Hingga Mei 2024, Kasus Leptospirosis Capai 367 dengan 42 Kematian
![Hingga Mei 2024, Kasus Leptospirosis Capai 367 dengan 42 Kematian](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/06/e0448adeef8c5a3686c43f8f27e9a2b5.jpg)
KEMENTERIAN Kesehatan mencatat jumlah total kasus leptospirosis pada 2024 sampai bulan lalu sebanyak 367 kasus dengan 42 kematian. Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menyebut laporan kasus bulan Mei 2024 ini baru diterima dari 3 provinsi yaitu DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, dan Bali.
"Berdasarkan data tersebut maka kasus tertinggi tercatat pada bulan Maret yaitu sebanyak 108 kasus tetapi kematian tertinggi tercatat pada bulan Februari 2024 (15 kematian)," kata Nadia kepada Media Indonesia, Jumat (14/6).
Sementara itu, sudah ada 15 provinsi yang melaporkan kasus leptospirosis pada 2024. Tiga provinsi dengan jumlah kasus terbanyak adalah Jateng (198 kasus), DIY (82 kasus), dan Jabar (24 kasus). Sedangkan kematian tertinggi ada di Jateng (26 kematian), DIY (6 kasus), dan DKI Jakarta (5 kasus).
Baca juga : Kasus DBD Meningkat, Kemenkes Imbau Masyarakat untuk Waspada
Sebelumnya, sebanyak 20 kasus leptospirosis ditemukan sepanjang Januari hingga Mei 2024 di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Tiga di antaranya meninggal dunia. Selain itu juga ditemukan 21 suspek kasus di wilayah yang sama.
Leptospirosis adalah penyakit yang ditularkan melalui bakteri dari kencing tikus. Bakteri akan menginfeksi tubuh manusia jika masuk melalui kulit yang lecet atau selaput lendir pada saat kontak dengan banjir atau genangan air sungai hingga selokan dan lumpur. Biasanya penyakit leptospirosis menyebar saat suatu wilayah tengah atau sempat terkena banjir.
Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Khamidah Yuliati, menjelaskan upaya pencegahan penyebaran penyakit ini adalah dengan penerapan PHBS atau Pola Hidup Bersih dan Sehat di setiap keluarga.
"Kami harapkan, keluarga dan lingkungan, masing-masing berusaha keras untuk menjaga lingkungan yang bersih dan menerapkan PHBS," kata Yulianti, Rabu (12/6). (Z-6)
Terkini Lainnya
Budi Sylvana: Saya tidak Bisa Menghindar dari Perintah Jabatan
Relaksasi SKP untuk Perpanjang Izin Praktik untuk Keringanan Bukan Pemutihan
Capaian Imunisasi Lengkap Nasional Masih di Bawah 50%
Dokter tanpa Etika dan Pembiaran oleh Otoritas Negara
7 Cara Mencegah Penularan Flu Burung
Waspada Peningkatan DBD Saat Musim Kemarau
Khitan Bisa Mengurangi Potensi Tertular Penyakit Seksual
Penyakit Jantung Koroner Bisa Dicegah Sejak Usia 35 Tahun
Apakah Wajar Kaki si Kecil Berbentuk Huruf O?
Kewaspadaan Orangtua Kunci Keberhasilan Penanganan DBD pada Anak
Ini Pentingnya Mengenali Jenis Batuk dan Penanganannya
Kontak Erat di Rumah Jadi Faktor Kuat Penularan Tuberkulosis Anak
Integrative & Functional Medicine: Pendekatan Holistik dalam Pengobatan Kanker
Hidup Segan Calon Perseorangan
Puncak Haji Berbasis Fikih
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Huluisasi untuk Menyeimbangkan Riset Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap