visitaaponce.com

Tak Selalu Buruk, Sifat FOMO Miliki Dampak Positif

Tak Selalu Buruk, Sifat FOMO Miliki Dampak Positif
Ilustrasi(Freepik)

FENOMENA ‘Fear of Missing Out’ (FOMO) menjadi bagian yang tak terhindarkan dari kehidupan ketika kita berada di era yang dipenuhi informasi dan aktivitas beragam. Kecemasan akan takutnya ketinggalan tren tertentu, kian menjadi keresahan baru.

Sebagai seorang pakar Sosiologi dan dosen Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Abdus Salam menilai bahwa manusia sebagai makhluk sosial memiliki keinginan untuk diakui oleh orang lain.

“Jika melihat dari perspektif sosiologi, ini termasuk dalam teori achievement mendorong seseorang berkompetisi meningkatkan kualitas diri,” papar Salam, seperti dikutip dari situs resmi UMM, Rabu (24/1).

Baca juga : FOMO, Fenomena Unik di Tengah Kehadiran Blackpink

Salam menjelaskan fenomena ini tak lepas kaitannya dengan perkembangan teknologi, termasuk gawai. Hal ini tentu akan merenggangkan hubungan antar sesama dan menimbulkan kesenjangan sosial.

Baca juga : Nge-Blackpink, Rachel Malah Disebut Fomo

“Saat ini citra dan fakta susah dibedakan, mengingat semua kegiatan dengan gampangnya diposting di media sosial," paparnya.

Meski paparan FOMO tidak dapat dihindari, tetapi FOMO juga bisa berdampak positif terhadap diri sendiri. Berikut cara mengubah FOMO menjadi hal yang bermanfaat bagi diri.

1. Berinteraksi Sosial

Mengubah FOMO menjadi hal baik untuk diri ialah dengan tetap harus diimbangi dengan pola interaksi sosial seperti aktif berkontribusi dan berpartisipasi pada kegiatan di lingkungan masyarakat.

Dalam suatu kegiatan atau acara tertentu, sejumlah orang cenderung untuk berpartisipasi dalam aktivitas bersama, menciptakan jejaring sosial yang lebih kuat. FOMO juga berperan dalam memotivasi individu untuk berpartisipasi dalam proyek-proyek sosial dan amal.

"Ketika seseorang merasa terdorong untuk tidak ketinggalan terhadap upaya kemanusiaan atau proyek-proyek sosial, ini dapat menciptakan gelombang positif solidaritas dan kontribusi masyarakat," tuturnya.

"Bahkan fenomena ini juga dapat menaikkan popularitas seseorang. Contohnya pendakwah di Madura yang tiba-tiba viral karena aksi dakwahnya yang dilakukan di sosial media,” lanjutnya.

2. Memotivasi Diri untuk Terus Berinovasi

Selain itu, ketika kita melihat tren dan mengalami FOMO, hal ini juga dapat memotivasi kita untuk mengikuti perkembangan terkini dalam berbagai bidang. Sehingga, menciptakan iklim yang terus berinovasi dan mengembangkan minat baru. 

Sebagai contoh nyata, Salam mencatat salah satu sisi positif dari FOMO adalah tren penjualan di Tiktok. “Ini adalah momentum berjualan yang dapat menunjang perekonomian, masyarakat dapat berkreasi dengan bebas melalui tren ini. Ini menjadi fakta sosial yang tidak bisa dihindari,” catatnya.

Salam juga menyoroti bahwa FOMO dapat mengubah paradigma sosial. Hal ini dikarenakan FOMO menjadikan masyarakat lebih terbuka terhadap keberagaman dan perkembangan budaya.

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putra Ananda

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat