visitaaponce.com

Petugas Haji Penentu Sukses atau tidaknya Penyelenggaraan Ibadah Haji

Petugas Haji Penentu Sukses atau tidaknya Penyelenggaraan Ibadah Haji
Petugas kesehatan membantu calon haji yang telah sembuh usai perawatan di tenda pos kesehatan jelang pelaksanaan wukuf di Arafah, Arab Saudi(ANTARA/Wahyu Putro A)

KETUA Komnas Haji Mustolih Siradj mengatakan petugas haji merupakan elemen sangat penting yang akan menentukan sukses dan tidaknya penyelenggaraan ibadah haji, dari mulai sejak proses persiapan administrasi, pemberangkatan, puncak prosesi di Armuzna (Arafah, Muzdalifah, dan Mina) sampai dengan mengawal para jemaat kembali ke Tanah Air.

“Mandat yang dipikul tidak ringan dari menyiapkan konsumsi, transportasi, bimbingan ibadah, melakukan pengawalan selama di Tanah Suci, menjamin keamanan, memberikan layanan kesehatan, menjamin keselamatan, hingga mengendong para lansia yang mengalami kendala kemampuan fisik dan kesehatan,” ungkap Mustolih, Senin (13/5).

Dengan tugas yang begitu luas, petugas haji direkrut bukan saja dari kalangan internal Kementerian Agama tetapi melibatkan lintas kementerian dan lembaga antara lain unsur TNI, Polri, Kementerian Perhubungan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Hukum dan HAM serta pemerintah daerah. Termasuk dari perwakilan ormas, perguruan tinggi, dan pondok pesantran.

Baca juga : Arab Saudi Ubah Aturan Haji 2024, Ini Respons Amphuri 

“Hal ini penting karena Indonesia merupakan negara terbesar pengirim jemaah haji setiap tahunnya. Karenanya, perlu penanganan dan manajemen yang tidak sederhana,” lanjut Mustolih.

Oleh sebab itu, pria yang juga Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta tersebut berharap semua petugas dalam bertugas hendaknya melayani dengan sepenuh hati dan dedikasi mengikuti SOP (standar operational prosedur) yang sudah ditentukan.

Terlebih, di 2024 ini, masih mengusung tema haji ramah lansia, para petugas diharapkan dapat memberikan layanan optimal yang humanis, menganggap jemaah adalah keluarga sendiri.

Baca juga : 5 Tips Sa’i Aman Bagi Jemaah Risiko Tinggi dan Lansia

“Terkhusus terhadap para lansia agar dilayani dan dirawat seperti orangtua sendiri,” tegasnya.

Ada beberapa titik krusial yang penting menjadi perhatian utama petugas. Pertama pada fase gelombang kedatangan ketika kesiapsiagaan petugas menjemput dan memberikan pengawalan ribuan jemaah dari bandara hingga dipastikan masuk ke hotel/ pemondokan. 

Di fase ini, jemaah yang baru tiba di tanah suci baik Mekkah maupun Madinah akan antusias melakukan ibadah sunah. Jemaah yang baru ke Tanah Suci biasanya akan tersesat dan tidak jarang yang mengalami disorientasi psikologi.

Baca juga : Banyak Lansia, Wapres Minta Petugas Haji Utamakan Jemaah

Berikutnya, fase puncak haji pada 10-13 Dzulhijjah ketika Jemaah harus bergerak secara serentak menjalankan ibadah menuju kawasan Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna). 

Di sinilah titik paling rawan dan krusial sehingga menjadi momen pertaruhan, sebab di tempat tersebut jemaah haji Indonesia akan membaur bersama jutaan manusia dari berbagai penjuru dunia.

Kegiatan di tiga tempat tersebut, khususnya Mina, akan sangat menguras fisik dan stamina petugas, biasanya tidak jarang ada yang ambruk dan sakit karena kelelahan mendampingi jemaah melakukan ibadah jumrah di jamarat, ditambah faktor cuaca panas yang terbilang ekstrem.

Baca juga : Jemaah Haji Kloter I Jakarta Cukup Istirahat Berkat Fast Track

Ketiga adalah fase setelah Armuzna, setelah puncak proses haji selesai jadwal kegiatan ibadah wajib selesai, sehingga banyak waktu longgar untuk menjalankan ibadah sunnah.

Jemaah pun biasanya menggunakan waktu untuk berwisata sambil menunggu jadwal pemulangan. Oleh sebab itu, terkadang muncul anggapan tugas telah selesai sehingga perhatian dan konsentrasi kepada Jemaah bisa menurun.

“Anggapan ini tidak boleh terjadi karena petugas harus bekerja sampai tuntas memastikan Jemaah tetap sehat dan selamat hingga pulang ke tanah air atau operasional haji resmi berakhir,” ujar Mustolih.

Peran dan reputasi petugas haji Indonesia selama ini sangat baik diakui otoritas Arab Saudi sehingga hampir setiap tahun mendapat apresiasi khusus karena mampu membawa ratusan ribu jemaahnya tertib dan ramah.

“Reputasi dan kinerja jajaran petugas haji ini membuat beberapa negara pengirim jemaah seperti Turki, Pakistan, Malaysia, Banglades, Nigeria dan beberapa negara lain merasa perlu melakukan studi banding untuk belajar manajemen haji ke Indonesia terkait bagaimana cara mengelola ratusan ribu orang dengan baik. Prestasi semacam ini tentu harus dipertahankan,” pungkasnya. (Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat