visitaaponce.com

Muhammadiyah Masa Transisi, PHBS dan Vaksinasi Sebaiknya Tetap Diteruskan

Muhammadiyah: Masa Transisi, PHBS dan Vaksinasi Sebaiknya Tetap Diteruskan
Diskusi publik 'Strategi Kesehatan Muhammadiyah dalam Masa Transisi Endemi' di Grha Suara Muhammadiyah, Jl. KH. Ahmad Dahlan, Kota Yogyakart(MI/Ardi T Hardi)

INDONESIA memasuki masa transisi dari pandemi Covid-19 menuju endemi seiring dicabutnya PPKM. Pada masa transisi dan seterusnya, seharusnya tidak membuat masyarakat meninggalkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Di sisi lain, vaksinasi Covid-19 tetap diteruskan sesuai dengan
kebijakan pemerintah.

"Yang (masih) rentan (terkena Covid-19) adalah penduduk di pedesaan yang vaksinasinya belum lengkap, terutama daerah yang banyak dikunjungi wisatawan," kata Dr. dr. Ekorini Listiowati MMR, Project Manager Mentari Covid-19 sekaligus Wakil Ketua MPKU dalam diskusi publik 'Strategi
Kesehatan Muhammadiyah dalam Masa Transisi Endemi' di Grha Suara Muhammadiyah, Jl. KH. Ahmad Dahlan, Kota Yogyakarta, kemarin. Pasalnya, capaian vaksinasi di daerah pedesaan, terutama yang terpencil, masih lebih rendah daripada di daerah perkotaan.

Selain pedesaan, daerah bencana juga rawan rawan terjadi penularan Covid-19  sehingga vaksinasinya juga sebaiknya diprioritaskan. "Vaksinasi di pengungsian penting karena mereka lebih rawan terkena," kata dia.

Ia juga memberi masukan kepada pemerintah, setelah menghapuskan PPKM, infrastruktur kesehatan harus dilengkapi, terutama di daerah-daerah pedesaan, agar layanan kesehatan semakin mudah diakses.

Di luar pencegahan dan pengobatan, salah satu yang sudah dan akan terus dilakukan Muhammadiyah adalah Risk Communication and Community Engagement (RCCE). RCCE merupakan program Majelis Pembina Kesehatan Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah (MPKU PP Muhammadiyah) bekerja sama dengan UNICEF. Program ini mengutamakan komunikasi risiko dan keterlibatan masyarakat dalam isu kesehatan di Indonesia.

Program RCCE oleh MPKU PP Muhammadiyah telah berjalan selama dua tahun berkat dukungan dari UNICEF. Program ini telah berperan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan risiko masalah kesehatan khususnya wabah Covid-19.

Pada fase 4, isu RCCE fokus pada imunisasi dan disinformasi isu kesehatan. Keterlibatan dan publikasi lebih luas diperlukan agar edukasi bisa tersampaikan lebih luas lagi di masyarakat.

"Sebagai bekal di masa transisi endemi, RSMA harus siap memberikan pelayanan bencana alam termasuk biologis, membangun respon framework, menjalin kerja sama dengan dunia internasional, dan memperkuat manajemen sumber daya manusia," ungkap dia.

Ia meminta, pemerintah lebih kolaboratif antarlembaga, menyosialisasi kepada publik, dan memperkuat jaring perlindungan bagi kelompok rentan. Selain itu, dalam kerja-kerja kemanusiaan selama masa pandemic covid-19, Muhammadiyah bergandeng tangan dengan seluruh unsurnya.

Peran Muhammadiyah

Mengingat kembali pada masa-masa krisis, Ekorini menyampaikan, MPKU dan stakeholder bidang kesehatan di Muhammadiyah tidak berjalan sendiri-sendiri dalam melakukan penanggulangan bencana biologi pandemi Covid-19. "Kami dikoordinir oleh Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC). Ini mungkin menjadi kasus yang menjadikan kita di Muhammadiyah menjalin kolaborasi
aktif dengan seluruh jaringan persyarikatan," kata dia.

Muhammadiyah dan Aisyiyah tercatat melibatkan lebih dari 300 Rumah Sakit Muhammadiyah dan Aisyiyah (RSMA) dan klinik serta menyuntikkan lima juta dosis vaksin dalam penanggulangan pandemi Covid-19. Selain itu, dalam pencegahan Covid-19, Muhammadiyah juga menerjunkan lebih dari 1.000 relawan se-Indonesia dengan penerima manfaat lebih dari 50 juta masyarakat
Indonesia. Jumlah penyaluran dana mencapai lebih dari Rp500 miliar.

Pada 2023, saat Indonesia memasuki transisi dari pandemi menuju endemi, Muhammadiyah dan Aisyiyah juga menyiapkan diri untuk terlibat aktif mendukung transisi ini. Muhammadiyah dan Aisyiyah telah memberikan pelayanan kesehatan dan pencegahan untuk menanggulangi pandemi Covid-19.

Sekbid Kesehatan PP IPM drh Anggitya Nareswari menambahkan, sebagai organisasi dengan basis anggota pelajar, IPM juga berperan aktif dalam pengarahan pembelajar daring selam masa pandemi dan menjaga spirit pelajar untuk tetap kreatif dan inovatif. "Misalnya, lewat pelajar sadar mental, kita saling menguatkan satu sama lain agar jangan sampai ada tindakan fatal
karena stress," kata dia.

Selain itu, IPM juga konsen dalam permasalahan kekerasan seksual pelajar. Selama pandemi covid, banyak pelajar kekerasan seksual secara verbal dan psikis melalui media sosial,cyber bullying.

"Kami melakukan working group di Jember karena perkawinan remaja di sana tinggi," ujar dia. Selama pandemi, pihaknya juga melakukan kampanye tobacco control serta pelajar peduli nutrisi.

Anggitya menyebut, memasuki masa transisi pandemi ke endemi, tidak ada yang perlu berubah. Artinya, aktivitas fisik, cuci tangan, hingga makan dengan gizi seimbang tidak ada salahnya terus dilakukan.

Fokus IPM pada kesehatan pelajar 2023 ini ada tiga, yaitu Kesehatan mental, hak-hak kesehatan seksual dan reproduksi (HKSR) dan kekerasan berbasis gender (KBG), serta tobacco control. (OL-13)

Baca Juga: Kesehatan Tubuh Manusia Ditentukan dari Kesehatan Mulutnya

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat