visitaaponce.com

Jutaan Pengungsi Palestina Terancam Kelaparan

Jutaan Pengungsi Palestina Terancam Kelaparan
Anak-anak Palestina belajar di sebuah sekolah milik UNRWA di Gaza City.(AFP/MAHMUD HAMS)

NEGARA-NEGARA donor hanya menyediakan US$107 juta atau Rp1,5 triliun dana kemanusiaan untuk pengungsi Palestina. Padahal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menegaskan kebutuhannya mencapai us$300 juta atau sekitar Rp4,4 triliun.

Komisaris Jenderal Badan Bantuan PBB untuk Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini berterima kasih atas janji baru pemberitaan bantuan kepada negara-negara donor. Tetapi, jumlahnya di bawah yang dibutuhkan untuk membuka lebih dari 700 sekolah dan 140 klinik dari September hingga Desember.

“Kami akan terus bekerja tanpa lelah dengan mitra kami, termasuk negara tuan rumah pendukung utama para pengungsi untuk mengumpulkan dana yang dibutuhkan,” katanya di markas besar PBB di New York, Jumat (2/6).

Baca juga: Ledakan pada Pangkalan Militan Palestina di Libanon, Israel Bantah Terlibat

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan UNRWA berada di ambang kehancuran finansial. Badan tersebut sudah berjalan dengan kekurangan anggaran.

Pada awal tahun ini, UNRWA menargetkan program yang memakan anggaran US$1,6 miliar atau Rp23,8 triliun untuk program, operasi, dan tanggap daruratnya di seluruh Suriah, Lebanon, Yordania, dan wilayah pendudukan Israel di Tepi Barat, Jerusalem Timur, dan Jalur Gaza. Itu termasuk hampir US$850 juta atau Rp12,6 triliun untuk program inti yang mencakup sekolah dan klinik kesehatan.

Menurut UNRWA, para donor, pada Jumat (2/6),mengumumkan US$812,3 juta atau Rp12,1 triliun dalam bentuk komitmen, tetapi hanya terealisasi US$107,2 juta atau Rp1,5 triliun. Negara-negara yang menjanjikan dana baru tidak diumumkan.

Baca juga: Pasukan Israel Bunuh Warga Palestina dalam Penyerbuan Tepi Barat

Lazzarini mengatakan UNRWA membutuhkan US$150 juta atau Rp2,2 triliun untuk menjaga semua layanan berjalan hingga akhir tahun, dan tambahan US$50 juta atau Rp745 miliar untuk memulai 2024 tanpa kewajiban.

Selain itu, katanya, badan tersebut membutuhkan US$75 juta atau Rp1,1 triliun untuk menjaga jaringan pipa makanan di Gaza tetap beroperasi dan sekitar US$30 juta atau Rp447 miliar untuk program distribusi uang tunai di Suriah dan Lebanon.

Adnan Abu Hasna, dari UNRWA di Gaza, mengatakan badan tersebut sedang mengalami krisis keuangan yang parah saat ini. 

“Hampir setengah juta siswa di sekolah kami bergantung pada layanan kami. Kami menyediakan makanan untuk hampir 1,2 juta pengungsi Palestina,” katanya kepada Al Jazeera.

Di tempat seperti Gaza, goncangan apa pun terhadap program, aktivitas atau layanan akan mengancam stabilitas dan bahkan tatanan sosial. Karena para pengungsi bergantung pada program bantuan tunai kami untuk pendidikan dan kesehatan.

UNRWA didirikan setelah pembentukan negara Israel pada 1948 untuk memberikan pendidikan, perawatan kesehatan, layanan sosial dan dalam beberapa kasus, pekerjaan kepada ratusan ribu pengungsi Palestina yang terpaksa meninggalkan rumah mereka.

Saat ini, jumlah mereka dengan keturunan telah berkembang menjadi sekitar 5,9 juta orang, sebagian besar di Jalur Gaza dan Tepi Barat yang diduduki secara ilegal, serta negara-negara tetangga di Timur Tengah.

UNRWA telah menghadapi krisis keuangan selama 10 tahun, tetapi Lazzarini mengatakan krisis saat ini besar, menyebutnya sebagai ancaman eksistensial utama. 

“Ini semakin dalam, dan kemampuan kita untuk mengatasi perlahan tapi pasti akan segera berakhir. Situasinya bahkan lebih kritis sekarang karena beberapa donor kami yang berkomitmen telah mengindikasikan bahwa mereka akan secara substansial mengurangi kontribusi mereka kepada badan tersebut,” paparnya.

Guterres mengatakan, dalam pidato yang dibacakan oleh kepala stafnya di awal konferensi, bahwa ketika masa depan UNRWA berada dalam bahaya, begitu pula kehidupan jutaan pengungsi Palestina yang mengandalkan layanan penting.

Layanan tersebut mencakup pendidikan bagi lebih dari setengah juta anak perempuan dan laki-laki, perawatan kesehatan bagi sekitar dua juta orang, kesempatan kerja bagi kaum muda di Gaza dan di tempat lain, dukungan psiko-sosial bagi ratusan ribu anak, dan jaring pengaman sosial bagi hampir setengahnya, satu juta orang Palestina termiskin.

Lebih dari 1,2 juta warga Palestina juga menerima bantuan kemanusiaan. 

“Ingat, ratusan ribu dari mereka (warga Palestina) diusir paksa dari rumah mereka setelah perang yang mengikuti pembentukan negara Israel,” kata Nida Ibrahim dari Al Jazeera, melaporkan dari Tepi Barat yang diduduki.

"Agensi telah mengatakan selama bertahun-tahun itu sangat kekurangan dana. Dan orang-orang di sini mengatakan bahwa masyarakat internasional dan para donor secara bertahap mengabaikan tugas mereka terkait pengungsi.” (Aljazeera/Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat