visitaaponce.com

Pengembangan Vaksin mRNA dan Pemeriksaan Genomik untuk Pencegahan Kasus Kanker

Pengembangan Vaksin mRNA dan Pemeriksaan Genomik untuk Pencegahan Kasus Kanker
Ilustrasi kanker mata retinoblastoma yang kerap menyerang anak(Dok.123RF)

KEPALA Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan pihaknya terus berupaya mengantisipasi peningkatan kasus kematian berbagai jenis kanker di Indonesia, khususnya lewat pengembangan pemeriksaan genomik dan vaksin.

“Kita sedang mengembangang prosedur pemeriksaan genomik untuk mendeteksi potensi-potensi kanker yang mungkin ada pada seseorang. Beberapa program vaksinasi seperti hepatitis mencegah kanker hati, HPV mencegah kanker serviks juga dilakukan sebagai upaya pencegahan. Selain itu, edukasi mengenai gaya hidup sehat dan skrining rutin juga selalu digencarkan,” ujar Siti saat dihubungi Media Indonesia di Jakarta pada Rabu (24/4).

Nadia menjelaskan bahwa penggunaan secara klinis berbagai vaksin kanker yang inovatif, termasuk vaksin berbasis sel imun, vektor virus, RNA atau DNA, telah memicu banyak minat terhadap pengembangan vaksin kanker, termasuk jenis vaksin mRNA sebagai platform terapi kanker yang menjanjikan ke depan.

Baca juga : Kasus DBD Meningkat hingga 6.000, Simak Tips Pertolongan Pertama Berikut Ini

“Sangat memungkinkinkan, karena HPV salah satu upaya pencegahan kanker serviks dibuat dari protein yg menyerupai virus HPV, kita tahu platform mRNA adalah teknologi platform vaksin terbaru yang artinya sangat mungkin dikembangkan untuk pencegahan kanker kedepan,” jelasnya.

Kendati vaksin kanker mRNA berpotensi dapat menginstruksikan sistem kekebalan tubuh untuk menyerang sel kanker, namun ada persepsi mengenai faktor risiko atau efek samping yang diduga bisa menyebabkan meningkatnya kasus kanker hingga kematian pada pasien kanker merujuk pada kasus covid-19.

“Sudah ada penelitian tentang vaksin dan kanker dari sisi keamanan sebuah vaksin, yang sudah diuji dan melalui tahapan kajian sampai benar-benar aman untuk manusia. Tetapi perlu juga dilihat faktor penyebab kasus kanker, terutama gaya hidup sebagai pemicu kanker dan penggunaan berbagai zat kimia dalam kehidupan sehari-sehari dan unsur polutan,” katanya.

Menurut Nadia, untuk mengetahui penyebab dan faktor risiko angka kasus kanker terhadap perkembangan vaksin, diperlukan penelitian lebih lanjut secara komprehensif. Diharapkan hal ini bisa mengurangi kasus kanker di Indonesia.

“Penelitian itu sebaiknya harus kohort prospektif jadi benar-benar mengikuti perkembangan penyakit bukan hanya memotret kasus, sehingga dapat lebih tepat gambarannya. Misalnya saat tahun pandemi mungkin banyak yang tidak bergejala tetapi positif, bukan hanya faktor vaksinasi tapi faktor terinfeksi dan muncul long covid bisa juga menjadi faktor yang berkontribusi,” ungkapnya. (Dev/Z-7)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat