visitaaponce.com

10 Negara di Uni Eropa Alami Lonjakan Kasus Covid-19

10 Negara di Uni Eropa Alami Lonjakan Kasus Covid-19
Orang-orang bertepuk tangan saat konser pada hari pembukaan festival Werchter Parklife di Werchter pada 1 Juli 2021.(AFP/Hadrien Dure.)

SEPULUH negara di Uni Eropa menghadapi situasi covid-19 yang memprihatinkan karena pandemi memburuk di sepanjang benua.

"Situasi epidemiologis keseluruhan ditandai dengan tingkat pemberitahuan kasus keseluruhan yang tinggi dan meningkat pesat serta tingkat kematian yang rendah tetapi perlahan meningkat," kata Pusat Pengendalian Penyakit Eropa pada Jumat (12/11). "Tingkat pemberitahuan kasus, tingkat kematian, dan penerimaan di rumah sakit serta ICU diperkirakan meningkat selama dua minggu ke depan," imbuhnya.

Dalam penilaian risiko mingguan terbaru, badan tersebut mendaftarkan 10 negara Uni Eropa dalam kategori perhatian tertinggi yakni Belgia, Bulgaria, Kroasia, Republik Ceko, Estonia, Yunani, Hongaria, Belanda, Polandia, dan Slovenia. "Negara-negara dengan serapan vaksinasi yang lebih rendah terus menjadi yang paling parah terkena dampaknya," tutur badan tersebut.

Jerman termasuk di antara 13 negara Uni Eropa lain yang digolongkan sebagai perhatian tinggi dan Prancis di antara tiga negara perhatian sedang. Italia, Malta, Spanyol, dan Swedia tidak terlalu diperhatikan.

Badan tersebut mengatakan empat negara telah dinaikkan ke kategori yang lebih tinggi sejak penilaian terakhir, dan lima negara telah diturunkan. Jumlah kasus dan kematian diperkirakan meningkat sekitar 50% selama dua minggu ke depan, badan tersebut menambahkan, mencapai tingkat mingguan 300 kasus baru dan 2,7 kematian per 100.000 penduduk.

Penilaian tersebut dengan memperhatikan 27 negara Uni Eropa serta Norwegia, Islandia, dan Liechtenstein.

Pusat pandemi

Eropa telah menjadi pusat pandemi lagi, mendorong beberapa pemerintah untuk mempertimbangkan kembali memberlakukan penguncian menjelang Natal dan menimbulkan perdebatan tentang vaksin saja cukup untuk menjinakkan covid-19 atau tidak. Eropa menyumbang lebih dari setengah dari rata-rata infeksi selama tujuh hari secara global dan sekitar setengah dari kematian terbaru, tingkat tertinggi sejak April tahun lalu ketika virus pertama kali melanda Italia.

Kehebohan baru datang ketika kampanye inokulasi telah mencapai puncaknya menjelang bulan-bulan musim dingin dan musim flu. Sekitar 65% dari populasi Wilayah Ekonomi Eropa (EEA) yang meliputi Uni Eropa, Islandia, Liechtenstein, dan Norwegia telah menerima dua dosis, menurut data UE, tetapi kecepatannya melambat dalam beberapa bulan terakhir.

Vaksinasi di negara-negara Eropa selatan mencapai sekitar 80%, tetapi keraguan telah menghambat peluncuran di Eropa tengah dan timur dan Rusia, yang menimbulkan wabah yang dapat membanjiri layanan kesehatan. Jerman, Prancis, dan Belanda juga mengalami lonjakan infeksi menunjukkan tantangan bahkan bagi pemerintah dengan tingkat penerimaan yang tinggi dan harapan besar vaksin akan membawa kehidupan kembali mendekati normal.

Yang pasti, rawat inap dan kematian jauh lebih rendah daripada tahun lalu dan variasi besar di setiap negara dalam penggunaan vaksin dan booster serta langkah-langkah seperti jarak sosial membuat sulit untuk menarik kesimpulan untuk seluruh wilayah.

Jangan lengah

Namun kombinasi dari penyerapan vaksin yang rendah di beberapa bagian, memudarnya kekebalan di antara mereka yang diinokulasi lebih awal, serta mulai mengabaikan masker dan menjaga jarak ketika pemerintah melonggarkan pembatasan selama musim panas kemungkinan menjadi penyebabnya, kata ahli virologi dan pakar kesehatan masyarakat. "Jika ada satu hal yang bisa dipelajari dari ini, jangan mengalihkan pandangan Anda dari sini," kata Lawrence Young, ahli virologi di Warwick Medical School Inggris.

Laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk minggu hingga 7 November menunjukkan bahwa Eropa, termasuk Rusia, menjadi satu-satunya wilayah yang mencatat kenaikan kasus hingga 7%. Daerah lain melaporkan penurunan atau tren stabil. Laporan itu juga mencatat peningkatan 10% dalam kematian, sementara daerah lain melaporkan penurunan.

Prospek suram mengirimkan getaran melalui perusahaan dan pemerintah, cemas bahwa pandemi yang berkepanjangan akan menggagalkan pemulihan ekonomi yang rapuh, terutama karena penerbangan trans-Atlantik dilanjutkan minggu ini dan perbatasan mulai dibuka kembali. Di Jerman, beberapa kota dilaporkan telah membatalkan pasar Natal lagi, sementara Belanda menutup teater dan bioskop, membatalkan acara besar serta menutup kafe dan restoran lebih awal.

Sebagian besar negara Uni Eropa mengerahkan suntikan tambahan untuk orang tua dan mereka yang memiliki sistem kekebalan yang lemah, tetapi memperluasnya ke lebih banyak populasi dan memberikan suntikan di lengan remaja harus menjadi prioritas untuk menghindari langkah-langkah seperti penguncian, kata para ilmuwan. "Urgensi sebenarnya yakni memperluas kumpulan orang yang divaksinasi sebanyak mungkin," kata Carlo Federico Perno, kepala diagnostik mikrobiologi dan imunologi di Rumah Sakit Bambino Ges Roma.

Melindungi anak

Regulator obat-obatan UE sedang mengevaluasi penggunaan vaksin Pfizer dan BioNTech kepada anak berusia lima hingga 11 tahun. Data membenarkan langkah-langkahnya.

Angka Jerman untuk minggu hingga 31 Oktober menunjukkan bahwa sementara beban kasus tertinggi ada di antara orang-orang yang relatif muda. Mereka yang berusia di atas 60 tahun merupakan mayoritas yang dirawat inap.

Tingkat rawat inap untuk di atas 60 tahun yang tidak divaksinasi juga jauh lebih tinggi daripada mereka yang diinokulasi. Bulan lalu, sekitar 56% pasien covid-19 dirawat di rumah sakit di Belanda dan 70% pasien dalam perawatan intensif tidak divaksinasi atau hanya divaksinasi sebagian. 

"(Wabah) ini mungkin akan membuat UE mempertimbangkan dosis booster dan mengatakan 'kami memang membutuhkannya sebelum waktunya'," kata Michael Head, peneliti senior di bidang kesehatan global di University of Southampton. Masih berjuang untuk meningkatkan vaksinasi, pemerintah Eropa tengah dan timur harus mengambil tindakan drastis.

Menghadapi wabah yang paling parah, Latvia, salah satu negara yang paling sedikit divaksinasi di UE, memberlakukan penguncian selama empat minggu pada pertengahan Oktober. Republik Ceko, Slovakia, dan Rusia juga telah memperketat pembatasan. Kabinet Ceko akan mempertimbangkan langkah-langkah baru diperlukan pada Jumat.

Di Eropa barat, para ahli di Belanda merekomendasikan untuk memberlakukan penguncian sebagian, yang pertama di Eropa barat sejak musim panas. Di Jerman, rancangan undang-undang akan memungkinkan langkah-langkah seperti masker wajah wajib dan jarak sosial di ruang publik terus diberlakukan hingga Maret mendatang.

Negara tersebut melaporkan rekor 50.196 kasus baru pada Kamis, tertinggi harian keempat berturut-turut. Beberapa bertahan. Inggris mengandalkan suntikan booster untuk usia di atas 50 tahunan untuk meningkatkan kekebalan. Perdana Menteri Boris Johnson untuk menerapkan rencana B-nya yang melibatkan mandat masker, izin vaksin, dan perintah kerja dari rumah.

Vaksin saja bukanlah peluru perak untuk mengalahkan pandemi dalam jangka panjang, kata ahli virologi. Beberapa menunjuk ke Israel sebagai contoh praktik yang baik, selain inokulasi, wilayah itu telah memperkuat pemakaian masker dan memperkenalkan paspor vaksin setelah kasus melonjak beberapa bulan yang lalu.

Baca juga: WHO: Satu Juta Anak Afghanistan Berisiko Meninggal Akibat Minim Gizi

Langkah-langkah seperti jarak, masker dan mandat vaksin untuk tempat-tempat dalam ruangan sangat penting, ujar Antonella Viola, profesor imunologi di Universitas Padua Italia. "Jika salah satu dari dua hal ini kurang, kita melihat situasi seperti yang kita lihat di banyak negara Eropa akhir-akhir ini," tandasnya. (Straitstimes/OL-14)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat