visitaaponce.com

Peneliti Temukan 23 Spesies Anggrek Baru di Papua Barat

 Peneliti Temukan 23 Spesies Anggrek Baru di Papua Barat
Lima dari 23 jenis spesies anggrek baru yang ditemukan di Papua Barat.(Dok. Youtube KLHK)

SEBANYAK 23 spesies baru anggrek ditemukan di wilayah Papua Barat. Itu merupakan hasil eksplorasi yang dilakukan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Brida Papua Barat, UNIPA, Royal Botanic Garden Kew serta Balai Besar KSDA Papua Barat.

“Beberapa sudah dideskripsikan dan dibuat botanical description-nya. Semoga di tahun ini target kita atau paling lambat tahun depan, semua sudah kita publikasikan,” kata Pengendali Ekosistem Hutan pada Balai Besar KSDA Papua Barat Reza Saputra dalam acara Pekan Keanekaragaman Hayati, di Jakarta, Jumat (17/5).

Ia mengungkapkan, eksplorasi tersebut telah dilakukan sejak 2022. Adapun, beberapa spesies baru ditemukan di area Cagar Alam Pulau Batanta barat, TWA Klamono, Cagar Alam Pegunungan Tambrauw Utara dan daerah penyangga Cagar Alam Pegunungan Tambrauw Selatan.

Baca juga : 85% Spesies Baru Ditemukan di Papua, BRIN: Masih Banyak yang Belum Dieksplorasi

Nantinya, spesies yang baru ditemukan akan dinamakan dengan nama masyarakat lokal atau diambil dari kata lokal Papua Barat. Hal itu dilakukan untuk pendekatan konservasi ke masyarakat. “Kalau kita menamakan spesies baru ke mereka, pengelolaan kawasan dan pendekatan kita ke masyarakat jadi lebih enak untuk dibantu mereka,” kata dia.

Penemuan Kembali Spesies Lama

Selain spesies baru, Reza bersama timnya juga menemukan kembali lima spesies anggrek yang tidak pernah lagi ditemukan sejak berpuluh-puluh bahkan ratusan tahun lalu. Di antaranya Taeniophyllum maximum yang baru ditemukan kembali setelah 107 tahun, Dendrobium azureum yang baru ditemukan kembali setelah 78 tahun, Didymoplexis torricellensis yang baru ditemukan kembali setelah 114 tahun, Crepidium productum yang baru ditemukan kembali setelah 110 tahun dan Taeniophyllum conoceras yang baru ditemukan kembali setelah 106 tahun.

“Yang menarik bagi saya ialah Didymoplexis torricellensis. Ini anggrek hantu yang ditemukan pada tahun 1909 dan hanya sekali dikoleksi tahun itu dan belum pernah ditemukan lagi. Itu dikoleksi di Papua Nugini dan saya temukan ini di Papua Barat,” beber Reza.

Baca juga : Gandititan Cavocaudatus, Spesies Dinosaurus Baru dari Tiongkok

“ Jadi dia rediscovery setelah 114 tahun gak ditemukan,, sekaligus new record juga untuk Indonesia. Spesimen type untuk anggrek hantu ini juga sudah rusak di Berlin. Sekaligus ini bisa menjadi spesimen penting,” imbuhnya.

Reza yang telah melakukan eksplorasi anggrek sejak 2016 mengungkapkan, pendataan spesies anggrek menjadi sangat penting untuk melakukan konservasi di Indonesia. Seperti diketahui, anggrek merupakan tumbuhan dengan diversitas tertinggi di Indonesia.

Ada sebanyak 3.820 spesies dan tertinggi ada di Kalimantan dan Papua. Sejauh ini, ada sebanyak 1.467 spesies di Kalimantan, 700 spesies di Sulawesi, 432 spesies di Maluku, 297 spesies di Nusa Tenggara, 784 spesies di Jawa, 1.231 di Sumatra dan 1.336 spesies di Papua.

“Ia menyatakan, selain eksplorasi, penginputan data ke IUCN juga menjadi penting untuk penelitian lebih lanjut. ”Banyak yang publikasi jenis baru dan melakukan asesmen awal, tapi jarang yang melakukan submit ke IUCN. Padahal ini sangat penting. Salah satu yang saya submit ialah anggrek Moi di Papua yang kini masuk dalam critically endangered pertama di Papua Barat karena lokasinya sempit dan banyak pembangunan di sana,” pungkas dia.

(Z-9)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat