visitaaponce.com

Berulang Tahun ke-497, DKI Dibayangi Buruknya Kualitas Udara, Ini Pendapat Ahli

Berulang Tahun ke-497, DKI Dibayangi Buruknya Kualitas Udara, Ini Pendapat Ahli
Suasana polusi udara yang menyelimuti bangunan Jakarta International Stadium (JIS), Jakarta Utara, Jakarta, Sabtu (15/6/2024).(ANTARA/SULTHONY HASANUDDIN)

MENYAMBUT Hari Ulang Tahun DKI Jakarta diselenggarakan "Jakarta International Marathon 2024", Minggu, (23/6).Namun, buruknya kualitas udara masih menjadi permasalahan yang membayangi.

DKI Jakarta masuk kategori tidak sehat dan menempati peringkat ketiga dunia dengan angka 166. Menanggapi itu, Direktur Pascasarjana Universitas YARSI / Guru Besar Fakultas Universitas Indonesia (FKUI) dan Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama menyampaikan ada empat hal yang perlu ditekankan terkait masalah polusi udara

Pertama, menurut Tjandra, harus ada upaya maksimal agar polusi udara Jakarta dapat dikendalikan. Sebab, warga Jakarta tidak bisa memilih udara yang dihirup setiap waktu.

Baca juga : Selain ISPA, Ini Dampak Paparan Polusi Udara pada Tubuh Anda

"Kalau ada polusi udara maka kita terpaksa atau dipaksa menghirup udara yang tercemar polutan dan akan merugikan kesehatan," ujarnya Minggu (23/6).

Kedua, imbuh dia, dalam polusi udara termasuk di Jakarta, ada partikel yaitu PM 10 dan PM 2.5. Dampak polusi udara dapat berupa dampak jangka pendek seperti iritasi saluran napas, sehingga dapat menjadi pemicu keluhan batuk, sesak napas, kambuhnya asma dan eksaserbasi Penyakit Paru Kronik (PPOK). Juga dapat terjadi infeksi, seperti ISPA dalam bentuk bronkitis dan masalah lainnya.

"Sementara itu, dampak jangka panjang mungkin saja terjadi kerusakan di saluran dan napas dan mungkin juga alveolus. Dapat terjadi penyakit paru kronik dan juga perburukannya," terang Tjandra.

Baca juga : Dokter Paru Beberkan Cara Jaga Kesehatan di Tengah Polusi Udara

Berdasarkan data laman resmi IQAir, Minggu (23/6), pukul 06.00 WIB, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 166, dengan angka partikel halus (particulate matter/PM) 2,5 di angka konsentrasi 77 mikrogram per meter kubik.

Konsentrasi ini setara 15,4 kali nilai panduan kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Tadi malam 22 Juni 2024 baru kembali dari Sydney mengikuti Konperensi Ketahanan Kesehatan Global. Di Sydney di pagi hari, kadar PM 2.5 nya di hanya 12 saja, jelas jauh lebih sehat dari kita di Jakarta, dan langitnya pun amat biru cerah menyegarkan.

Ketiga, sambung Tjandra, warga kota sedapat mungkin diminta membatasi aktivitas di luar rumah apabila kadar polusi udara dalam kategori buruk. Cara lain, ujarnya, dengan tetap menjaga kesehatan, makan bergizi, istirahat cukup dan tentu jangan merokok.

Baca juga : Selasa (28/5) Pagi, Jakarta Jadi Kota dengan Polusi Udara Terburuk di Dunia

" Lalu, kalau memang ada penyakit kronik baik paru ataupun juga yang lain maka pastikan patuhi anjuran dokter, termasuk mengkonsumsi obat rutin yang diharuskan," ujar Tjandra.

Ke empat, menurutnya ada tiga hal yang perlu dilakukan pemerintah yakni pemerintah harus berupaya maksimal agar polusi udara dapat dikendalikan sehingga warga dapat menghirup udara bersih dalam kehidupannya sehari-hari, pemerintah juga dapat memberi informasi tentang kadar polusi udara secara rinci dan berkala kepada masyarakat secara lebih luas dan mudah dipahami dan terakhir, jika ada warga negara yang mengalami gangguan kesehatan, atau kelompok berisiko yang rentan terkena gangguan akibat polusi udara, pemerintah berkewajiban memberikan akses pelayanan kesehata. pada semua warga tanpa harus membebani ekonominya.

"Inilah yang disebut konsep "Universal Health Coverage - UHC," tukasnya. 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat