sampai sang anak merasa bahwa ibunya mengerti dengan keadaannya. 

g. Jauhkan benda berbahaya.

Jika sang anak menangis dan mengamuk sampai melempar barang, pastikan tidak ada barang berbahaya yang ada di sekitar anak. 

Jenis-jenis tantrum

Berikut jenis-jenis tantrum yang bisa dikenali.

a. Tantrum manipulatif. 

Biasanya hal ini muncul ketika keinginan anak tidak terpenuhi oleh orangtuanya. Biasanya sang anak akan menangis sampai barang yang dia inginkan sampai ke tangannya. 

b. Tantrum frustasi.
 
Jenis ini saat anak tidak bisa mengekspresikan rasa marah, kecewa, dendam, dan lain-lain yang sedang dia rasakan. Biasanya terjadi karena kelelahan, lapar, gagal dalam melakukan sesuatu dan hal-hal yang membuatnya stres. 

c. Tantrum putus asa.

Tantrum ini ditandai dengan sifat anak yang tiba-tiba suka menyendiri dan kehilangan semangat. Hal ini terjadi karena ledakan emosi yang cukup besar pada dirinya tetapi dia tidak berani untuk mengungkapkan. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat