visitaaponce.com

Surveilans Kusta Perlu Dikebut Cegah Pasien Menjadi Disabilitas

Surveilans Kusta Perlu Dikebut Cegah Pasien Menjadi Disabilitas
Penyintas kusta memarkir sepeda menggunakan kaki palsu(AFP)

PERHIMPUNAN Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (PERDOSKI) dr Melani Marissa mengatakan upaya pemerintah dalam penanganan kusta saat ini adalah melakukan surveilans atau pencarian kasus di masyarakat agar bisa segera dilakukan penanganan.

Pasien kusta yang tidak diobati maka bisa mengalami komplikasi bila penyakitnya tidak segera diobati. Jari tangan dan kaki bisa sampai diamputasi, mengalami kebutaan dan organ vital lainnya akan terganggu.

"Kita harus bisa menemukan kasus kusta di masyarakat sedini mungkin. Supaya pengobatan juga bisa dilakukan sedini mungkin sehingga komplikasi tidak terjadi karena kusta bisa diobati dan tidak membuat pasien jatuh ke dalam disabilitas," kata Melani dalam konferensi pers di kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, Selasa (5/2).

Baca juga : Leitmotive Eliminasi Kusta

Diketahui kasus kusta di Indonesia meningkat yang sebelumnya 14.821 kasus pada 2022 dan menjadi 17.251 kasus penderita kusta di 2023.

Penyebab kusta adalah bakteri mycobacterium leprae yang masuk ke dalam sel saraf dan berkembang namun tidak langsung alami kusta. Waktu yang dibutuhkan bakteri ketika masuk ke dalam tubuh manusia sampai menimbulkan gejala.

"Gejalanya yakni menimbulkan bercak merah/putih/kecokelatan di kulit mangkanya pasien kusta biasanya awal-awal berobatnya ke dokter kulit karena ada beberapa kasus adalah mati rasa atau pun tidak ada rasanya," ujar dia.

Meski penyakit menular, kusta memiliki daya tular rendah sehingga tidak serta merta seseorang langsung tertular ketika bersalaman atau satu ruang dengan pasien kusta. Oleh karena itu masyarakat perlu diedukasi dan jangan menjauhi pasien kusta.

"Saat ini stigma pasien kusta masih ada di masyarakat. Tapi juga stigma diri sendiri yang menjadi tantangan, terkadang pasien diberi tahu langsung sedih, tidak percaya diri," pungkasnya. (Iam/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat