visitaaponce.com

ECOWAS Mendukung Kekuatan Siaga Militer untuk Niger

ECOWAS Mendukung Kekuatan 'Siaga' Militer untuk Niger
Blok Regional ECOWAS sepakat menepatkan kekuatan siaga untuk mengembalikan tatanan konstitusional di Niger.(AFP)

PARA pemimpin Afrika Barat telah menyetujui penempatan "kekuatan siaga untuk mengembalikan tatanan konstitusional" di Niger. Sebuah intervensi yang akan segera dilakukan, kata Presiden Pantai Gading, Alassane Ouattara, pada Kamis.

Blok regional ECOWAS tidak memberikan detail mengenai kekuatan yang akan ditempatkan atau jadwal tindakan terhadap para perwira militer yang mengambil alih kendali Niger dua minggu yang lalu. Setelah mereka menggulingkan presiden Mohamed Bazoum.

"Kepala Staf akan mengadakan konferensi lain untuk merampungkan hal-hal ini, tetapi mereka telah mendapat persetujuan Konferensi Kepala Negara untuk memulai operasi segera," ujar Ouattara usai pertemuan darurat di Abuja, Nigeria.

Baca juga : Niger Bebaskan Warga Prancis Stephane Jullien yang Ditahan Sejak 8 September

"Pantai Gading akan menyumbangkan satu batalyon dengan jumlah 850 hingga 1.100 personel bersama tentara dari Nigeria dan Benin. Negara-negara lain juga akan bergabung," ungkap Ouattara.

"Kami bertekad untuk mengembalikan Presiden ( Mohamed) Bazoum ke jabatannya."

Sebelumnya, di Abuja, Presiden Komisi ECOWAS, Omar Touray, mengumumkan penempatan kekuatan blok tersebut.

Baca juga : Junta Niger Tuding Prancis atas Intervensi Militer

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, menyatakan dukungan untuk ECOWAS, meskipun tidak secara eksplisit mendukung panggilannya untuk intervensi militer.

"Blok ini memainkan peran kunci dalam menggarisbawahi pentingnya kembalinya tatanan konstitusional, dan kami sangat mendukung kepemimpinan dan kinerja ECOWAS dalam hal ini," ujarnya.

Kementerian luar negeri Prancis, memberikan dukungan penuh terhadap semua kesimpulan yang dicapai ECOWAS. Meskipun pertemuan berlangsung, para penguasa militer baru Niger bergerak untuk mengkonsolidasikan posisi mereka dan menandakan pembangkangan lebih lanjut dengan menunjuk pemerintah baru.

Baca juga : Waspada Serangan ECOWAS, Niger Siaga Maksimum Militer

Kabinet beranggotakan 21 orang akan dipimpin Perdana Menteri Ali Mahaman Lamine Zeine, seorang sipil, dengan jenderal-jenderal dari dewan pemerintah militer baru memimpin kementerian pertahanan dan dalam negeri.

Para pemimpin kudeta telah menolak batas waktu yang ditetapkan ECOWAS pada hari Minggu sebelumnya untuk mengembalikan Bazoum - yang ditahan sejak 26 Juli - atau menghadapi kemungkinan intervensi militer.

"Semua belum hilang untuk solusi damai, sebagai panduan untuk mengembalikan demokrasi dan stabilitas," ujar Presiden Nigeria, Bola Tinubu.

Baca juga : Junta Niger Janjikan Masa Transisi Tiga Tahun

"Tidak ada pilihan yang dikecualikan, termasuk penggunaan kekuatan sebagai upaya terakhir."

Sebelum pembicaraan tertutup, Tinubu telah menegaskan mereka memberi prioritas pada negosiasi diplomatik dan dialog sebagai dasar pendekatan.

Kita Harus Terlibat

Blok 15 negara ini berjuang menghentikan pengambilalihan militer yang sekarang telah melanda empat anggotanya dalam tiga tahun terakhir, yang berpotensi menandakan ketidakstabilan baru di wilayah yang telah berjuang selama bertahun-tahun melawan pemberontakan jihad.

Baca juga : Junta Niger Tolak Tawaran Diplomatik Uni Afrika dan ECOWAS

Sebelum pertemuan, Tinubu mengakui ultimatum tujuh hari yang dikeluarkan selama pertemuan pertama tidak menghasilkan hasil yang diinginkan.

Upaya pekan ini untuk mengirim tim bersama perwakilan ECOWAS, PBB, dan Uni Afrika ke ibu kota Niger, Niamey, ditolak oleh para pemimpin kudeta.

"Kita harus melibatkan semua pihak yang terlibat, termasuk para pemimpin kudeta, dalam pembicaraan sungguh-sungguh untuk meyakinkan mereka untuk melepaskan kekuasaan dan mengembalikan Presiden Bazoum," kata Tinubu.

Baca juga : Mantan Presiden Niger Mohamed Bazoum Dituduh Mencoba Melarikan Diri

Kemungkinan intervensi militer di Niger, sebuah negara yang rapuh dan termasuk yang termiskin di dunia, telah memicu debat di dalam ECOWAS dan peringatan dari negara tetangga Aljazair serta Rusia.

Negara-negara tetangga Niger, Mali, dan Burkina Faso, yang semuanya diperintah pemerintahan militer yang mengambil alih kekuasaan melalui kudeta, juga memperingatkan intervensi akan menjadi "deklarasi perang" terhadap negara mereka.

Mali, Burkina Faso, dan Guinea, yang juga dilanda kudeta baru-baru ini, telah dihentikan keanggotaannya dari ECOWAS. Seperti Niger, tidak diwakili dalam pertemuan di Abuja.

Baca juga : Prancis Bahas Kelanjutan Nasib Prajuritnya di Niger

Nigeria, yang saat ini menjabat sebagai ketua ECOWAS, telah mengambil sikap keras terhadap kudeta bulan lalu. Sebelum terbang ke Abuja pada hari Rabu, Presiden Guinea-Bissau, Umaro Sissoco Embalo, mengatakan masa depan ECOWAS ada di ujung tanduk setelah kudeta-kudeta baru-baru ini di antara anggotanya.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, bergabung dengan seruan keprihatinan mengenai Bazoum yang berusia 63 tahun, mengatakan bahwa dia dan keluarganya dilaporkan menderita "kondisi hidup yang menyedihkan".

CNN melaporkan pada hari Rabu bahwa Bazoum diisolasi dan hanya diberi makanan berupa nasi dan pasta polos.

Baca juga : Junta Niger Buka Kembali Wilayah Udara untuk Penerbangan Komersial

Sahel yang Tidak Stabil 

Negara-negara di wilayah Sahel sedang berjuang melawan pemberontakan jihadis yang meledak di utara Mali pada 2012, menyebar ke Niger dan Burkina Faso tahun 2015. Kini menimbulkan kekhawatiran di negara-negara di sepanjang Teluk Guinea. Kampanye berdarah tersebut telah menghancurkan ketiga negara tersebut, yang memiliki sejarah yang bergejolak dan termasuk negara-negara paling miskin di dunia.

Niger memiliki nasib buruk karena menghadapi pemberontakan jihadis ganda, baik di bagian barat dayanya maupun dari militan yang menyeberang ke bagian tenggara.

Pemilihan Bazoum pada 2021 telah membantu Niger memperkuat hubungannya dengan Prancis dan Amerika Serikat, yang memiliki pangkalan dan pasukan besar di negara tersebut. Tahun lalu, Prancis menarik pasukannya dari Mali dan Burkina Faso setelah berselisih dengan para pemimpin militer mereka, dan memfokuskan strategi anti-jihadisnya pada Niger. (AFP/Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat