Pertempuran Meningkat di Ukraina di Tengah Klaim Kegagalan Serangan Balasan
![Pertempuran Meningkat di Ukraina di Tengah Klaim Kegagalan Serangan Balasan](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/07/6f1cdf669bb66fb0e9d7a902f3a3dba3.jpg)
PEMERINTAH Ukraina mengatakan pertempuran telah meningkat di front timur antara pasukan negara itu melawan serdadu Rusia. Kondisi itu terjadi di tengah klaim Presiden Rusia Vladimir Putin yang menganggap serangan balasan Kyiv gagal.
Putin belum memutuskan Rusia akan memperbarui kesepakatan biji-bijian yang berakhir pada Senin (17/7) malam. Ukraina bulan lalu memulai perlawanan yang sangat dinantikan setelah menimbun senjata Barat dan membangun pasukan ofensifnya.
Namun mereka mengakui pertempuran yang sulit dan meminta Amerika Serikat dan sekutu lainnya menyediakan senjata dan artileri jarak jauh. Wakil Menteri Pertahanan Ukraina Ganna Malyar mengatakan situasi agak meningkat di garis depan bagian timur.
Baca juga: Ukraina Gunakan Bom Tandan, Putin : Kami Siap Balas
"Selama dua hari berturut-turut, musuh secara aktif menyerang di sektor Kupiansk di wilayah Kharkiv. Kami bertahan," tulis Malyar di Telegram.
Namun dia mengatakan pasukan Ukraina secara bertahap bergerak maju di dekat kota timur Bakhmut, yang direbut pasukan Rusia pada Mei. Dia mengatakan tentara Ukraina maju ke selatan Bakhmut dan mencoba mempertahankan posisi di bagian utara.
Baca juga: Zelensky: Rusia Kerahkan Segala Upaya Hentikan Tentara Ukraina
Di garis depan dekat Bakhmut, seorang komandan batalion artileri dari brigade mekanik terpisah ke-22 mengatakan kepada AFP, dia puas dengan serangan balasan tetapi mengatakan kemajuannya menyakitkan. "Setiap hari kita 10, 20, 100 meter sudah merupakan kemenangan dan prestasi besar," katanya.
Komandan baterai Volyna mengatakan kepada AFP pasukannya mengepung Bakhmut untuk mengusir Rusia dari Klyshchyvka. Bakhmut, yang pernah menjadi rumah bagi 70 ribu orang dan terkenal dengan anggur bersoda dan tambang garamnya, telah dihancurkan oleh pertempuran perang yang paling lama dan paling berdarah.
“Di Bakhmut, kami menembaki musuh, dan musuh menembaki kami,” kata Malyar.
Ukraina mengatakan selama seminggu terakhir telah maju hampir dua kilometer di sekitar kota selatan Melitopol, yang diduduki Rusia tak lama setelah perang dimulai. "Orang-orang harus memahami berapa harga yang kami bayar untuk (maju). Ada banyak musuh. Kami perlu waktu untuk menggiling mereka," katanya.
Dalam sebuah wawancara televisi yang disiarkan, Minggu (16/7), Putin mengatakan militer Ukraina tidak membuat kemajuan. "Semua upaya musuh untuk menerobos pertahanan kami mereka belum berhasil sejak ofensif dimulai. Musuh tidak berhasil," kata Putin.
Rusia mengumumkan mereka maju 1,5 km di dekat kota Lyman di timur Ukraina. Dalam wawancara televisi, Putin secara positif menilai jalannya operasi militer khususnya. Putin belum mengatakan apakah Rusia akan memperbarui kesepakatan di mana Moskow mengizinkan Ukraina mengirimkan biji-bijiannya melintasi Laut Hitam.
Akan berakhir Senin (17/7) malam, kesepakatan yang ditengahi PBB dan Turki, ditandatangani Moskow dan Kyiv pada Juli 2022, membentuk koridor laut terlindungi yang memungkinkan barang-barang pertanian Ukraina mencapai pasar global. Namun Rusia mengatakan hambatan untuk ekspornya tetap ada, dan mengancam untuk menarik diri dari kesepakatan biji-bijian karena masalah tersebut.
Pada Sabtu (16/7), Putin mengatakan Rusia masih mengkhawatirkan kesepakatan itu. "Vladimir Putin menekankan bahwa kewajiban untuk menghilangkan hambatan ekspor makanan dan pupuk Rusia masih belum terpenuhi," menurut pernyataan Kremlin.
Tujuan utama dari kesepakatan itu, lanjut pernyataan Kremlin, yakni pasokan gandum ke negara-negara yang membutuhkan, termasuk di benua Afrika, belum terlaksana.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendukung penghapusan hambatan bagi Rusia untuk mengekspor pupuknya dan mengirim surat kepada Putin mengenai masalah tersebut.
Dengan memastikan keamanan lalu lintas kargo laut di Laut Hitam, bersama dengan inspeksi untuk melawan pengiriman senjata, kesepakatan tersebut telah memungkinkan ekspor hampir 33 juta ton sejak mulai berlaku pada 1 Agustus 2022, sebagian besar gandum dan jagung.
Kesepakatan itu membantu menurunkan harga yang melonjak lebih tinggi setelah invasi Rusia dan menghindari kelaparan di negara-negara yang sangat bergantung pada impor. (CNA/Z-3)
Terkini Lainnya
Serangan Rusia di Ukraina Menewaskan 12 Orang, Termasuk 4 Anak-Anak
Rusia Serang Pangkalan Udara Ukraina Tempat Pasokan Pesawat Barat
Berkunjung ke Ukraina, Aktivis HAM Natalius Pigai Usulkan 8 Poin Perlindungan Warga Sipil
Guru Besar Unas Yuddy Chrisnandi Luncurkan Buku ke-17, Tekankan Pentingnya Perdamaian Dunia
Ukraina vs Belgia: Duel Penentuan Tiket ke Babak 16 Besar Euro 2024
Rusia Salahkan AS Akibat Serangan Rudal Ukraina di Krimea
Perpusnas Jalin Kerja Sama dengan Dua Perpustakaan Nasional Rusia
Arti Kemenangan Prabowo Subianto dan Vladimir Putin
Korea Utara Gelar Pertemuan Plenari Partai Pekerja Korea Bahas Kerja Sama dengan Rusia
Sempat Anjlok Akibat Politik di Rusia dan Timur Tengah, Ekspor Rumput Laut Menggeliat Lagi
Diundang Ikut Olimpiade Paris 2024, Atlet Tenis Rusia Kompak Menolak
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap