visitaaponce.com

Rusia Tolak Perpanjang Izin Ekspor Gandum dari Ukraina

Rusia Tolak Perpanjang Izin Ekspor Gandum dari Ukraina
Kapal yang akan mengangkut 23 ribu ton gandum ke Ethiopia berlabuh di Odessa, Ukraina.(AFP/OLEKSANDR GIMANOV)

KESEPAKATAN untuk mengizinkan Ukraina mengekspor gandum ke pasar dunia melalui Laut Hitam berakhir pada Senin (17/7) tengah malam setelah Rusia menolak memperpanjang kesepakatan itu.

Tenggat itu ditetapkan ketika kesepakatan, yang dimoderatori oleh PBB dan Turki pada Juli 2022, tercapai demi mencegah terjadinya krisis pangan di negara-negara rentan.

Kesepakatan itu terakhir kali diperpanjang pada Mei lalu.

Baca juga: Pertempuran Meningkat di Ukraina di Tengah Klaim Kegagalan Serangan Balasan

Rusia, Senin (17/7), mengatakan mereka tidak mau memperpanjang kesepakatan itu setelah mengeluhkan implementasinya selama berbulan-bulan.

"Kesepakatan mengenai ekspor gandum itu telah berakhir. Setelah kewajiban kami terpenuhi, Rusia mundur dari kesepakatan itu," ujar juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.

Meski begitu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan negaranya bertekad untuk tetap mengekspor gandung melalui Laut Hitam.

Baca juga: Ukraina Gunakan Bom Tandan, Putin : Kami Siap Balas

"Kami tidak takut. Kami telah dihubungi perusahaan yang memiliki kapal. Mereka mengaku siap melanjutkan ekspor gandung," tegas Zelensky.

Keputusan Moskow untuk tidak memperpanjang izin ekspor gandung dari Ukraina terjadi beberapa jam setelah serangan pesawat nirawak Ukraina menghantam satu-satunya jembatan yang menghubungkan wilayah Rusia dengan Krimea, jalur pasokan penting bagi pasukan Rusia di selatan Ukraina.

Meski begitu, Rusia membatah serangan itu mempengaruhi keputusan mereka menolak memperpanjang izin ekspor gandung dari Ukraina.

Selama tahun lalu, izin ekspor gandum melalui Lauth Hitam telah membawa lebih dari 32 juta ton gandum dari Ukraina.

Keputusan Rusia itu bisa menyebabkan kapal-kapal tempur Rusia melakukan blokade terhadap pelabuhan-pelabuhan Ukraina, seperti yang mereka lakukan di awal konflik antara kedua negara.

Aksi Rusia kala itu mendongkrak harga pangan dunia.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan ratusan juta orang terancam kelaparan atas keputusan Rusia tersebut.

Ketua Uni Eropa Ursula von der Leyen mengecam keputusan Rusia itu sementara Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) menuding aksi Rusia itu sebagai menjadikan pangan sebagai senjata. (AFP/Z-1)
 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat