Ini Alasan Masyarakat Rela Bermacet Ria saat Liburan
![Ini Alasan Masyarakat Rela Bermacet Ria saat Liburan](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/12/8529278c23054328dbea135c8491e7ce.jpg)
BERMACET ria di setiap kesempatan liburan ternyata sudah menjadi tradisi di Indonesia. Banyak orang yang rela mengunjungi tempat wisata dan rela terjebak di jalanan untuk meluangkan waktu bersama keluarga. Namun ternyata bermacet ria juga memiliki sejarah tersendiri yang sudah terjadi sejak lama.
Diketahui pada libur Nataru kali ini, pemerintah memperkirakan ada pergerakan 107 juta orang.
Pengamat sosial Rissalwan Habdy Lubis menjelaskan fenomena macet di saat liburan natal tahun baru, puasa lebaran, hingga liburan sekolah tengah tahun merupakan bentuk tradisi migrasi masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu.
Baca juga: 69.930 Kendaraan Tinggalkan Jakarta via Tol Cikampek Utama
"Secara sosiologis-historis, tradisi dan gaya hidup orang Indonesia adalah pengembara atau sering berpindah tempat untuk mencari nafkah. Namun di zaman modern sekarang ini, pola pekerjaan mencari nafkah sudah lebih banyak yang harus menetap di suatu tempat," kata Rissalwan saat dihubungi, Senin (25/12).
Sehingga saat ada masa liburan, akan dimanfaatkan untuk bermigrasi mengikuti tradisi bertemu dan silaturahmi dengan kerabat, keluarga, atau mencari momen baru di tempat yang baru.
Faktor lainnya adalah melepas kepenatan dan rutinitas bersama keluarga, di mana hanya pada saat musim liburan ini anak dan orang tua bisa menikmati waktu bersama. Dengan pola yang sama yang dilakukan banyak keluarga, maka terjadilah kemacetan di beberapa tempat wisata atau tempat lain di luar perkotaan.
Baca juga: Borobudur Siap Sambut Wisatawan saat Liburan Akhir Tahun
"Migrasi temporer ini memang selalu memanfaatkan momen liburan hari raya keagamaan dan liburan sekolah," ujar dia.
Secara konsep perbedaan migrasi dan mobilisasi sosial adalah mobilisasi bersifat individu dan dapat dibedakan dalam mobilisasi sosial vertikal dan horizontal. Sedangkan migrasi bersifat kolektif keluarga atau grup pertemanan dan tidak dilakukan secara reguler atau membutuhkan alasan khusus tertentu, misalnya kondisi bencana atau ritual keagamaan. (Z-6)
Terkini Lainnya
Arus Balik Nataru Masih Tinggi di Stasiun KA Gubeng
H-1 Tahun Baru, 22.676 Penumpang Padati Stasiun Yogyakarta
Sambut Tahun Baru Nyaman dan Aman Bagi Masyarakat, PLN Lakukan Kesiagaan
Kepulauan Seribu Siap Sambut Wisatawan Liburan Natal dan Tahun Baru
Acara Christmas Tree Lighting di Holiday Inn & Suites Jakarta Gajah Mada
Perbedaan Pendapat Para Ulama tentang Ucapan Selamat Natal
Tradisi Buka Kebun Bakar Lahan Masih Terjadi di Babel
Gelaran Grebeg Besar Keraton Kasunanan Surakarta Digelar Meriah
Lomba Perahu Naga Meriahkan Puncak Festival Peh Cun di Kota Tangerang
Warisan Kuliner Dunia Dibawa Executive Chef Alila Didi Sarwono ke Solo
Penanaman Pohon Pinang Selaraskan Pembangunan dan Alam
Cara Menghitung Weton Jawa Bisa untuk Jodoh dan Pernikahan
Lingkungan Perempuan Pancasila
Perang Melawan Judi Online
Ujaran Kebencian Menggerus Erosi Budaya
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap