Ancaman Intervensi Militer di Niger Picu Ketegangan dengan Burkina Faso dan Mali
![Ancaman Intervensi Militer di Niger Picu Ketegangan dengan Burkina Faso dan Mali](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/08/890aa0bc3fd1752fa585fed1d3366622.jpg)
SETIAP intervensi militer di Niger untuk mengembalikan Presiden yang digulingkan, Mohamed Bazoum, akan dianggap sebagai "deklarasi perang terhadap Burkina Faso dan Mali," demikian dua negara tersebut menyatakan dalam pernyataan bersama pada Senin (31/7).
Pemerintah kedua negara tetangga Niger, keduanya adalah hasil dari kudeta militer baru-baru ini, membuat komentar tersebut setelah pemimpin-pemimpin Afrika Barat mengancam akan menggunakan "kekuatan" untuk mengembalikan Bazoum dan memberlakukan sanksi keuangan terhadap para pemberontak.
"Setiap intervensi militer terhadap Niger akan dianggap sebagai deklarasi perang terhadap Burkina Faso dan Mali," peringatkan kedua negara tersebut.
Baca juga : 22 Orang Tewas dalam Serangan di Niger Barat
Mereka menyatakan bahwa "akibat buruk dari intervensi militer di Niger... dapat menimbulkan ketidakstabilan di seluruh wilayah".
Kedua negara juga menyatakan bahwa mereka "menolak untuk menerapkan" sanksi "ilegal, tidak sah, dan tidak berperikemanusiaan terhadap rakyat dan otoritas Niger".
Kepala Garda, Jenderal Abdourahamane Tiani, telah menyatakan dirinya sebagai pemimpin Niger. Namun klaimnya telah ditolak secara internasional dan blok Afrika Barat ECOWAS memberinya waktu satu minggu untuk menyerahkan kembali kekuasaan.
Baca juga : Mali Mengakhiri Kesepakatan Perdamaian 2015 dengan Pemberontak Separatis: Penguasa Militer
Niger adalah negara ketiga di wilayah Sahel dalam kurun waktu kurang dari tiga tahun, setelah Mali dan Burkina Faso, yang diguncang kudeta militer.
Dalam pernyataan terpisah, Guinea - yang pemerintahannya juga hasil dari kudeta - menyatakan "ketidaksetujuan dengan sanksi yang direkomendasikan ECOWAS, termasuk intervensi militer".
Negara tersebut mengatakan mereka telah "memutuskan untuk tidak menerapkan sanksi ini, yang dianggap tidak sah dan tidak berperikemanusiaan", dan mendesak ECOWAS untuk "mengkaji ulang posisinya". (AFP/Z-3)
Terkini Lainnya
Kemenangan Dramatis AFCON untuk Pantai Gading
22 Orang Tewas dalam Serangan di Niger Barat
64 Tewas Akibat Serangan Kelompok Ekstremis di Mali
Rusia Menolak Resolusi PBB Perpanjang Sanksi terhadap Mali
20 Anggota Kelompok Militan Tewas dalam Operasi Gabungan di Mali
AS Setuju Menarik Pasukan dari Niger yang Menjadi Tuan Rumah Pangkalan Drone
Niger Membatalkan Kerjasama Militer dengan AS
Prancis Bahas Kelanjutan Nasib Prajuritnya di Niger
ECOWAS Mendukung Kekuatan 'Siaga' Militer untuk Niger
Komandan Paspampres Niger Ambil Alih Kursi Presiden
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap