Centris Peretas Tiongkok Awasi Muslim Uighur di Dunia Maya
![Centris: Peretas Tiongkok Awasi Muslim Uighur di Dunia Maya](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/02/c6552ff3b2a78868eb751dffc8f7d77a.png)
FACEBOOK beberapa waktu lalu mengumumkan peretas Tiongkok yang menggunakan akun palsu untuk membobol informasi pribadi aktivis Uighur, jurnalis, dan orang-orang Uighur di luar Tiongkok yang dianggap pembelot.
Sedikitnya 500 akun muslim Uighur yang sekarang tinggal di Australia, Kanada, Kazakhstan, Suriah, Turki, dan Amerika Serikat (AS), di informasikan telah di awasi oleh peretas Tiongkok..
Uighur adalah kelompok minoritas muslim dari Cina barat laut, dan berdasarkan penelusuran kelompok HAM dan media massa internasional, diketahui lebih dari 1 juta orang Uighur diperkirakan ditahan di jaringan luas kamp "edukasi ulang".
Sementara segelintir muslim Uighur yang tidak tahan dengan serangkain penyiksaan Beijing yang disebut pemerintah Amerika Serikat menjurus pada genosida, memilih keluar dari Tiongkok/China dan tinggal dibeberapa negara Asia, Barat atau Eropa.
"Kelompok ini menggunakan berbagai taktik spionase dunia maya untuk mengidentifikasi targetnya dan menginfeksi perangkat mereka dengan malware untuk memungkinkan pengintaian," kata unit spionase dunia maya Facebook.
Menanggapi hal ini, Center for Indonesian Domestic and Foreign Policy Studies (CENTRIS) menghimbau negara-negara dunia untuk senantiasa mewaspadai tindakan spionase Tiongkok, dan tidak ikut-ikutan dalam aksi mata-mata ilegal Beijing yang jelas melanggar HAM tersebut.
Peneliti senior CENTRIS, AB Solissa mengatakan China bahkan menggerakkan oknum muslim Uighur yang mereka kuasai, untuk memata-matai saudaranya sesama Uighur yang tinggal atau berada di luar negeri.
“Dari informasi yang kami lihat di Radio Free Asia (RFA), sudah ada kejadian oknum muslim Uighur yang diperintah memata-matai orang-orang Uighur yang berada di Turki,” kata AB Solissa kepada wartawan, Kamis, (9/2/2023).
Dari laporan RFA, lanjut AB Solissa, diketahui jika seorang warga Uighur yang menjadi mata-mata China, tertangkap tangan oleh pria Uighur bernama Yasinjan yang pindah dan berprofesi sebagai tukang cukur rambut di Istambul Turki.
Saat di introgasi, mata-mara tersebut akhirnya mengaku jika petugas polisi China di Hotan yang berada di daerah otonomi Uighur Xinjiang, telah mengirim pesan kepadanya, memintanya untuk mengawasi Yasinjan dan warga Uighur lainnya di Istanbul dan sudah mengirim semua rekaman video serta catatannya ke polisi China.
Pendekatan keras China terhadap orang-orang Uighur di Turki, telah membuat hubungan bilateral antar kedua negara memanas.
Meski tidak dapat melindungi seluruh orang-orang Uighur di negerinya, Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu memastikan tidak akan memenuhi permintaan Beijing untuk mengekstradisi orang Uighur yang telah menjadi warga negara Turki, kembali ke Tiongkok.
Karena memiliki ikatan budaya dan bahasa yang sama, Turki menjadi rumah bagi populasi emigran Uighur terbesar di luar Asia Tengah, sehingga negara tersebut kini menjadi fokus spionase China.
“Kami juga memperoleh laporan tahun 2021 dari Proyek Hak Asasi Manusia Uighur dan Masyarakat Oxus, yang mendokumentasikan 5.530 contoh peringatan, ancaman, dan permintaan penangkapan yang ditujukan kepada warga Uighur di luar negeri, di 22 negara berbeda, selama 19 tahun,” tutur AB Solissa.
Sementara itu, Ditektur Asosiasi Divisi Asia Human Rights Watch, Maya Wang menyebut para pejabat China menganggap orang-orang Uighur di pengasingan sebagai orang-orang yang perlu mereka awasi,
“Tujuan China memperketat kontrol dan pengawasan serta represi terhadap setiap orang yang berasal dari komunitas Uighur, tak lain untuk menimbulkan rasa takut, kepatuhan dan kesetiaan kepada pemerintah China, bahkan ketika mereka berada di luar negeri.” Pungkas Direktur Asosiasi Divisi Asia Human Rights Watch, Maya Wang. (OL-13)
Baca Juga: Massa AMI Geruduk Kedubes Tiongkok di Jakarta Peringati Tragedi ...
Terkini Lainnya
6 Cara Mengembalikan Akun Instagram yang Kena Hack dan Email Diganti
Survei Fortinet: Peran AI dalam Hadapi Serangan Siber Cukup Penting
Hacker Jimbo Retas Data KPU, Ancam Jual Data di Dark Web Rp1,1 Miliar
Peretas Bjorka Diduga Bocorkan Data Kepolisian, Ini Kata Mabes Polri
Pengamat Sebut Timsus Sulit Tangkap Bjorka karena Salah Metode Investigasi
Ini Alasan Kata Sandi Minimal Delapan Karakter
Tiongkok Mengubah Nama Desa untuk Menghilangkan Budaya Uighur
Direktur Eksekutif Center for Uyghur Studies Mengelak Saat Dituduh Bela Israel
Direktur Eksekutif Pusat Studi Uighur Ditolak Mahasiswa
Bentrokan Antarpemeluk Agama di New Delhi Tewaskan Enam Orang, Ini Kronologinya
AMI Ingatkan Tanggungjawab Tiongkok atas Tragedi Tiananmen 4 Juni 1989
Prancis Telisik Bisnis Mode Terkait Kerja Paksa Uighur
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap