visitaaponce.com

Memahami Makna dan Sejarah Idul Adha dari Pengorbanan Besar 2 Nabi

Memahami Makna dan Sejarah Idul Adha dari Pengorbanan Besar 2 Nabi
Ilustrasi kisah nabi Ibrahim dan Ismail(Disway)

IDUL Adha, yang juga dikenal sebagai Hari Raya Kurban, adalah salah satu hari besar dalam Islam yang dirayakan setiap tahunnya oleh umat Muslim di seluruh dunia. Hari raya ini memiliki makna yang sangat dalam, berakar dari kisah pengorbanan Nabi Ibrahim Alaihi Salam (AS) dan anaknya, Nabi Ismail AS, yang merupakan salah satu narasi paling terkenal dalam tradisi Islam. 

Sejarah Idul Adha memberikan wawasan yang penting tentang pengorbanan, ketaatan, dan kepasrahan kepada Tuhan. Artikel ini akan mengulas sejarah Idul Adha dengan mengacu pada sumber-sumber ilmiah.

Asal-Usul Idul Adha

Idul Adha berawal dari peristiwa yang terjadi ribuan tahun yang lalu, yang tertulis dalam kitab suci Al-Qur'an dan juga dalam kitab-kitab Abrahamik lainnya, seperti Alkitab dan Taurat. Menurut Al-Qur'an, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk mengorbankan anaknya, Ismail, sebagai tanda kepatuhan dan ketaatan. 

Baca juga : Kisah dan Mukjizat Nabi Ismail

Ketika Ibrahim dan Ismail menunjukkan kesiapan mereka untuk melaksanakan perintah Allah, sebuah mukjizat terjadi. Allah menggantikan Ismail dengan seekor domba, yang kemudian dikorbankan sebagai gantinya. Peristiwa ini tercatat dalam Surat As-Saffat (37:102-107).

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعۡىَ قَالَ يٰبُنَىَّ اِنِّىۡۤ اَرٰى فِى الۡمَنَامِ اَنِّىۡۤ اَذۡبَحُكَ فَانْظُرۡ مَاذَا تَرٰى​ؕ قَالَ يٰۤاَبَتِ افۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُ​ سَتَجِدُنِىۡۤ اِنۡ شَآءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيۡنَ‏ ١٠٢

102: Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, "Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka bagaimanakah pendapatmu!" Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insyā Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar."

فَلَمَّاۤ اَسۡلَمَا وَتَلَّهٗ لِلۡجَبِيۡنِ​ۚ‏ ١٠٣

103: Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipisnya, (untuk melaksanakan perintah Allah).

Baca juga : Ini Sejarah dan Makna Idul Adha

وَنَادَيۡنٰهُ اَنۡ يّٰۤاِبۡرٰهِيۡمُۙ‏ ١٠٤

104: Lalu Kami panggil dia, "Wahai Ibrahim!

قَدۡ صَدَّقۡتَ الرُّءۡيَا ​ ​ۚ اِنَّا كَذٰلِكَ نَجۡزِى الۡمُحۡسِنِيۡنَ‏ ١٠٥

105: Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu."1 Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الۡبَلٰٓؤُا الۡمُبِيۡنُ‏ ١٠٦

106: Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.

Baca juga : Meneladani Hari Raya Idul Kurban untuk Membangun Indonesia Damai

وَفَدَيۡنٰهُ بِذِبۡحٍ عَظِيۡمٍ‏ ١٠٧

107: Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.1

 

Idul Adha dirayakan setiap tanggal 10 Dzulhijjah dalam kalender Islam, yang bertepatan dengan akhir ibadah haji di Mekah. Perayaan ini melibatkan penyembelihan hewan kurban, seperti kambing, domba, sapi, atau unta, yang dagingnya kemudian dibagi-bagikan kepada keluarga, tetangga, dan mereka yang membutuhkan.

Baca juga : Meneladani Keluarga Nabi Ibrahim AS

Praktik ini merupakan simbol ketaatan dan pengorbanan, serta cara untuk mempererat hubungan sosial dalam masyarakat. Idul Adha adalah salah satu hari raya terpenting dalam Islam yang mengajarkan tentang nilai pengorbanan, ketaatan, dan solidaritas sosial.

Sejarahnya yang berakar dari kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail memberikan pelajaran yang mendalam bagi umat Muslim di seluruh dunia. Melalui penyembelihan hewan kurban dan berbagai kegiatan sosial lainnya, Idul Adha menjadi momen untuk mempererat hubungan antarmanusia dan memperkuat ketaatan kepada Allah SWT. Sumber-sumber ilmiah yang mendasari pemahaman tentang Idul Adha memberikan landasan yang kuat bagi umat Muslim untuk melaksanakan ibadah ini dengan penuh kesadaran dan makna.

Makna dan Keutamaan Idul Adha

Idul Adha sebagai satu hari raya terbesar dalam Islam yang memiliki makna mendalam bagi umat Muslim. Berikut adalah beberapa makna utama Idul Adha:

  1. Ketaatan dan Kepatuhan kepada Allah:

    • Kisah Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail, yang menjadi dasar perayaan Idul Adha, adalah contoh puncak ketaatan dan kepatuhan kepada perintah Allah. Nabi Ibrahim bersedia mengorbankan putranya atas perintah Allah, yang kemudian digantikan dengan seekor domba. Ini mengajarkan umat Muslim pentingnya ketaatan dan kepatuhan mutlak kepada kehendak Tuhan.

  2. Pengorbanan:

    • Idul Adha melambangkan pengorbanan pribadi untuk mencapai kebaikan yang lebih besar. Umat Muslim diingatkan untuk mengorbankan ego, keinginan pribadi, dan hal-hal material demi kebaikan yang lebih besar dan dalam pengabdian kepada Allah.

  3. Solidaritas dan Kepedulian Sosial:

    • Penyembelihan hewan kurban dan pembagian dagingnya kepada keluarga, tetangga, dan yang membutuhkan, mencerminkan pentingnya solidaritas sosial dan kepedulian terhadap sesama, terutama mereka yang kurang beruntung.

  4. Kesucian dan Pengampunan:

    • Idul Adha adalah waktu untuk refleksi diri, pembersihan hati, dan memohon pengampunan kepada Allah. Ini juga saat yang tepat untuk memaafkan dan memperbaiki hubungan dengan sesama manusia.

  5. Penyatuan Umat Islam:

    • Idul Adha dirayakan bersamaan dengan puncak ibadah haji di Mekah. Hal ini menunjukkan kebersamaan dan persatuan umat Islam di seluruh dunia, karena semua Muslim, baik yang melaksanakan haji maupun yang tidak, merayakan hari besar ini dengan cara yang sama.

  6. Pembelajaran tentang Ketulusan:

    • Melalui kisah Nabi Ibrahim dan Ismail, umat Muslim diajarkan tentang ketulusan dalam beribadah dan berserah diri kepada Allah. Nabi Ibrahim dengan tulus bersedia mengorbankan hal yang paling berharga baginya demi menjalankan perintah Allah.

Idul Adha mengandung makna yang mendalam tentang ketaatan, pengorbanan, solidaritas sosial, dan ketulusan. Melalui perayaan ini, umat Muslim diingatkan untuk selalu berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, memperkuat hubungan dengan Tuhan, dan menjalin hubungan yang harmonis dengan sesama. Makna-makna ini tidak hanya menjadi pelajaran religius, tetapi juga pedoman moral yang relevan dalam kehidupan sehari-hari. (Z-10)

 

Referensi: 

  1. Al-Qur'an dan Tafsirnya
  2. Tafsir Al-Jalalayn
  3. Tafsir Ibn Kathir
  4. Tafsir Al-Tabari
  5. Sahih Bukhari dan Sahih Muslim,
  6. Buku sejarah Islam "The Sealed Nectar" oleh Safi-ur-Rahman al-Mubarakpuri 
  7. "Islamic History: A Very Short Introduction" oleh Adam J. Silverstein 
  8. "The Children of Abraham: Judaism, Christianity, Islam" oleh F.E. Peters

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat