visitaaponce.com

Rentetan Gempa Jabar dan Sesar Aktif yang Belum Terpetakan

Rentetan Gempa Jabar dan Sesar Aktif yang Belum Terpetakan
Peta salah satu sesar aktif di Jawa Barat sesar Cileunyi-Tanjungsari, yang menyebabkan gempa Sumedang 31 Desember 2023.(Dok. X/Twitter Kepala Pusat Gempabumi BMKG, Daryono.)

PENYELIDIK Bumi Utama dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Badan Geologi, Supartoyo menegaskan gempa bumi berkekuatan 4,8 Magnitudo (M) yang terjadi di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat (Jabar) pada Minggu (31/12) disebabkan oleh sesar aktif Cileunyi-Tanjungsari.

“Tim tanggap darurat dari Badan Geologi telah turun ke lokasi untuk melakukan penyelidikan Geologi terhadap dampak maupun penyebab gempa. Berdasarkan analisis tersebut, kekuatan gempa utama yang terjadi pukul 20.34 WIB dengan kedalaman sekitar 3 km itu diakibatkan sesar aktif Cileunyi-Tanjungsari. Kemungkinan teraktivasi berjarak kurang lebih 1,5 km di sebelah Timur Kota Sumedang,” jelas saat dihubungi Media Indonesia pada Rabu (3/1).

Supartoyo mengatakan sesar aktif tersebut terbagi menjadi dua segmen yaitu segmen barat dengan panjang 6.69 km dan berpotensi menghasilkan gempa bumi dengan magnitudo maksimum 6.08 Mw. Selain itu, sesar juga memotong satuan batuan gunung api tua, gunung api muda dan endapan danau Bandung.

“Sesar Cileunyi-Tanjungsari juga segmen timur dengan panjang 11,28 km dan berpotensi menghasilkan gempa bumi dengan magnitudo maksimum 6,3 Mw. Analisis morfotektonik memperlihatkan seretan morfologi dan pergeseran mengiri berkisar antara 214 m - 533 m,” jelasnya.

Baca juga: Gempa Sumedang Akibat Sesar yang Belum Terpetakan

Lebih lanjut Suparyoto mengatakan bahwa pergeseran tersebut memotong breksi gunungapi yang termasuk pada satuan batuan gunungapi tua berumur sekitar 1,1 juta tahun. Data ini menunjukkan sesar Cileunyi-Tanjungsari mempunyai nilai laju geser sekitar 0,19 - 0,48 mm/ tahun.

“Sesar Cileunyi-Tanjungsari dibagi 2 segmen, pertama segmen bagian Barat itu panjangnya sekitar 6,7 km dan segmen bagian Timur itu 11,3 km panjangnya. Secara umum persebaran sesar aktif di Jawa Barat ini cukup banyak dan sudah dipetakan Badan Geologi terutama sesar-sesar aktif yang utama seperti barrybes, Cimande, Lembang, Cileunyi-Tanjungsari, Pamijahan dan Raja Mandala, Panjalu, Cikalong dan sebagainya,” ujarnya.

Badan Geologi juga mencatat bahwa wilayah Kabupaten Sumedang pernah mengalami kejadian gempa bumi merusak pada tahun 1972. Selain itu juga terjadi gempa yang menimbulkan kerusakan juga terjadi pada 2010 di daerah Tanjungsari dan yang terbaru ini terjadi di Sumedang. Disebutkan meski kekuatan gempa tidak terlalu besar di bawah 6 Magnitudo, namun dampak kerusakan bersifat masif.

“Meskipun kekuatan beberapa gempa tersebut tidak terlalu besar namun data menunjukkan gempa tersebut mempunyai sifat kerusakan destruktif masif atau sangat merusak. Contoh ini juga terjadi pada Cianjur dan Garut yang pernah terjadi, sehingga kami tetap mendukung agar database gempa tetap dilakukan meski berkekuatan rendah,” ujarnya.

Baca juga: 35 Rumah di Subang Rusak Terdampak Gempa Sumedang

Supartoyo mengatakan sepanjang 2023, terdapat 30 kejadian gempa bumi di mana 15 di antaranya terjadi di Jawa Barat. Untuk itu pihaknya menghimbau kepada Pemerintah Kabupaten Sumedang serta berbagai pemerintah kota/kab lainnya di berbagai wilayah Indonesia agar secara cepat tanggap melakukan tindakan upaya mitigasi sebagai upaya untuk meminimalisir terjadinya korban.

Kemungkinan Akibat Sesar Lain

Kendati demikian, Dosen Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran Dr. Ir. Ismawan, menyebut, gempa Sumedang kemungkinan terjadi bukan karena aktivitas Sesar Cileunyi-Tanjungsari. Menurutnya tiga lokasi episentrum gempa di Sumedang berada jauh dari ujung timur laut sesar Cileunyi-Tanjungsari.

Ismawan juga menganalisis, jika melihat dari focal mechanism gempa bumi yang terjadi, diperkirakan arah sesar yang terlihat relatif dari barat ke timur. Sehingga jika dibandingkan dengan sesar Cileunyi-Tanjungsari, arahnya berbeda.

Menanggapi adanya perbedaan analisis penyebab gempa tersebut, Supartoyo mengatakan pihaknya di PVMBG tak menutup diri untuk menerima berbagai respon dan masukan tersebut dengan syarat adanya bukti data secara komprehensif sebagai salah satu cara untuk pemutakhiran data di PVMBG.

“Jika ada pihak lain yang mengklaim bencana bukan bersumber pada sesar ini, silahkan paparkan datanya dan dengan menyajikan bukti-bukti yang sifatnya ilmiah untuk pertanggungjawaban. Apabila data itu masuk akal, bisa untuk menambah pengayaan data dasar terkait data sesar untuk pemutakhiran data sebagai salah satu dasar keputusan dalam penyusunan peta rawan bencana gempa bumi,” ujarnya.

Baca juga: BMKG Deteksi Tiga Zona Aktif Gempa di Wilayah Jawa Barat, Ini Lokasinya!

Menurut data Badan Geologi, Sesar Cileunyi-Tanjungsari merupakan sesar mendatar mengiri di mana sebarannya mulai dari selatan Desa Tanjungsari menerus ke timur laut hingga lembah Sungai Cipeles, dan nilai laju geser berkisar antara 0,19 - 0,48 mm/tahun. Keberadaan dan aktivitas Sesar Cileunyi-Tanjungsari bukanlah patahan baru melainkan patahan purba yang sudah pernah dipublikasi pada tahun 2020.

“Identifikasi sumber gempa bumi berkaitan dengan data sesar aktif ini sangat penting dan krusial untuk melakukan upaya mitigasi maupun untuk penataan ruang. Untuk Upaya mitigasi, data sesar aktif dipergunakan untuk menginput penyusunan peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi. Pemetaan ini dilakukan melalui dua metode yaitu sensor aktif di atas permukaan dan di bawah permukaan dengan menggunakan data dari gaya berat gravity di mana tampak dari analisis residual, ada pola kelurusan sepanjang sesar Cileunyi-Tanjungsari,” jelasnya.

Sesar Aktif yang Belum Terdeteksi

Terpisah, pakar Geologi dan Gempa Bumi, Astyka Pamumpuni, mengatakan di Jabar dan wilayah lain Indonesia masih banyak sesar-sesar aktif yang belum teridentifikasi dengan baik. Pun saat sudah terpetakan, jelas Astyka, banyak sesar yang belum memiliki parameter cukup detail dikarenakan ada berbagai kendala atau tantangan dalam memetakan aktivitas sesar tersebut.

“Beberapa tantangan untuk sesar aktif di indonesia antara lain sumberdaya yang kurang (tidak banyak ahli geologi yang berkecimpung di ranah sesar aktif), adanya endapan vulkanik yang tebal dan berumur muda mungkin menutup adanya sesar-sesar yang memiliki pergerakan kecil/pelan. Dan iklim tropis yang menyebabkan banyak erosi dan pengendapan cukup cepat dapat menutup bukti-bukti sesar yang memiliki pergerakan kecil/pelan,” ujarnya.

Kendati sesar-sesar yang belum terpetakan tersebut relatif kecil, tetapi jika pemetaan sesar aktif tak segera dilakukan akan menimbulkan dampak serius. Astyka memberi contoh pemetaan sumber gempa Cianjur telah masuk pada zona kuning yang kemungkinan mendapatkan goncangan yang cukup besar.

(Z-9)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat