Ukraina Gunakan Bom Tandan, Putin Kami Siap Balas
![Ukraina Gunakan Bom Tandan, Putin : Kami Siap Balas](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/07/378dacd78c2a24925142887c5b29013b.jpg)
PRESIDEN Vladimir Putin mengatakan Rusia memiliki persediaan bom tandan atau klaster yang cukup. Bom terlarang itu akan digunakan hanya untuk membalas jika Ukraina meluncurkannya.
Ukraina telah menerima bom klaster dari Amerika Serikat, pendukung militer terbesarnya. Kyiv mengatakan amunisi tersebut diperlukan untuk mengkompensasi kekurangan peluru yang dihadapi mereka dalam serangan balasan.
Amunisi tandan dilarang di lebih dari 100 negara karena melepaskan sejumlah besar bom kecil yang dapat membunuh tanpa pandang bulu di wilayah yang luas. Beberapa di antaranya pasti gagal meledak dan dapat menimbulkan bahaya selama beberapa dekade, terutama bagi anak-anak.
Baca juga: Zelensky: Rusia Kerahkan Segala Upaya Hentikan Tentara Ukraina
Kyiv mengatakan akan menggunakan bom ini untuk mengusir konsentrasi tentara musuh, ketika mencoba merebut kembali wilayahnya sendiri. Tetapi Ukraina tidak akan menggunakannya di wilayah Rusia.
Putin mengatakan kepada TV pemerintah bahwa Moskow akan menanggapi dengan cara yang sama jika diperlukan. "Saya ingin mencatat bahwa di Federasi Rusia ada persediaan yang cukup dari berbagai jenis bom ini. Kami belum menggunakannya. Tapi tentu saja jika digunakan untuk melawan kami, kami berhak mengambil tindakan balasan," paparnya.
Baca juga: Tank-Tank Barat jadi Target Prioritas Serangan Rusia di Ukraina
Putin mengatakan dia menganggap penggunaan bom curah sebagai kejahatan dan bahwa Rusia sejauh ini tidak perlu menggunakannya. Pasalnya Moskow pernah mengalami dampak amunisi ini akibat perang dunia II.
Rusia, Ukraina, dan AS belum menandatangani Konvensi Munisi Curah, yang melarang produksi, penimbunan, penggunaan, dan transfer senjata. Putin juga mengatakan tidak ada yang salah dengan Rusia yang memeriksa peralatan dan rudal militer Barat yang dilumpuhkan.
Itu seperti rudal Storm Shadow yang dipasok Inggris ke Ukraina. Tujuannya untuk mempelajari perangkat yang dapat digunakan untuk militer Rusia. (CNA/Z-3)
Terkini Lainnya
Zelensky Tolak Usulan Gencatan Senjata dari Prabowo Subianto
AS Nilai Perlu Lebih Banyak Sanksi untuk Rusia
Ukraina Berupaya Tahan Serangan Rusia di Lyptsi
Pasukan Rusia Tangkap Warga Sipil di Vovchansk, Ukraina
Kharkiv Diserang, Zelensky Mengadu ke Biden
Bom Luncur Rusia Pengubah Serangan di Ukraina
Serangan Rusia di Ukraina Menewaskan 12 Orang, Termasuk 4 Anak-Anak
Rusia Serang Pangkalan Udara Ukraina Tempat Pasokan Pesawat Barat
Berkunjung ke Ukraina, Aktivis HAM Natalius Pigai Usulkan 8 Poin Perlindungan Warga Sipil
Guru Besar Unas Yuddy Chrisnandi Luncurkan Buku ke-17, Tekankan Pentingnya Perdamaian Dunia
Ukraina vs Belgia: Duel Penentuan Tiket ke Babak 16 Besar Euro 2024
Rusia Salahkan AS Akibat Serangan Rudal Ukraina di Krimea
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap