visitaaponce.com

Peran Krusial Orangtua dalam Mencegah Perundungan dan Kekerasan Seksual Anak

Peran Krusial Orangtua dalam Mencegah Perundungan dan Kekerasan Seksual Anak
Ilustrasi(MI)

Psikolog Klinis dan Keluarga, Nurina, mengungkapkan peran orangtua bagi anak bukan hanya sebatas tugas, melainkan juga seni yang memerlukan pemahaman mendalam. Pemahaman tersebut diperlukan agar orangtua bisa menjalani itu dengan baik. Itu sangat diperlukan untuk mampu mendeteksi karakteristik atau ciri jika anak terliabt sebagai korban atau pelaku perundungan atau kekerasan seksual.

“Sebagai orangtua kita harus mampu melakukan deteksi awal dari perilaku anak. Peran orangtua sangat penting dalam pencegahan perundungan dan kekerasan seksual," ujar Nurina melalui keterangan tertulis, Sabtu (9/3).

Orangtua juga dituntut mengetahui masa psikoseksual anak, yakni ketika anak di usia dini, 0-6 tahun, dan mengalami fase oral, anal, dan phalik. Kemudian, ketika anak dalam masa pertengahan atau pra-pubertas yaitu 7-12 tahun, mereka mengalami fase laten, dan pubertas atau remaja awal, itu harus betul-betul dipahami.

Baca juga : Komunikasi yang Baik Antara Orangtua dan Anak Bisa Cegah Perundungan

"Karena pada saat itu mereka mengalami fase genital yang sedang mencari identitas diri sesuai jenis kelamin,” jelas Nurina.

Selanjutnya, Nurina juga mengungkapkan tiga cara dalam menghadapi perundungan dan kekerasan seksual. Pertama adalah dengan promotif yaitu menyinergikan peran orangtua dan sekolah, memberi pengetahuan pendidikan seksualitas sesuai tahapan perkembangan anak, melakukan Parenting Class, dan melatih keterampilan sosial anak.

Kedua, dengan cara preventif yaitu melakukan gaya pengasuhan sesuai dengan modalitas utama anak, membangun komunikasi harmonis dengan anak, melakukan pola asuh yang seimbang antara demokratis, otoriter dan permisif, serta menyeimbangkan antara harapan dan kemampuan anak.

Ketiga, cara kuratif adalah memperbanyak afirmasi positif pada anak melalui pujian dan penghargaan, meningkatkan self esteem anak dengan fokus pada kompetensi yang dimiliki, melakukan terapi warna, dan mencari bantuan tenaga profesional seperti konseling atau psikoterapi.

“Pendidikan karakter anak terbentuk melalui perjalanan panjang, maka nikmatilah setiap prosesnya karena setiap yang menanam, pasti akan menuai,” tutup Nurina. (Z-11)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat