visitaaponce.com

WHO Tetapkan Covid-19 bukan Lagi Darurat Kesehatan Global

WHO Tetapkan Covid-19 bukan Lagi Darurat Kesehatan Global
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus(AFP/Fabrice COFFRINI)

PANDEMI covid-19, yang telah menewaskan jutaan orang dan merusak tatanan ekonomi dan sosial dunia, bukan lagi darurat kesehatan global dunia. Hal itu diungkapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Jumat (5/5), meski memperingatkan ancaman penyakit itu masih tetap ada.

"Dengan penuh harapan, saya mengumumkan covid-19 tidak lagi merupakan darurat kesehatan global," ungkap Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Keputusan itu diambil setelah Komite Darurat Independen WHO sepakat bahwa covid-19 tidak lagi perlu menyandang status darurat tertinggi dan menyatakan telah tiba saatnya untuk melakukan transisi ke manajemen jangka panjang pandemi covid-19.

Baca juga: Kasus Covid-19 Meningkat, Masyarakat Diminta Tingkatkan Kewaspadaan

Namun, Tedros mengingatkan bahwa bahaya covid-19, yang telah menewaskan sedikitnya 20 juta orang, tetap ada.

"Virus korona ini akan tetap ada. Virus ini akan tetap mematikan dan akan terus berubah," tegas Tedros.

"Yang terburuk yang bisa dilakukan sebuah negara adalah menggunakan keputusan WHO ini sebagai alasan untuk menurunkan kewaspadaan, merombak sistem yang telah mereka bangun, atau mengirimkan pesan kepada warga mereka bahwa covid-19 sudah tidak ada," lanjutnya.

Tidak boleh terulang

WHO pertama kali mengumumkan darurat kesehatan dengan kekhawatiran internasional (PHEC) terkait covid-19 pada 30 Januari 2020.

Baca juga: Warga Diingatkan untuk Tetap Disiplin Prokes Agar tidak Tertular Covid-19

Hal itu merupakan pekan ketika penyakit virus baru itu pertama kali ditemukan di Tiongkok dan kasusnya masih kurang dari 100 dan tidak ada laporan kematian di luar negara tesebut.

Namun, baru ketika Tedros memutuskan covid-19 sebagai pandemi, pada 11 Maret 2020 negara-negara di dunia menyadari bahaya penyakit tersebut.

Pada saat itu, virus SARS CoV-2 telah mulai menjadi penyakit mematikan yang menyebar ke seluruh dunia.

"Salah satu tragedi terbesar dari covid-19 adalah seharusnya hal ini tidak seperti ini," kata Tedros sembari menggarisbawahi tidak adanya koordinasi, kesetaraan, dan solidaritas menyebabkan banyak nyawa yang seharusnya bisa diselamatkan akhirnya meninggal dunia.

"Kita harus berjanji pada diri sendiri, anak-anak kita, dan cucu kita bahwa kesalahan seperti ini tidak boleh terulang lagi," lanjutnya.

Meski angka kematian covid-19 di dunia telah menurun sebesar 95% sejak Januari, penyakit ini masih membunuh banyak orang.

"Pekan lalu, covid-19 menewaskan satu orang setiap tiga menit. Itu baru kematian yang kita ketahui," kata Tedros.

Vaksin covid-19

Vaksin covid-19, yang dikembangkan dalam waktu cepat dan mulai dibagikan pada akhir 2020, dipastikan tetap efektif mencegah kondisi sakit yang parah dan kematian meski telah muncul varian baru yang lebih menular.

Hingga hari ini, 13.3 miliar vaksin covid-19 telah diberikan dengan 82% orang dewasa berusia di atas 60 tahun telah menerima setidaknya dosis pertama.

Namun, keserakahan dan kesenjangan menyebabkan negara kaya bisa menimbun vaksin saat negara-negara miskin selama berbulan-bulan kesulitan untuk mendapatkan vaksin.

Gerakan antivaksin dan berbagai kampanye misinformasi di media sosial juga menyebabkan vaksinasi covid-19 menjadi masalah politis.

Pandemi covid-19 juga memperlihatkan tingginya kesenjangan akses kesehatan di dunia dengan warga Brasil mengantre untuk mendapatkan oksigen serta tumpukan jenazah di trotoar di India pada awal 2021. (AFP/Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat