Rusia Tolak Perpanjang Izin Ekspor Gandum dari Ukraina
![Rusia Tolak Perpanjang Izin Ekspor Gandum dari Ukraina](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/07/6882a4e8abe51501c61e403db846b150.jpg)
KESEPAKATAN untuk mengizinkan Ukraina mengekspor gandum ke pasar dunia melalui Laut Hitam berakhir pada Senin (17/7) tengah malam setelah Rusia menolak memperpanjang kesepakatan itu.
Tenggat itu ditetapkan ketika kesepakatan, yang dimoderatori oleh PBB dan Turki pada Juli 2022, tercapai demi mencegah terjadinya krisis pangan di negara-negara rentan.
Kesepakatan itu terakhir kali diperpanjang pada Mei lalu.
Baca juga: Pertempuran Meningkat di Ukraina di Tengah Klaim Kegagalan Serangan Balasan
Rusia, Senin (17/7), mengatakan mereka tidak mau memperpanjang kesepakatan itu setelah mengeluhkan implementasinya selama berbulan-bulan.
"Kesepakatan mengenai ekspor gandum itu telah berakhir. Setelah kewajiban kami terpenuhi, Rusia mundur dari kesepakatan itu," ujar juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.
Meski begitu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan negaranya bertekad untuk tetap mengekspor gandung melalui Laut Hitam.
Baca juga: Ukraina Gunakan Bom Tandan, Putin : Kami Siap Balas
"Kami tidak takut. Kami telah dihubungi perusahaan yang memiliki kapal. Mereka mengaku siap melanjutkan ekspor gandung," tegas Zelensky.
Keputusan Moskow untuk tidak memperpanjang izin ekspor gandung dari Ukraina terjadi beberapa jam setelah serangan pesawat nirawak Ukraina menghantam satu-satunya jembatan yang menghubungkan wilayah Rusia dengan Krimea, jalur pasokan penting bagi pasukan Rusia di selatan Ukraina.
Meski begitu, Rusia membatah serangan itu mempengaruhi keputusan mereka menolak memperpanjang izin ekspor gandung dari Ukraina.
Selama tahun lalu, izin ekspor gandum melalui Lauth Hitam telah membawa lebih dari 32 juta ton gandum dari Ukraina.
Keputusan Rusia itu bisa menyebabkan kapal-kapal tempur Rusia melakukan blokade terhadap pelabuhan-pelabuhan Ukraina, seperti yang mereka lakukan di awal konflik antara kedua negara.
Aksi Rusia kala itu mendongkrak harga pangan dunia.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan ratusan juta orang terancam kelaparan atas keputusan Rusia tersebut.
Ketua Uni Eropa Ursula von der Leyen mengecam keputusan Rusia itu sementara Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) menuding aksi Rusia itu sebagai menjadikan pangan sebagai senjata. (AFP/Z-1)
Terkini Lainnya
Serangan Rusia di Ukraina Menewaskan 12 Orang, Termasuk 4 Anak-Anak
Rusia Serang Pangkalan Udara Ukraina Tempat Pasokan Pesawat Barat
Berkunjung ke Ukraina, Aktivis HAM Natalius Pigai Usulkan 8 Poin Perlindungan Warga Sipil
Guru Besar Unas Yuddy Chrisnandi Luncurkan Buku ke-17, Tekankan Pentingnya Perdamaian Dunia
Ukraina vs Belgia: Duel Penentuan Tiket ke Babak 16 Besar Euro 2024
Rusia Salahkan AS Akibat Serangan Rudal Ukraina di Krimea
Antisipasi Dampak Konflik Timur Tengah, Pemerintah Siapkan Kebijakan Antisipasi
Mesir Kantongi Tambahan Pinjaman IMF Seiring Anjloknya Pound
Isu Pangan Harus Dipandang Secara Multidimensi
Prancis Sayangkan Larangan Polandia terhadap Impor Gandum Ukraina
Polandia Tidak Akan Lagi Memberikan Senjata kepada Ukraina
Dies Natalis ke-60 IPB, Presiden: Krisis Pangan Dunia Peluang Bagi Indonesia
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap