Tiongkok Mengubah Nama Desa untuk Menghilangkan Budaya Uighur
![Tiongkok Mengubah Nama Desa untuk Menghilangkan Budaya Uighur](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/06/d6a0985ba6193de41872ab0ecbd48c58.jpg)
TIONGKOK mengubah nama ratusan desa di wilayah Xinjiang sebagai sebuah upaya menghapus makna budaya dan agama bagi etnis Uighur,
Dalam laporan Human Rights Watch (HRW). ratusan desa di Xinjiang berganti nama terkait dengan agama, sejarah, atau budaya Uighur merupakan bagian dari ribuan perubahan nama antara tahun 2009 dan 2023.
Pemerintah Tiongkok menggunakan frasa Mandarin seperti “kebahagiaan”, “persatuan”, dan “harmoni” untuk menggantikan nama-nama desa Uighur tersebut.
Baca juga : Direktur Eksekutif Center for Uyghur Studies Mengelak Saat Dituduh Bela Israel
Dalam beberapa tahun terakhir, pihak berwenang Tiongkok secara radikal merombak masyarakat di Xinjiang dalam upaya untuk mengasimilasi populasi minoritas Uighur ke dalam budaya arus utama Tiongkok.
Para peneliti dari HRW dan organisasi Uyghur Hjelp yang berbasis di Norwegia mempelajari nama-nama desa di Xinjiang dari situs Biro Statistik Nasional Tiongkok selama periode 14 tahun terakhir.
Mereka menemukan ada 3.600 dari 25.000 nama desa di Xinjiang diubah. Meskipun sebagian besar perubahan nama ini terlihat biasa saja, kata HRW, sekitar seperlima atau 630 perubahan nama itu menghapus referensi terhadap agama, budaya, atau sejarah Uyghur.
Baca juga : Direktur Eksekutif Pusat Studi Uighur Ditolak Mahasiswa
Salah satu contoh yang disoroti oleh laporan tersebut adalah Aq Meschit (masjid putih) di Kabupaten Akto, sebuah desa di barat daya Xinjiang, berganti nama menjadi Desa Persatuan pada tahun 2018.
Semakin banyak bukti yang menunjukkan pelanggaran hak asasi manusia sistematis terhadap populasi Muslim Uyghur di negara tersebut.
Sebagian besar Muslim Uygur Tiongkok tinggal di barat laut negara itu, seperti Xinjiang, Qinghai, Gansu dan Ningxia. Ada sekitar 20 juta Muslim di Tiongkok.
Kendati demikian Beijing membantah tuduhan tersebut. Meskipun Tiongkok secara resmi adalah negara ateis, pihak berwenang mengatakan mereka toleran terhadap kebebasan beragama.
Maya Wang, perwaklan Human Rights Watch di Tiongkok mengatakan pihak berwenang Tiongkok telah mengubah ratusan nama desa di Xinjiang mencerminkan propaganda pemerintah. “Perubahan nama ini merupakan bagian dari upaya pemerintah Tiongkok untuk menghapus ekspresi budaya dan agama Uighur,” jelasnya. (BBC/P-5)
Terkini Lainnya
Direktur Eksekutif Center for Uyghur Studies Mengelak Saat Dituduh Bela Israel
Direktur Eksekutif Pusat Studi Uighur Ditolak Mahasiswa
Bentrokan Antarpemeluk Agama di New Delhi Tewaskan Enam Orang, Ini Kronologinya
AMI Ingatkan Tanggungjawab Tiongkok atas Tragedi Tiananmen 4 Juni 1989
Prancis Telisik Bisnis Mode Terkait Kerja Paksa Uighur
Cegah TPPO dan TPPM, Kakanim Jakpus Gencarkan Program Desa Binaan
Gunung Kunir dan Kopi Benowo, Cita Rasa dan Pesona di Ujung Batas Purworejo
3 Desa di Mamasa Sulawesi Barat Terisolasi Akibat Longsor
Pemerintah Diminta Optimalisasi Peran Desa Budaya di Lembata
Korban Tewas akibat Tanah Longsor Papua Nugini Lampaui 2.000 Orang
Dokter tanpa Etika dan Pembiaran oleh Otoritas Negara
Kemitraan dan Kualitas Pendidikan
Ketahanan Kesehatan Global
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Huluisasi untuk Menyeimbangkan Riset Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap