visitaaponce.com

Potensi Limbah Popok Indonesia, Lebih dari 3.000 Ton Per Hari

Potensi Limbah Popok Indonesia, Lebih dari 3.000 Ton Per Hari
Ilustrasi(Freepik)

DATA Badan Pusat Statistik (BPS) 2023 menunjukkan angka kelahiran di Indonesia mencapai 4,6 juta. Dengan demikian, setidaknya ada potensi penggunaan popok hingga 17,44 juta/hari dengan potensi limbah popok sebanyak 3.488 ton/hari.

Periset Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih (PRLTB) Lies Indriati menyebut produk sekali pakai, seperti popok dan pembalut, memberikan kenyamanan karena dapat langsung dibuang setelah digunakan, namun menimbulkan masalah lingkungan yang signifikan.

“Risiko pencemaran lingkungan muncul dari bahan-bahan baku penyusunnya, jumlah atau volume produk yang digunakan, perilaku pengguna dan pengelola," ujarnya dikutip dari laman BRIN, Minggu (26/5).

Baca juga : Sampah dan Limbah Industri Sebabkan Krisis Air Bersih

Menurut dia, limbah pada popok sekali pakai yang mengandung kotoran cair atau padat ini dapat memicu gangguan kesehatan pada mahluk hidup. Contohnya iritasi paru-paru, penyakit kulit, bahkan sesak nafas. Tidak hanya pada manusia, tumbuhan air dan ikan juga bisa mengalami gangguan akibat limbah tersebut.

Selain itu, Lies menjabarkan sampah dari popok dan pembalut sekali pakai ini menimbulkan beban lingkungan besar. Hal itu karena komponen materialnya terdiri dari berbagai lapisan. Secara umum, limbah popok dan pembalut memiliki lima komponen penyusun yang sama.

Lapisan atas terdiri terdiri dari poliester, polietilen (PE), polipropilen (PP), campuran PE/PP, viskosa/rayon, dan kapas. Lapisan aquisition distribution layer (ADL) terdiri dari poliester, PE, PP, viskosa/rayon, kapas, serat selulosa/pulp. Bagian inti penyerap (core) terdiri dari serat selulosa/pulp, kapas, polimer penyerap super (SAP), poliester. Lapisan bawah (bottom) terdiri dari PE, PP, dam asam polilaktik. Kemudian perekat dari resin sintetis dan polimer termoplastis serta pelepas yang terdiri dari kertas dan berlapis silikon.

Baca juga : Lokasi Latihan Atlet Dayung Jakarta Dipenuhi Busa Limbah, Heru Budi Perintahkan Dinas Terkait untuk Selesaikan

“Namun, kebijakan pengelolaan sampah belum ada klasifikasi sampah produk penyerap higienis ini dan belum diperhatikan sistem pengelolaannya secara serius di Indonesia. Karenanya, dibutuhkan pengelolaan komperhensif soal hal tersebut,” beber dia.

Pada kesempatan yang sama, Chief Executive Officer Bank Sampah Bersinar Febrianti SR menyampaikan tantangan dalam pengelolaan sampah popok dan pembalut bekas sekali pakai. 

"Kami mengajarkan masyarakat untuk memilah sampah organik dan non-organik. Sampah organik bisa diolah menjadi kompos, sementara sampah anorganik bisa masuk ke bank sampah," jelasnya.

Baca juga : Wali Kota Tegal Ajak Semua Pihak Dukung Target Penurunan Sampah

Ia menambahkan masih banyak sampah residu, seperti popok bayi, yang belum terkelola dengan baik. Meskipun penggunaan popok sekali pakai lebih praktis, ia mendorong penggunaan produk yang dapat digunakan kembali, seperti clodi (cloth diaper).

"Namun, kami juga memahami tidak semua ibu memiliki waktu dan tenaga untuk menggunakan popok kain, sehingga kami menyediakan solusi pengolahan sampah popok sekali pakai," ujarnya.

Bank Sampah Bersinar pun melakukan edukasi kepada masyarakat untuk membersihkan pospak bekas sebelum disetorkan. 

Baca juga : Efek Rumah Kaca: Pengertian, Penyebab dan Dampaknya Bagi Bumi

"Sampah popok yang disetorkan harus bersih dari kotoran padat, namun urine tidak masalah, karena mengandung urea yang dapat digunakan untuk pupuk cair organik," kata Febrianti.

Popok yang sudah dibersihkan kemudian diproses untuk memisahkan fiber, plastik, dan cairan organiknya. 

Fiber hasil pengolahan sampah popok disuplai ke PT Konut Indonesia sebagai material alternatif. Plastik yang dihasilkan digunakan untuk membuat produk daur ulang, sementara cairan organik digunakan sebagai pupuk cair.

"Proses pengolahan ini menggunakan mesin yang dirancang untuk memisahkan komponen-komponen tersebut, lalu mengeringkannya dengan sinar matahari untuk menghemat energi," urainya. (Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat