11 Ribu Anak Jadi Korban Konflik di Yaman
![11 Ribu Anak Jadi Korban Konflik di Yaman](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2022/12/6292aae70f6ed67362b906d0c72dbc8e.jpg)
PERSERIKATAN Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat lebih dari 11 ribu anak tewas dan cacat selama perang saudara Yaman sejak delapan tahun lalu. Dampak lainnya, sekitar 2,2 juta anak Yaman mengalami kekurangan gizi akut.
"Jumlah sebenarnya dari konflik ini kemungkinan jauh lebih tinggi," kata Direktur Eksekutif Badan Anak-anak PBB, UNICEF, Catherine Russell.
Ia mengatakan sekitar 2,2 juta anak Yaman mengalami kekurangan gizi akut. Seperempat dari mereka berusia di bawah lima tahun dan sebagian besar berisiko tinggi terkena kolera, campak dan penyakit lain yang dapat dicegah dengan vaksin.
"Ribuan anak telah kehilangan nyawa mereka, ratusan ribu lainnya tetap menghadapi risiko kematian akibat penyakit yang dapat dicegah atau kelaparan," imbuhnya.
Perang Yaman pecah pada 2014 akibat pemberontakan kelompok Houthi di Kota Sanaa. Konflik ini meningkat usai Arab Saudi mendukung pemerintah Yaman untuk menekan Houthi.
Ratusan ribu orang telah meninggal sejak saat itu. Angka terbaru UNICEF mengonfirmasi 3.774 kematian anak antara Maret 2015 hingga September 2022. PBB berupaya menengahi kedua kekuatan itu dengan proposal gencatan senjata tetapi gagal.
"Pembaruan gencatan senjata yang mendesak akan menjadi langkah pertama yang positif yang akan memungkinkan akses kemanusiaan yang kritis," ungkap Russell.
Baca juga: Produksi Madu Yaman Menjadi Korban Perang dan Perubahan Iklim
Pada akhirnya, ujar dia, hanya perdamaian yang berkelanjutan yang memungkinkan rakyat Yaman membangun kembali kehidupan dan memulai merencanakan masa depan.
Badan PBB itu juga mengatakan 3.904 anak laki-laki telah direkrut ke dalam pertempuran selama bertahun-tahun, dan lebih dari 90 anak perempuan telah diberi peran termasuk bekerja di pos pemeriksaan.
UNICEF meminta dana US$484,4 juta untuk mengatasi krisis kemanusiaan.
"Jika anak-anak Yaman ingin memiliki masa depan yang layak semua yang memiliki pengaruh harus memastikan mereka dilindungi dan didukung," pungkas Russell.(AFP/OL-5)
Terkini Lainnya
Sebarkan Kabar Baik Kurangi Potensi Konflik Antarumat Beragama
Pejabat Senior Departemen Luar Negeri AS Mundur di Tengah Konflik Gaza
Israel Menolak Inisiatif Prancis Meredakan Konflik dengan Hizbullah
Laporan PBB Ungkap Pelanggaran Berat terhadap Anak Meningkat pada 2023
Bawaslu: Seluruh Tahapan Pilkada 2024 Rawan
Gejala Hepatitis pada Anak Tidak Selalu Ditandai Mata Kuning
6 Cara Mengajarkan Kesabaran pada Anak
Stimulasi Kemampuan Berbahasa Anak dengan Ekspresi dan Suara
Ini Usia Optimal untuk Mengkhitan Anak
Vaksinasi Ganda pada Anak, Perlukah Khawatir?
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Mengapa Nama Ibu tidak Tertulis di Ijazah?
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap