visitaaponce.com

Bukan Kurikulum, Tetapi Gurulah Ujung Tombak Perubahan Pendidikan

Bukan Kurikulum, Tetapi Gurulah Ujung Tombak Perubahan Pendidikan
Peserta juga diajak untuk terlibat dalam kegiatan interaktif yang bertujuan untuk mengasah kemampuan berpikir kritis.(Dok Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang)

GURU adalah ujung tombak dalam mentransformasi masyarakat melalui pendidikan. Akan tetapi, saat ini, guru banyak dihadapkan beragam persoalan yang memerlukan solusi inovatif.

Dalam menghadapi perubahan masyarakat yang semakin tidak menentu, Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang bersama Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) mengambil langkah progresif dengan menggelar workshop dengan tema “Mari Wujudkan Perubahan Pendidikan Berkebudayaan Baru Menuju Generasi Cemerlang melalui Gerakan Sekolah Menyenangkan". Workshop ini menghadirkan Muhammad Nur Rizal sebagai Founder GSM dan Novi Poespita Candra sebagai Co-Founder GSM untuk memaparkan materi dan ide-ide perubahan. 

Acara ini bukan sekadar sebuah forum pelatihan, melainkan sebuah forum diskusi sekaligus langkah konkret untuk membangun perubahan budaya pendidikan yang lebih inklusif dan inovatif. Acara ini telah menghadirkan lebih dari 500 peserta dari sekitar 250 sekolah setingkat SD dan SMP yang terdiri dari kepala sekolah, guru, dan pengawas se-Kabupaten Tangerang. 

Baca juga : Sinar Mas Land Latih 150 Tenaga Pendidik agar Kreatif dan Inovatif

Kegiatan yang berlangsung selama dua hari pada tanggal 4-5 Mei 2024 di Lemo Hotel, Serpong, Tangerang ini dihadiri oleh para stakeholder pendidikan yang peduli akan perubahan yang substansial dalam pendidikan. Dalam diskusi dan obrolan, muncul isu-isu yang menggelisahkan, terutama terkait dengan kompleksitas kebijakan pendidikan seperti Kurikulum Merdeka, Guru Penggerak, dan Platform Merdeka Mengajar. Guru-guru di Kabupaten Tangerang masih terjebak dalam urusan administrasi yang memakan waktu, sehingga kurang dapat fokus pada peran inti mereka, yaitu memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas.

Sesi hari pertama diawali oleh Rizal selaku pendiri GSM dengan materi guru adalah kurikulum itu sendiri, lalu dilanjutkan dengan paparan materi Novi tentang implementasi Ruang Ketiga dalam pendidikan. Pada hari kedua materi lebih terfokuskan pada bagaimana otak manusia bekerja, dan pendekatan Phenomenon Based Approach untuk mengatasi persoalan pendidikan. Pendekatan ini diharapkan akan menguatkan kesadaran guru-guru untuk berani keluar dari persoalan-persoalan yang menimpanya selama ini.

Peserta juga diajak untuk terlibat dalam kegiatan interaktif yang bertujuan untuk mengasah kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan pendekatan Phenomenon Based Approach. Para guru menyelesaikan permasalahan nyata dan mencari solusi secara kolaboratif. Selain itu, para penggerak komunitas GSM juga membagikan pengalaman dan wawasan mereka dalam menghadapi tantangan pendidikan saat ini. 

Baca juga : Leva Foundation Ungkap Alasan Gandeng Yayasan Sukma di Asia

Rizal dalam paparannya menekankan pentingnya peran guru dalam mengasah berpikir kritis siswa-siswi mereka. 

“Sesi awal ketika para guru tadi berdiskusi dan berkelompok untuk menyelesaikan persoalan adalah agar para guru mendapatkan solusi dari hasil kesimpulannya sendiri,” ungkap Rizal.

Rizal mengajak para guru untuk memilah dan menimbang berbagai argumen yang diperolehnya baik melalui wawancara dengan dinas pendidikan, atasannya, kelompok lain atau membaca pemikiran-pemikiran sebelumnya. Lalu bisa menyikapi berbagai literasi tersebut untuk menemukan pemikiran para guru sendiri yang mereka yakini untuk dilakukan. 

Baca juga : Kipin Masuk Daftar 250 Perusahaan EdTech Terbaik Dunia

Kegiatan itu adalah agar para guru mengasah berpikir kritis yang harapannya akan ditularkan ke murid-muridnya atau di lingkungan kerjanya.
“Untuk berpikir kritis, para guru harus belajar menunda kesimpulan terlalu cepat, yaitu dengan selalu mempertanyakan segala sesuatu termasuk bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan yang sebenarnya,” tegas Rizal.
Dalam sesi forum, Rizal memaparkan bahwa fungsi utama sekolah dan guru adalah membuat anak-anak senang belajar dan mendorong mereka untuk dapat belajar secara mandiri. 

“Guru harus menjadi contoh yang memperlihatkan dan menggunakan cinta, jiwa, dan kreativitas di dalam kelas-kelas mereka. Lebih dari itu, guru adalah kurikulum itu sendiri, yang bertanggung jawab untuk membentuk karakter dan kemampuan terbaik setiap siswanya,” tambahnya. 

"Kurikulum sebaik apa pun akan sia-sia tanpa guru yang berkualitas dan kritis. Karena gurulah yang akan membentuk fondasi budaya berpikir di sekolah. Mengutip Socrates bahwa ciri guru di masa depan adalah selalu menyadari bahwa dirinya tidak tahu, bukan sebaliknya yang jatuhnya menjadi sok tahu. Itulah kenapa guru harus selalu mencari tahu, termasuk mencari akar masalah yang sebenarnya untuk Indonesia agar bisa mengejar ketertinggalannya, dan siap mengatasi tantangan masa depan,” tutup Rizal.

Baca juga : Acer Menguatkan Dukungan pada Pendidikan di Indonesia melalui Guraru

Rizal membawa pesan mendalam bahwa perubahan dalam dunia pendidikan tidak bisa terjadi tanpa perubahan dalam peran dan paradigma guru. Pesan ini diungkapkan juga oleh Aji Muhtarudin sebagai Kepala Sekolah SMPN 1 Kresek.

“Kegiatan ini membuat guru lebih terbuka bahwa konsep ‘guru’ inilah yang lebih penting, supaya tidak hanya pelatihan saja, tetapi juga diarahkan untuk memecahkan permasalahan sendiri. Tadinya berpikir bahwa kurikulum yang lebih penting, tetapi sekarang berubah bahwa pondasi yang sesungguhnya adalah guru. Dampak yang terasa adalah perubahan mindset bahwa guru harus lebih mengembangkan untuk memberikan porsi yang sesuai dengan kemampuan siswa,” ucap Muhtarudin. 

Selain itu, salah seorang guru sekolah swasta di Kabupaten Tangerang juga mengungkapkan adanya semangat baru untuk bisa kembali kepada tujuan guru yang sebenarnya untuk mendidik anak. 

“Saya mendapat cara pandang baru sekaligus refresh semangat lagi untuk bisa mendidik anak. Karena selama bertahun-tahun menjadi guru itu belum pernah dapetin ilmu baru. Saya merasa tujuan guru adalah menghasilkan generasi bangsa berkualitas yang punya daya juang, daya tahan, dan berpikir kritis. Harapannya semangat ini bisa dibawa dan ditularkan di sekolah,” ungkap Yanti Kardjo selaku guru di SD Menara Tirza.

Dengan semangat pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan workshop ini, harapannya setiap langkah kecil yang diambil oleh seorang guru dapat menciptakan dampak yang luar biasa dalam kehidupan siswa dan bermasyarakat. (H-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat